Silahkan masukkan username dan password anda!

Join the forum, it's quick and easy

Silahkan masukkan username dan password anda!
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Login

Lupa password?

Latest topics
» Ada apa di balik serangan terhadap Muslim Burma?
by Dejjakh Sun Mar 29, 2015 9:56 am

» Diduga sekelompok muslim bersenjata menyerang umat kristen
by jaya Wed Nov 27, 2013 12:30 am

» Sekitar 6.000 orang perempuan di Suriah diperkosa
by jaya Wed Nov 27, 2013 12:19 am

» Muhammad mengaku kalau dirinya nabi palsu
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:53 pm

» Hina Islam dan Presiden, Satiris Mesir Ditangkap
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:50 pm

» Ratusan warga Eropa jihad di Suriah
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:48 pm

» Krisis Suriah, 6.000 tewas di bulan Maret
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:46 pm

» Kumpulan Hadis Aneh!!
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:43 pm

» Jihad seksual ala islam!
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:40 pm

Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of Akal Budi Islam on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of on your social bookmarking website

Pencarian
 
 

Display results as :
 


Rechercher Advanced Search

Poll
Statistics
Total 40 user terdaftar
User terdaftar terakhir adalah tutunkasep

Total 1142 kiriman artikel dari user in 639 subjects
Top posting users this month
No user

User Yang Sedang Online
Total 5 uses online :: 0 Terdaftar, 0 Tersembunyi dan 5 Tamu

Tidak ada

[ View the whole list ]


User online terbanyak adalah 44 pada Sun Jul 30, 2023 6:25 pm

Muslim Mengkritisi Sejarah Al'Quran

 :: Debat Islam :: Alquran

Go down

Muslim Mengkritisi Sejarah Al'Quran Empty Muslim Mengkritisi Sejarah Al'Quran

Post  Ariel Mon May 23, 2011 10:22 am

Apa yg dipercayai sbg Quran mushaf Usman, disimpan di Kairo.
Sumber:
Faith Freedom Indonesia

Tulisan ini adalah hasil revisi dan pengembangan lebih lanjut dari tulisan yang pernah diposting oleh sdr. brw dan bersumber dari karya tulis Professor Hossein Modarresi dari Princeton University, New Jersey, Amerika. Beliau meneliti hasil karya ulama-ulama kuno mulai dari kumpulan hadis Bukhari Sahih (816 M – 870 M), Muslim Sahih (828 M – 883 M), Tirmidhi Sunan (824 M – 892 M), Ibn Maja Sunan (824 M – 887) dan Abu Dawud Sunan (817 M – 889 M) hingga era Suyuthi (1445 M – 1505 M). Selain itu Prof Modarresi juga mengutip dari hasil karya Arthur Jeffrey.


1. Pendahuluan

Beberapa hasil karya ulama kuno yang dikutip adalah dari:
Ahmad Ibn Hanbal
Hidup 780 M –855 M,
Seorang ahli hukum dan ahli agama. Salah satu karya utamanya adalah Musnad yang merupakan koleksi hadis.

Muhammad Ibn Sa’d
Lahir di Basrah 783 M dan meninggal tahun 845 M. Belajar agama dari Muhammad ibn Umar al-Waqidi. Dalam pencariannya terhadap ilmu, Ibn Sa’d belajar hingga ke Kufa dan Madina. Otoritasnya diakui oleh ulama belakangan yaitu : Ibn Hajar, adh-Dhahabi, al-Khatib al-Baghdadi dan Ibn Khallikan.

Abd Allah ibn Muslim ibn Qutayba
Lahir 835 M dan meninggal 898 M. Seorang penghafal hadis, ahli bahasa dan orang yan g sangat terpelajar. Namun ulama-ulama kuno berbeda dalam pandangan mereka terhadap Ibn Qutayba. Suyuthi menyatakan Qutayba dapat dipercaya dan memiliki pengetahuan luas.

Ibnu Jarir at Tabari
Lahir di Thabrastan tahun 839 M, meninggal di Baghdad 932 M. Seorang ahli sejarah yang terkemuka, ahli tafsir dan seorang imam. Kitab tafsirnya telah menjadi rujukan bagi segala ulama tafsir.
Ibn al Nadim
Mengarang buku yang sangat terkenal yaitu Fihrist yang berisi ulasan tentang buku-buku kuno Islam yang ditulis sebelumnya. Buku ini diselesaikannya pada tahun 987/988 M. Meninggal pada 17 September 995

Imam Al Bayhaqi
Abu Bakr Ahmad ibn al-Hussayn al-Bayhaqi, seorang imam dan memiliki pengetahuan yang sangat mendalam tentang hadis. Lahir di Bayhaq (Asia Tengah) tahun 1006 M.

Abi Bakr ibn Faraj al Qurtubhi
Lahir di Kordoba tahun 1093 M, meninggal di Maushul tahun 1172 M. Seorang pakar tafsir yang terkenal dan sangat menguasai ilmu qiraat dan hadis.

Ibn Asakir
Ibn `Asakir al-Dimashqi al-Shafi`i al-Ash`ari (lahir 1121 M – meninggal 1193 M), adalah seoram imam dan penghafal hadis dan sejarawan dari Damascus yang sangat terpercaya. Mulai belajar agama saat berusia 6 tahun.

Imam Ibn Kathir
Namanya Abul Fida Ismail ibn Abi Hafs Shihabuddin Omar ibn Kathir ibn Daw ibn Kathir. Lahir di Busra (Syria) tahun 1302 M, meninggal 1373 M. Mengarang kitab tafsir yang diakui oleh muslim sebagai satu yang terbaik.

Badruddin Zarkashi
Mengarang buku yang sangat terkenal yaitu al Burhan fi Ulum al Qur’an pada tahun 1345 M

Jalaludin as Suyuthi
Lahir 1445 M dan meninggal 1505 M. Seorang imam, ahli penyelidik yang ternama, hafizh yang terkemuka, pakar sejarah dan ahli bahasa Arab. Telah menulis lebih dari 500 buku.

Terlihat bahwa sumber-sumber yang digunakan oleh Prof Modareshi adalah sumber-sumber yang sangat valid.

Klaim Hebat Umat Muslim

Muslim senantiasa menyatakan bahwa : Al-Qur’an yang sekarang adalah sama persis dengan apa yang diterima oleh nabi SAW. Telah dihafalkan dengan sempurna oleh sangat banyak sahabat-sahabat nabi SAW. Tidak pernah ada kesalahan dalam penulisannya sangat cermat dalam penyusunannya. Apakah klaim tersebut benar? Ataukah hanya perwujutan keimanan yang membuta saja? Uniknya jika dibaca dari tulisan-tulisan ulama-ulama kuno, justru hal yang sebaliknya yang terjadi yaitu : banyak bagian qur’an yang telah hilang banyak sahabat yang terlupakan ayat-ayat quran

2. QUR’AN Saat Nabi Muhammad Meninggal

2.1 QUR’AN BELUM DIKUMPULKAN


Laporan sumber-sumer tradisi Islam tentang pengumpulan qur’an menyatakan bahwa qur’an belum dikumpulkan dalam satu mushaf hingga setelah nabi SAW meninggal ditahun 11 H / 632 M.

Sumber :
Ibn Sa'd, Kitab al Tabaqat al Kabir, vol 3 p 211, 281
Ibn Abi Dawud, Kitab al Masahif, p 10
Ibn Babawayh, Kamal ad Din, p 31-32
Bayhaqi, Dalail al Nubuwwa, vol 7 p 147-8
Zarkashi, al Burhan fi ulum al Quran, vol 1 p 262
Ibn al Hadid, Sharah of Nahj al Balagha. vol 1 p 27
Ibn Juzayy, al Tashil li ulum al tanzil, vol 1 p 4
Suyuti, Al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 202
Ibrahim al Harbi, Gharib al hadith, vol 1 p 270

Dikutip dari :
Fath al Bari 13th vol
Ahmad b. Ali b. Muhammad al 'Asqalani, ibn Hajar
Cairo 1939, vol. 9, p.9
[Zaid b. Thabit berkata:] "Nabi wafat dan Qur’an belum dikumpulkan dalam satu tempat "

2.2. QUR’AN Sudah Dikumpulkan
Namun laporan ini ternyata berseberangan dengan beberapa laporan yang mengindikasikan bahwa nabi SAW telah mengumpulkan satu quran selama hidupnya. Kemungkinan terbesar adalah saat tahun-tahun awalnya di Madina.

Sumber :
Zarkashi, al Burhan fi ulum al Quran, vol 1 p 235, 237-38, 256, 258
Suyuti, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 212-13, 216
Bahkan disebutkan nabi SAW sendiri yang memberitahukan tempat penyimpanan qur’an kepada Ali. Dikutip dari :
Az-Sanjani, Tarikh, p 66
Diriwayatkan bahwa nabi SAW pernah berkata kepada Ali : “Hai Ali, al-Qur’an ada dibelakang tempat tidurku, (tertulis) di atas suhuf, sutera dan kertas. Ambil dan kumpulkanlah. ……… Ali menuju ketempat itu dan membungkus bahan-bahan tersebut dengan kain berwarna kuning. Jika Al-Qur’an yang dikumpulkan sendiri oleh nabi SAW ini memang ada, tampaknya sudah ikut dimusnahkan oleh Usman karena tidak ada catatan ulama kuno mengenai keberadaan Qur’an kumpulan dari nabi SAW ini. Kalau ini yang terjadi sungguh sangat berani Usman.

Pencatatan AL-QUR’AN

Dikisahkan pencatat-pencatat wahyu biasa mencatat dengan cepat ayat-ayat segera setelah nabi SAW menerima wahyu dan mendiktekannya. Yang lain biasa menghafalkannya, dan ada juga yang mencatat di bahan-bahan yang seadanya yang tersedia. Pakar-pakar yang mendukung pandangan bahwa qur’an belum dikumpulkan beralasan karena saat itu nabi SAW masih hidup sehingga selalu ada kemungkinan ayat-ayat tambahan, ayat-ayat yang dihapuskan, penempatan ayat-ayat yang dirubah. Alasan ini terasa sangat janggal. Al-Qur’an diturunkan dalam unit-unit wahyu yang jumlahnya hanya beberapa ayat setiap turun (ada yang berpendapat setiap turun 5 ayat, 10 ayat dll) dan isinya tentang satu permasalahan tertentu, sehingga : Kalau ada penambahan ayat tidaklah mungkin akan ditambahkan diantara satu unit wahyu karena itu akan sangat mengacak kontinuitas pesan dalam 1 unit wahyu tersebut. Kalau toh ada ayat yang dibatalkan / dihapuskan tidaklah mungkin akan menghapus misalkan 2 ayat saja dari 1 unit wahyu / pesan yang terdiri dari misalkan 5 ayat karena akan sangat merusak pesan yang akan disampaikan. Namun kalau toh ini terjadi, sebetulnya juga tidak ada masalah karena nabi SAW cukup menyuruh mencoret saja ayat –ayat yang dihapuskan tersebut. Kalau toh ada ayat yang dipindah tempat tidaklah mungkin memindah 1 atau 2 ayat saja dari 1 unit wahyu yang berisi pesan tertentu. Tidak masuk akal jika orang membaca 1 kesatuan ayat yang misalkan terdiri dari 5 ayat harus melompat sana melompat sini. Lagipula penulisan Qur’an kan tidak langsung dijilid rapi seperti buku melainkan 1 unit wahyu ditulis dalam gulungan sendiri-sendiri sehingga jika terjadi revisi dapat dilakukan : Jika ada penambahan ayat-ayat, cukup dituliskan dalam gulungan terpisah dan kemudian disisipkan diantara gulungan yang ada ditempat yang ditentukan oleh Allah SWT. Jika ada 1 unit wahyu ayat yang dibatalkan cukup diambil saja 1 gulungan unit wahyu tersebut dan dimusnahkan. Jika ada ayat-ayat tertentu saja dalam 1 unit wahyu dibatalkan cukup dicoret saja ayat-ayat yang dibatalkan tersebut, Gulungan tetap diposisikan ditempat semula. Jika ada 1 unit wahyu yang dipindah tempat tinggal pindahkan saja gulungan yang berisi unit wahyu tersebut ke tempat barunya. Jadi, sebetulnya Al-Qur'an bisa dibukukan pada saat nabi SAW hidup! Semua tulisan-tulisan yang ada belum dapat dikatakan mushaf yang lengkap. Banyak orang yang telah menghafalkan sebagian besar qur’an, yang mereka ulang-ulang saat berdoa dan mereka diktekan kepada sahabat-sahabat mereka. Selama nabi masih hidup, tidak diperlukan keberadaan satu kitab.

Sumber :
Bayhaqi, Dalail al Nubuwwa, vol 7 p 154
Zarkashi, al Burhan fi ulum al Quran, vol 1 p 235, 262
Suyutim Al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 202
Ahmad al Naraqi, Manahij al ahkam, p 152

Pengumpulan Pertama

Alasan Pengumpulan


Namun keadaan ini berubah setelah nabi SAW meninggal ditambah dengan kejadian-kejadian yang menimpa muslim saat itu. Kisah yang terekam dalam laporan adalah sbb : Dua tahun setelah nabi SAW meninggal, muslim terlibat dalam pertempuran berdarah di Yamama. Banyak penghafal qur’an yang meninggal.

Sumber :
Yaqubi, Kitab al Tarikh, vol 2 p 15, menyatakan kebanyakan penghafal qur’an meninggal selama peperangan. Keseluruhan, sekitar 360 muslim meninggal diantaranya adalah sahabat-sahabat nabi SAW yang terdekat
Tabari, Tarikh, vol 3 p 296
Ibn al Jazari, al Nashr, p 7, melaporkan yang tewas adalah 500 orang.
Ibn Kathir, Tafsir al Quran, vol 7 p 439
Qurtubi, al Jami li Ahkam al Quran, vol 1 p 50

Abd al Qahir al Baghdadi, Usul al Din p 283, menyebutkan yang tewas adalah 1200 orang.
Dikutip dari: Muqadimah Al-Qur’an Halaman 23

Diantara peperangan-peperangan itu yang terkenal adalah peperangan Yamamah. Tentara Islam yang ikut dalam peperangan ini kebanyakan terdiri dari para sahabat dan para penghafal Al-Qur’an. Dalam peperangan ini telah gugur 70 orang penghafal Al-Qur’an. Bahkan sebelum itu gugur pula hampir sebanyak itu dari penghafal Al-Qur’an di masa nabi pada suatu pertempuran di sumur Ma’unah dekat kota Madinah

Ada beberapa hal yang menarik untuk diperdebatkan : Dalam beberapa laporan, disebutkan jumlah penghafal al-Qur’an yang tewas mencapai 500 orang dari keseluruhan korban tewas 1200 orang. Namun jika diteliti dari daftar nama 1200 muslim orang yang meninggal dalam perang ini, ternyata hanya 2 orang yang bisa dikatakan memiliki pengetahuan yang memadai akan al-Qur’an, yaitu Salim ibn Maqil dan Abdullah ibn Hafsh ibn Ganim. Perang Yamama terjadi di Asia Tengah dan dilakukan oleh kaum muslim yang baru memeluk Islam, apakah mereka dapat telah menghafalkan al-qur’an sedemikian banyak sehingga dikuatirkan sebagian al-qur’an akan lenyap? Dalam beberapa laporan disebutkan seolah-olah puluhan / ratusan orang telah hafal qur’an dengan lengkap dan sempurna.

Dikutip dari:
Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2000, halaman.70

Kata Ibnu Atsir Al Jazary dlam kitab an Nasyr : Sahabat yang menghafal al Qur’an di masa nabi masih banyak yang hidup. Mereka tidak perlu menulis al Qur’an karena mereka sangat baik hafalannya. Diantara sahabat yang hafal al Qur’an seluruhnya adalah : Dari golongan muhajirin : (1) Abu Bakar, (2) Umar, (3) Usman, (4) Ali bin Abi Thalib, (5) Thalhah, (6) Sa’ad, (7) Hudzaifah, ( Salim (meninggal di Yamama), (9) Abu Huraira, (10) Ibn Masud, (11) Abdullah ibn Umar, (12) Abdullah ibn Abbas, (13) Amar ibn Ash, (14) Abdullah ibn Amar ibn Ash, (15) Muawiyah, (16) Ibnu Zubair, (17) Aisha, (1 Hafsa, (19) Ummu Salamah

Dari golongan Anshar:
(20) Ubay bin Ka’b, (21) Muadz bin Jabal, (22) Zaid bin Tsabit, (23) Abu Darda, (24) Abu Zaid, (25) Haritsah, (26) Anas ibn Malik.
Selain itu terdapat pula beberapa shahaby, yaitu : (27) Ubadah ibn Shamit, (2 Fudalah bin Ubaid, (29) Maslamah bin Khalid, (30) Qais Abu Shashah, (31) Tamim Ad Dhary, (32) Uqbah bin Amir, (33) Salamah bin Makhlad, (34) Abu Musa al Asyhari. Jadi dari 34 nama yang dituliskan oleh Atsir bin Jazary, hanya 1 yang meninggal yaitu Salim. Jadi toh sebetulnya masih ada 33 orang yang diklaim hafal seluruh al-Qur’an. Kenapa khalifah Abu Bakar, atau Umar harus merasa khawatir hilangnya al-Qur’an jika mereka berdua saja dan 31 orang lainnya masih hafal seluruh al Qur’an? Atau memang laporan bahwa begitu banyak orang yang hafal quran adalah satu hal yang dilebih-lebihkan? Jika perang Yamamah terjadi sekitar tahun 11/12 H, berikut diinformasikan tahun meninggal beberapa sahabat yang diklaim hafal seluruh Al-Qur’an.

Abu Bakar : 13 H
Umar bin Khattab : 23 H
Usman bin Affan : 35 H
Ali bin abi Thalib : 40 H
Muawiyah : 60 H
Abdullah bin Umar (putra Umar) : masih hidup saat pembunuhan Usman (35 H)
Thalhah : meninggal dalam perang Jamal (36 H)
Zubair : meninggal dalam perang Jamal (36 H)
Hudzaifah : masih hidup saat penaklukan Irak (14 H)
Abu Huraira : meninggal 59 H
Ibn Mas’ud : meninggal 33 H
Ubay bin Kaab : meninggal 19 H / 22 H
Abdullah ibn Abbas : meninggal 68 H
Abu Musa : meninggal 42 H

Sumber :
1 – 5 : Sejarah Islam, Ahmad Al-Usairy
6 - 9 : Sejarah Islam, Rasul Ja’farian, 324, 325, 133
10 : Dictionary of Islam, Thomas P Hughes
11 – 14 : Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Taufik Adnan Amal, 169, 161, 182, 180

Terlihat bahwa begitu banyak “penghafal Al-Qur’an” yang masih hidup bertahun-tahun setelah perang Yamamah. Jadi alasan pengumpulan pertama sungguh patut diragukan keabsahannya dan kebenaran apakah memang ada pengumpulan pertama tersebut.

Beragam Versi Pengumpulan

Tentang siapa yang mempunyai ide pengumpulan pertama ini dan pelaksananya juga ada beberapa laporan yang berbeda-beda.

1). Versi Pertama :
Ide pengumpulan berasal dari Umar. Versi ini yang paling umum diterima dimana menyebutkan bahwa ide pengumpulan adalah berasal dari Umar yang dia sampaikan kepada Abu Bakar.

Dikutip dari :
Bukhari, Volume 006, Buku 061, Hadis nomor 509

Dari Zaid bin Tsabit, ia berkata : Abu Bakar memberitahukan kepadaku tentang orang yang gugur dalam pertempuran Yamamah, sementara Umar berada disisinya. Abu Bakar berkata : “Umar telah datang kepadaku menceritakan bahwa peperangan Yamamah telah mengakibatkan gugurnya banyak penghafal Al-Qur’an, dan Umar khawatir akan berguguran pula para penghafal lainnya dalam peperangan-peperangan lain sehingga mungkin banyak bagian Al-Qur’an akan hilang. Umar minta agar aku memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Lalu aku katakan kepada Umar : Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah

2). Versi Kedua

Ide berasal dari Abu Bakar.
Khawatir jika sebagian besar qur’an lenyap bersamaan dengan meninggalnya penghafal, Abu Bakar, khalifah pertama memerintahkan pengumpulan qur’an. Sahabat-sahabat nabi dan penghafal qur’an diminta untuk datang dan menginformasikan apa yang mereka ketahui baik bahan tertulis maupun hafalan. Abu Bakar memerintahkan Umar bin Khattab dan Zaid bin Tsabit untuk duduk dimuka pintu masuk masjid di Medina dan menuliskan setiap ayat atau bagian qur’an dimana setidaknya dikuatkan oleh kesaksikan 2 orang. Dalam satu kasus khusus, kesaksian 1 orang dianggap cukup yaitu dalam kasus 2 ayat terakhir dari surah 9 dimana hanya ditemukan pada Abu Khuzaima.

Sumber :
Bukhari, Sahih, vol 3 p 392-93
Tirmidhi, Sunan, vol 4 p 346-47
Abu Bakr al Marwazi, Musnad Abi Bakr al Siddiq, p 97-99, 102-4
Ibn Abu Dawud, Kitab al Masahif, p 6-7, 9, 20
Ibn al Nadim, Fihrist, p 27
al Khatib al Baghdadi, Mudih awham al jam wa l tafrig, vol 1 p 276
Bayhaqi, Dalail al Nubuwwa, vol 7 p 149-50

3) Versi Ketiga :
Pengumpulan dilakukan oleh Ali


Ada juga banyak laporan bahwa setelah nabi SAW meninggal, Ali bersumpah untuk tidak keluar dari rumah hingga berhasil mengumpulkan seluruh qur’an dalam satu mushaf. Ali bahkan tidak hadir saat pelantikan Abu Bakar sebagai khalifah pengganti kepemimpinan nabi SAW. Ikrima melaporkan bahwa Ali bin Abi Thalib tinggal di rumahnya hingga setelah selesai pelantikan Abu Bakar. Dikabarkan bahwa Ali tidak senang dengan terpilihnya Abu Bakar. Maka Abu Bakar kemudian menemui Ali dan berkata, “Apakah engkau tidak senang dengan pelantikanku?” Ali menjawab, Tidak, demi Tuhan!” Abu Bakar bertanya kembali, “Kalau begitu apa yang menyebabkan engkau tidak hadir dalam pelantikanku?” Ali menjawab, “Aku melihat bahwa Al-qur’an telah ditambahkan, sehingga aku bernasar : “Aku tidak akan menggunakan jubahku kecuali untuk sembahyang, hingga aku bisa mengumpulkan Al-Qur’an.” Abu Bakar berkata, “Itu adalah hal yang sangat mulia.”

Sumber :
Ibn Sa’d, Kitab al Tabaqat al Kabir, vol 2 p 338
Ibn Abi Shayba, vol 6 p 148
Yaqubi, Kitab al Tarikh, vol 2 p 135
Ibn Abu Dawud, Kitab al Masahif, p 10
Ibn al Nadim, Fihrist, p 30
Abu Hilal al Askari, vol 1 p 219-20
Abu Buaym, vol 1 p 67
Ibn Abd al Barr, al Istiab, p 333-34
Ibn Juzay, vol 1 p 4
Ibn Abi al Hadid, vol 1 p 27
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 204, 248
Kulayni, al Kafi, vol 8 p 18

Setelah berhasil menyusun mushafnya, Ali menunjukkannya kepada sahabat-sahabat nabi, namun mereka menolaknya sehingga Ali harus membawanya pulang kembali.

Sumber :
Sulaym b. Qays al Hilali, Kitab Sulaymn b. Qays, p 72, 108
Basair al Darajat, p 193
Kulayni, al Kafi, vol 2 p 633
Abu Mansur al Tabrisi, vol 1 p 107, 255-28
Ibn Shahrashub, Manaqib Al Abi Talib, vol 2 p 42
Yaqubi, Kitab al Tarikh, vol 2 p 135-6
Variasi cerita beragam, berikut diberikan lagi dari sumber syiah.

Dikutip dari :
Syi'ah dan Al Qur'an
Dr. Ihsan Ilahi Zhahier

Dalam riwayat yang dikemukakannya itu seorang ahli hadist Syi'ah mengatakan, bahwa menurut riwayat dari Abu Dzar Al-Ghifariy, ketika Rasul Allah s.a.w. wafat, Ali (bin Abi Thalib) mengumpulkan ayat-ayat suci Al-Qur'an kemudian diberikan kepada kaum Muhajirin dan Anshar, sebagaimana yang telah diwasiatkan kepadanya oleh Rasul Allah s.a.w. Ketika Al Qur'an yang dihimpun oleh Ali itu dibuka oleh Abu Bakar, pada halaman pertama ia menemukan ayat-ayat yang mengungkapkan keburukan golongannya. Melihat hal itu Umar naik pitam lalu berkata kepada Ali, "Hai Ali, ambillah Qur'an itu, kami tidak membutuhkannya!" Himpunan ayat-ayat itu lalu diambil kembali oleh Ali, kemudian ia pergi. Umar memanggil Zaid bin Tsabit, seorang penghafal Al-Qur'an. Kepadanya Umar berkata, "Ali datang kepadaku membawa Al Qur'an, di dalamnya terdapat ayat-ayat yang menjelek-jelekkan kaum Muhajirin dan Anshar. Kami berpendapat lebih baik kita menghimpun Al Qur'an dan menghilangkan ayat-ayat yang menjelek-jelekan kaum Muhajirin dan Anshar." Beberapa hari kemudian Zaid datang membawa Al-Qur'an yang dikarang atas permintaan Umar. Ia berkata kepada Umar, "Jika kita telah selesai membuat Al Qur'an yang anda minta, kemudian Ali memperlihatkan Al Qur'an yang dihimpunnya sendiri, apakah semua yang telah anda kerjakan itu tidak akan sia-sia?" Umar berkata, "Lantas bagaimanakah cara untuk mengatasinya?" Zaid menjawab, "Tidak ada jalan lain kecuali kita harus membunuhnya agar kita dapat beristirahat dari gangguannya!". Umar lalu merencanakan pembunuhan Ali dengan menggunakan tangan Khalid bin Al Walid, tetapi gagal.

4.) Versi Keempat :
Pengumpul pertama adalah Salim

Laporan lainnya menyatakan bahwa orang pertama yang mengumpulkan Qur’an adalah Salim, salah satu pelanggan Abu Hudayfa. dilaporkan bahwa setelah nabi SAW meninggal, Salim bersumpah untuk tidak menggunakan jubahnya hingga berhasil mengumpulkan Qur’an dalam satu mushaf. Kisah ini sangat mirip dengan kisah Ali diatas, hanya beda subyeknya saja. Salim kemudian meninggal di pertempuran Yamama.

Sumber: Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 205,
mengutip dari Ibn Ashta Kitab al Masahif

5) Versi Kelima :
Murni oleh Umar - diselesaikan oleh Umar Laporan bersumber dari Noeldeke, Geschichte, halaman 17 yang mengutip dari Yaqubi, Kitab al Tarikh. Laporan menyatakan bahwa Karena Abu Bakar menolak mengumpulkan Al-Qur’an dengan alasan nabi tidak pernah melakukannya, maka Umar mengambil inisiatif sendiri untuk mengumpulkan Al-Qur’an dan menuliskannya sendiri. Kemudian Umar memerintahkan 25 orang Quraish dan 50 orang Anshar untuk menyalinnya dan mengajukannya kepada Said ibn al Ash. Jadi disini tidak ada peran Usman dan Zaid bin Tsabit sama sekali.

6) Versi Keenam:
Ide oleh Umar - Penyelesaian oleh Usman
Akibatnya muncullah laporan lain untuk menyelaraskan pertentangan ini dengan menyebutkan bahwa pengumpulan dilakukan oleh khalifah Umar, namun beliau meninggal sebelum pengumpulan selesai. Tugas ini kemudian dilanjutkan oleh Usman yang berhasil mengumpulkan quran yang resmi dalam satu mushaf.

Dikutip dari:
Abu Hilal al Askari, vol 1 p 219
Umar ibn Khattab memutuskan mengumpulkan Al-Qur’an. Ia berdiri ditengah manusia dan berkata : “Barang siapa yang menerima bagian Al-Qur’an apapun langsung dari Rasulullah, bawalah kepada kami.” Mereka telah menulis yang mereka dengar (dari Rasulullah) di atas lembaran-lembaran, luh-luh dan pelepah-pelepah kurma. Umar tidak menerima sesuatupun dari seseorang hingga dua orang menyaksikan (kebenarannya). Tetapi ia terbunuh ketika tengah melakukan pengumpulannya. Usman bin Affan bangkit (melanjutkannya) dan berkata : “Barang siapa memiliki sesuatu dari Kitab Allah, bawalah kepada kami ..........

7). Versi Ketujuh:
Ide pengumpulan oleh Usman

Namun, beberapa laporan menolak pendapat bahwa telah ada perintah resmi pengumpulan quran sebelum masa khalifah Usman. Pengumpulan dilakukan oleh khalifah Usman. Jadi dalam hal ini sama sekali tidak ada peran dari Abu Bakar dan Umar dalam proses pengumpulan Al-qur’an

Sumber :
Ibn Asakir, Biography of Uthman, p 170
Zarkashi, al Burhan fi ulum al Quran, vol 1 p 241
Laporan ini diperkuat dengan beberapa kesaksian dari komunitas muslim awal.

Sumber :
Zarkashi, al Burhan fi ulum al Quran, vol 1 p 235
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol1 p 211
Ibn Asakir, Biography of Uthman, p 243-46
Jadi setidaknya ada 7 versi pengumpulan pertama Al-Qur’an dan ke 4 khalifah pertama (Abu Bakar, Umar bin Khathab, Usman bin Affan dan Ali) semuanya mendapat bagian untuk diceritakan sebagai pengumpul Al-Qur’an yang pertama.


NASIB MUSHAF PERTAMA
Menurut versi mayoritas yaitu versi pertama, semua bahan-bahan yang diperoleh Zaid bin Tsabit kemudian dituliskan dalam lembaran kertas atau perkamen namun belum dikumpulkan dalam satu mushaf dan disimpan oleh Abu Bakar. Sumber :
Yaqubi, Kitab al Tarikh, vol 2 p 135
Suyuthi, al Itqan fi Ulum al Quran, vol 1 p 185, 207, 208

Kemudian, lembaran-lembaran qur’an ini tidak dipublikasikan kepada umum. Sebagian muslim tetap memiliki qur’an dalam bentuk yang tercerai-berai. Lembaran-lembaran ini tetap dalam pemilikan Abu Bakar dan kemudian Umar. Setelah Umar meninggal suhuf kemudian disimpan oleh Hafsa (putri Umar).

Dikutip dari :
Muqadimah Al-Qur’an, halaman 24

Dengan demikian Al-Qur’an dan seluruhnya telah ditulis oleh Zaid bin Tsabit dalam lembaran-lembaran dan diikatnya dengan benang, tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah, kemudian diserahkan kepada Abu Bakar. Mushaf ini tetap ditangan Abu Bakar sampai ia meninggal, kemudian dipindahkan ke rumah Umar bin Khattab dan tetap ada di sana selama masa pemerintahannya. Sesudah beliau wafat, mushaf itu dipindahkan ke rumah Hafsah, puteri Umar, istri Rasulullah sampai masa pengumpulan dan penyusunan Al-qur’an di masa khalifah Umar. Namun ironisnya, mushaf “asli” yang menjadi dasar penyusunan mushaf Usman inipun pada akhirnya dimusnahkan oleh Marwan bin Al-Hakam.

Dikutip dari :
Studi Ulumul Qur'an, Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah
Pustaka Setia, Juni 2003, halaman 40

Sepulangnya dari mengiring jenasah Hafsa, Marwan ibn Al-Hakam mengirim surat kepada saudara Hafsah, Abdulah ibn Umar, untuk mengirimkan mushaf-mushaf itu kepada Marwan dan menyuruhnya untuk merobek-robek mushaf tersebut......... Dia berkata, "Saya lakukan hal ini karena khawatir, ketika zaman berlalu atau dikemudian hari, manusia akan meragukan keadaan ini."

Catatan tambahan tentang mushaf Abu Bakar :
Kenapa mushaf ini akhirnya HANYA DISIMPAN ABU BAKAR, UMAR dan HAFSAH putri Umar dan TIDAK DIPUBLIKASIKAN sama sekali padahal Abu Bakar dan Umar adalah pemimpin Islam saat itu? Kenapa mushaf tidak disebarluaskan untuk membantu lebih banyak lagi muslim yang akan menghafal al-qur’an, bukankah motif pengumpulannya karena mengingat kekuatiran akan berkurangnya penghafal qur’an dan hilangnya banyak bagian al-qur’an akibat peperangan? Kenapa mushaf ini pada akhirnya harus dimusnahkan juga kalau Zaid bin Tsabit hanya sekedar mengcopynya? Jawaban yang masuk akal adalah : Mushaf Hafsah tidaklah sempurna, ini berarti mitos hafalan sempurna tidaklah benar dan sekedar klaim bohong. Zaid bin Tsabit telah melakukan perubahan dalam mushaf yang disusunnya diera Usman

VALIDITAS PENGUMPULAN PERTAMA

Keabsahan cerita-cerita pengumpulan pertama oleh Abu Bakar, Umar dan Zaid bin Tsabit memang sangat meragukan. Cerita tentang keterlibatan mereka dalam pengumpulan Qur’an tidak pernah muncul dalam tulisan sebelum sekitar tahun 850 an M (sekitar 220 tahun setelah nabi SAW meninggal).

Sebagai contoh, cerita keterlibatan mereka tidak ada dalam : 1). kitab Tabaqat karya Ibn Sa’d (meninggal 845 M) dalam bagian yang membahas tentang Abu Bakar, Umar dan Zaid. Mustahil jika Ibn Sa’d tidak menuliskan keterlibatan mereka dalam pengumpulan jika hal itu memang terjadi. 2). kitab Musnad Ahmad bin Hanbal (meninggal 855 M) yang telah mengumpulkan begitu banyak laporan tentang jasa-jasa para sahabat nabi. Jadi laporan dari Ibn Asakir dan Zarkasyi tentang tidak adanya usaha pengumpulan sebelum Usman tampaknya sangat masuk akal. Kisah-kisah pengumpulan oleh Abu Bakar dan Umar tampaknya diciptakan kemudian dengan tujuan : 1). untuk memberikan legitimasi tambahan bagi mushaf Usman 2). untuk memberikan kesan bahwa Al-Qur’an sudah dikumpulkan dengan sempurna segera setelah Muhammad SAW meninggal.

PENGUMPULAN KEDUA

KISAH PENGUMPULAN

Kisah pengumpulan kedua ini umumnya diterima secara mayoritas. Kisahnya adalah sebagai berikut.

Dikutip dari :
Sahih Bukhari Volume 6, Buku 61, Nomor 510 :
Dikisahkan oleh Anas bin Malik:
Hudhaifa bin Al-Yaman menghadap Usman. Ia tengah memimpin penduduk Siria dan Irak dalam suatu ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan. Hudhaifa merasa cemas oleh pertengkaran mereka (penduduk Siria dan Irak) tentang bacaan Al-qur’an. Maka berkatalah Hudhaifa kepada Usman : “Wahai Amir Al-Mu’minin, selamatkanlah umat ini sebelum mereka bertikai tentang Kitab (Allah), sebagaimana yang telah terjadi pada umat Yahudi dan Nasrani pada masa lalu.” Kemudian Usman mengirim utusan kepada Hafsa dengan pesan : “Kirimkanlah kepada kami shuhuf yang ada ditanganmu, sehingga bisa diperbanyak serta disalin ke dalam mushaf-mushaf, dan setelah itu akan dikembalikan kepadamu.” Hafsah mengirim shuhufnya kepada Usman. Usman kemudian memerintahkan Zaid bin Thabit, Abdullah bin AzZubair, Said bin Al-As dan 'AbdurRahman bin Harith bin Hisham untuk menulis ulang manuskrip dengan sempurna. Usman berkata kepada ketiga orang Quraish, “Jika kamu berbeda pendapat dengan Zaid bin Thabit, maka tulislah dalam dialek Quraish karena Qur’an diturunkan dalam dialek tersebut. Mereka melakukannya dan kemudian membuat beberapa copy. Usman mengembalikan mushaf asli kepada Hafsah. Mushaf-mushaf salinan yang ada kemudian dikirim Usman ke setiap provinsi dengan perintah agar seluruh rekaman tertulis al Qur'an yang ada - baik dalam bentuk fragmen atau kodeks - dibakar habis. Zaid bin Thabit berkata, “Satu ayat dari sura Ahzab hilang olehku saat kami mengcopy Qur’an dan aku biasa mendengar Rasulullah membacanya. Maka kami mencari ayat tersebut dan menemukannya pada Khuzaimah bin Thabit Al ansari. Ayat tersebut adalah : “Diantara orang-orang mumin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. (33 : 23). Jadi Usman saat menjabat khalifah meminjam suhuf dari Hafsa dan kemudian menyalinnya dan menjilid dalam satu buku qur’an. Usman membuat beberapa copy dan dikirim ke beberapa daerah Islam dan kemudian memerintahkan pembakaran semua salinan qur’an yang lainnya dimanapun ditemukan.

Sumber :
Bukhari, vol 3 p 393-94,
Tirmidhi, Sunan, vol 4 p 347-8
Abu Bakr al Marwazi, Musnad Abu Bakr al Siddiq, p 99-101
Ibn Abi Dawud, Kitab al Masahif, p 18-21
Bayhaqi, Dalail al Nubuwwa, vol 7 p 15051
Abu Hilal Askari, Kitab al Awail, vol 1 p 218

Tindakan Usman membakar salinan Al-Qur'an ini tidaklah disetujui secara aklamasi oleh komnitas muslim awal. Berikut diberikan kutipan dari Abi Dawud.

Sumber :
Abi Dawud Kitab al-Masahif; dan al-Tabari, buku 1, chpt. 6, no. 2952 : Proses pembakaran terhadap salinan Qur’an yang ditulis oleh para saksi mata oleh Usman ini tidaklah disetujui oleh komunitas muslim secara umum. Mereka menyatakan bahwa Usman telah memusnahkan kitab Allah karena sesungguhnya qur’an adalah dalam banyak bentuk, dan Usman telah memusnahkan semuanya kecuali satu.

Validitas Tim Pengumpul

Kontrakdiksi muncul dari nama-nama tim penyusun karena ada beberapa laporan yang berbeda.
1). Versi Pertama Dengan mendasarkan dari sahih Bukhari diatas berarti ada 4 orang yaitu : Zaid bin Thabit, 'Abdullah bin AzZubair, Said bin Al-As dan 'AbdurRahman bin Harith bin Hisham
2). Versi Kedua Noeldeke dalam bukunya Geschichte, halaman 50 menuliskan ada 5 orang : Zaid bin Thabit, 'Abdullah bin AzZubair, Abdullah ibn Amr ibn al-Ash, Abdullah ibn Absas dan AbdurRahman bin Harith bin Hisham
3). Versi Ketiga Menurut Ibn Abi Dawud dalam Kitab Mashahif halaman 22 – 25 ternyata hanya mencatat 2 nama saja yaitu : Zaid bin Thabit dan Said bin Al-Ash
4). Versi Keempat Menurut Thabari dalam kitab Tafsirnya halaman 20 menuliskan 2 nama : Zaid bin Thabit dan Aban ibn Said ibn al Ash.
5). Versi Kelima Menurut Ibn Abi Dawud dalam kitab Mashahif halaman 25 mencatat pendapat lain lagi dimana penyusunnya adalah Ubay bin Ka’ab yang memimpin 12 orang. Namun pendapat ini tampaknya tidak benar karena Ubay bin Kaab diperkirakan telah meninggal sekitar 22 H.

VALIDITAS SUMBER YANG DIGUNAKAN

Kontradiksi ternyata juga muncul pada sumber yang digunakan untuk menyalin Al-Qur’an.

1. Versi Pertama :

Sumber mushaf Hafsa
Pendapat mayoritas menyebutkan sumber adalah dari mushaf Hafsa sebagaimana laporan berikut :
Sahih Bukhari Volume 6, Buku 61, Nomor 510 :
Dikisahkan oleh Anas bin Malik: ……. Kemudian Usman mengirim utusan kepada Hafsa dengan pesan : “Kirimkanlah kepada kami shuhuf yang ada ditanganmu, sehingga bisa diperbanyak serta disalin ke dalam mushaf-mushaf, dan setelah itu akan dikembalikan kepadamu.” Hafsah mengirim shuhufnya kepada Usman ……...

2). Versi Kedua :
Sumber muhaf Ubay bin Ka’ab. Pendapat minoritas menyebutkan bahwa Al-Qur’an dikumpulkan dari mushaf Ubay bin Kaab

Sumber :
Ibn Abi Dawud, Kitab Mashahif, p. 30

3). Versi Ketiga :
Sumber mushaf Aisha. Pendapat minoritas yang merupakan variasi dari versi Umar – Usman (versi ke 4) menyebutkan bahwa Al-Qur’an disalin dari mushaf Aisha menurut laporan dari Abdullah ibn Zubayr.

Dikutip dari :
Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an,Taufik Adnan Amal, Halaman 198

Dikisahkan ada seseorang yang datang kepada Umar dan melaporkan pertikaian umat Islam tentang Al-Qur’an. Karena itu Umar memutuskan untuk mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu bacaan ….. namun Umar terbunuh ….. Orang yang sama kemudian menghadap Usman ...... Usman memerintahkan Abdullah ibn Zubayr untuk meminjam mushaf Aisha Setelah diteliti dan dilakukan perbaikan, Usmanlalu merobek-robek lembaran lainnya

VALIDITAS PERAN ZAID BIN TSABIT

Kontradiksi tidak berhenti pada siapa yang memiliki gagasan pengumpulan tersebut. Bahkan lebih jauh lagi, kontradiksi juga terjadi pada peran Zaid b. Tsabit dalam proses pengumpulan ini. Ada 3 versi yang berbeda-beda

1). Versi Pertama
Mengisahkan bahwa pengumpulan dilakuan oleh Zaid bin Tsabit 2 kali, sekali dibawah Abu Bakar, sekali dibawah Usman

Sumber :
Bukhari, vol 3 p 393-94
Tirmidhi, Sunan, vol 4 p 348
Ibn Abi Dawud, Kitab al Masahif, p 31
Ibn Asakir, Biography of Uthman, p 234-36)

2). Versi Kedua :
Tidak menuliskan keterlibatan Zaid sama sekali, pengumpulan justru dilakukan oleh Ubay bin Kaab.

Sumber :
Ibn Abi Dawud, Kitab al Masahif, p 10-11
Versinya adalah pada saat pengumpulan dilakukan oleh Abu Bakar, tim penyusun Al-Qur’an dipimpin oleh Ubay bin Kaab yang mendiktekan ayat-ayat kepada tim penyalin. Ketika mencapai pada ayat 9 : 127, beberapa diantara tim penyalin memandang bahwa ayat ini adalah yang terakhir kali diwahyukan nabi SAW. Tetapi, Ubay menunjukkan bahwa nabi telah mengajarkannya 2 ayat lagi (9 : 128 dan 129) yang merupakan bagian terakhir dari wahyu.

3). Versi Ketiga :
Dua laporan lainnya bahkan menyebutkan Zaid bin Tsabit telah mengumpulkan qur’an bahkan saat nabi masih hidup, dalam bentuk fragmen-fragmen yang ditulis dibahan-bahan primitif.

Sumber :
Tirmidhi, Sunan, vol 5 p 390
Al Hakim al Naysaburi, al Mustadrak, vol 2 p 229, 611
Namun versi ketiga ini jelas betabrakan dengan laporan yang dikutip oleh Suyuthi yang menyatakan saat nabi meninggal qur’an belum dikumpulkan
Sumber :
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 202
Cacat Dalam Pengumpulan

Namun dalam proses pengumpulan oleh Usman ternyata tidak sesempurna yang dibayangkan. Beberapa karya-karya klasik ulama dan pakar muslim melaporkan bahwa beberapa wahyu ternyata telah hilang sebelum pengumpulan oleh Abu Bakar.

Laporan Umar
Dilaporkan, sebagai contoh, Umar mencari ayat tertentu yang hanya diingatnya samar-samar. Namun dengan menyesal akhirnya Umar menemukan bahwa orang yang menghafal ayat tersebut telah terbunuh dalam perang Yamama sehingga ayat tersebut hilang selamanya. Ia mengekspresikan rasa kehilangannya dengan mengucapkan inna li-llahi wa inna ilayhi raji un, lalu memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur’an, sehingga Umar adalah orang yang pertama yang mengumpulkan Al-Qur’an kedalam mushaf.

Sumber :
Ibn Abi Dawud, Kitab al Masahif, p 10
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 204

Umar juga mengingat keberadaan ayat lain yang dikeluarkan dari Qur’an

Sumber :
Mabani, p 99
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 3 p 84
Ibn Abi Shayba, vol 14 p 564, ekspresi yang digunakan adalah Faqadnah, artinya “kita kehilangan ayat tersebut”)

Atau mungkin hilang, termasuk didalamnya adalah ayat tentang kewajiban terhadap orang tua

Sumber :
Abd al Razzaq, vol 9 p 50
Ahmad b. Hanbal, vol 1 p 47, 55
Ibn Abi Shayba, vol 7 p 431
Bukhari, vol 4 p 306
Ibn Salama, al Nasikh wal Mansukh, p 22
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 3 p 84
Zarkashi, al Burhan fi ulum al Quran, vol 1 p 39 (mengacu pada Abu Bakar)
Dan ayat tentang jihad Sumber :
Muhasibi, Fahm al Quran an wa manih , p 403
Mabani, p 99
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 3 p 84

Menurut laporan Suyuthi dalam Al-Itqan dikisahkan bahwa Umar bertanya kepada Abdulah Rahman bin Auf apakah mengingat ayat berikut : Berjuanglah seperti kalian berjuang untuk pertama kalinya. Klaim Umar terutama tentang ayat pertama (kewajiban terhadap orang tua) diperkuat oleh tiga orang lainnya yang memiliki otoritas dalam qur’an yaitu Zayd b. Thabit, 'Abd Allah b. 'Abbas, dan Ubayy b. Ka'b.

Sumber :
Abd al Razzaq, vol 9 p 52
Muhasibi, Fahm al Quran an wa manih , p 400
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 3 p 84
Contoh laporan lainnya dalam Suyuthi - Al Itqan adalah : Al Tabrani melaporkan bahwa Umar bin Khattab berkata, “Al-Qur’an itu terdiri dari 1.027.000 kata.” Sementara Al-Qur’an yang ada sekarang hanya tinggal sekitar 1/3 nya.

AYAT RAJAM
Umar juga mengingat keberadaan ayat rajam sebagai hukuman bagi pezinah.


Sumber :
Malik b. Anas, Muwatta, vol 2 p 824
Ahmad b. Hanbal, vol 1 p 47, 55
Muhasibi, Fahm al Quran an wa manih , p 398, 455
Bukhari, vol 4 p 305
Muslim, Sahih, vol 2 p 1317
Ibn Maja, Sunan, vol 2 p 853
Tirmidhi, Sunan, vol 2 p 442-3
Abu Dawud, Sunan, vol 4 p 145
Ibn Qutayba, Tawil mukhtalif al hadith, p 313
Ibn Salama, al Nasikh wal Mansukh, p 22
Bayhaqi, al Sunan al Kubra, vol 8 p 211, 213

Dikutip dari :
Bukhari: vol. 8, hadis 817, halaman 539-540; buku 82. "…….. , dan diantara yang dinyatakan Allah adalah ayat-ayat tentang Rajam, dan kami telah menghafalkan dan mengerti ayat-ayat tersebut. Rasul Allah melakukan hukuman ini begitu juga kami. Saya khawatir bahwa setelah waktu lama berlalu, seseorang akan berkata, Demi Allah, kami tidak menemukan ayat-ayat Rajam dalam buku Allah”. … Tetapi Umar tidak dapat meyakinkan sahabat-sahabatnya untuk memasukkan ayat rajam kedalam qur’an sebab tidak ada yang menyokong pendapatnya sehingga persyaratan minimal kesaksian 2 orang tidak terpenuhi.

Sumber :
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 206
Namun, beberapa sahabat nabi kemudian mengingat keberadaan ayat rajam tersebut termasuk Aisha

Sumber :
Ahmad b. Hanbal, vol 5 p 183 (mengutip Zayd b. Thabit dan Said al-As Abd al Razzaq
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 3 p 82, 86
Suyuthi, al Durr al Manthur, vol 5 p 180 (mengutip Ubayy b. Ka'b dan
Ikrima)

Menurut laporan Suyuthi dala Al-Itqan, ayat rajam ini dilaporkan ada dalam mushaf Ubay bin Ka’b dan ditempatkan di sura 33. Bunyi ayat ini adalah : Apabila seorang laki-laki dewasa dan seorang perempuan dewasa berzina, maka rajamlah keduanya,itulah kepastian hukum dari Tuhan, dan Tuhan maha kuasa lagi bijaksana.

Laporan Aisyah

Aisha melaporkan bahwa bahwa ada satu lembaran yang berisi 2 ayat, termasuk ayat-ayat rajam, ditulis dalam lembaran yang disimpan dibawah tempat tidurnya. Sayang pada waktu pemakaman nabi SAW, seekor binatang memakannya hingga musnah. Disebutkan dalam bahasa Arab “dajin”, yang dapat berarti hewan seperti kambing, domba ataupun unggas.

Sumber :
Ibrahim b. Ishaq al Harbis, Gharib al hadith menyebutkan “shal” yang berarti domba
Zamakshari, al Kashaf, vol 3 p 518, footnote
Sulaym b. Qays al Hilali, Kitab Sulaymn b. Qays, p 108
Al Fadl b. Shadahn, al Idah, p 211
Abd al Jalil al Qazwini, p 133

Peristiwa hilangnya ayat-ayat Al-Qur’an akibat dimakan binatang sungguh menggelikan, menyedihkan dan membuktikan bahwa Allah SWT adalah pembohong kelas kakap karena tidak bisa memenuhi apa yang dia janjikan dalam ayat berikut : QS 15 : 9 : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya [793].
Peristiwa terjadi saat rumah sedang sibuk dengan pemakaman nabi SAW.

Sumber :
Ahmad b. Hanbal, vol 4 p 269
Ibn Maja, Sunan, vol 1 p 626
Ibn Qutayba, Tawil, p 310
Shafi'i, Kitab al Umm, vol 5 p 23, vol 7 p 208

Menurut laporan dari Ibn Maja menceritakan bahwa Aisyah berkata : ayat al-Radha'ah sebanyak 10 kali telah diturunkan oleh Allah SWT dan ditulis dalam mushaf di bawah katilku, tetapi manakala wafat Rasulullah dan kami sibuk dengan pemakamannya maka ayat-ayat tersebut HILANG. Satu contoh adalah laporan dari Suyuthi dalam Al-Itqan sbb : Aisyah menyatakan Surah al-Ahzab 33 : 56 pada masa Nabi adalah LEBIH PANJANG yaitu dibaca "Wa'ala al-Ladhina Yusaluna al-Sufuf al-Uwal" selepas "Innalla ha wa Mala'ikatahu Yusalluna 'Ala al-Nabi..." Aisyah berkata,"Yaitu sebelum USMAN MENGUBAH mushaf-mushaf." Aisha dilaporkan menyatakan bahwa saat nabi SAW hidup, sura 33 (al-Ahzab) adalah 3 kali lebih panjang daripada yang ada dalam mushaf Usman.

Sumber :
Al Raghib al Isfahani, Muhadarat al Udaba, vol 4 p 434
Suyuti, al Durre Manthur, vol 5 p 180
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 226

Kutipan dari Suyuthi : Aisyah berkata, "Surah al-Ahzab dibaca pada zaman Rasulullah SAW SEBANYAK 200 AYAT, tetapi pada masa Usman menulis mushaf surah tersebut TINGGAL 173 AYAT SAJA."


LAPORAN ANAS BIN MALIK

Anas b. Malik mengingat satu ayat yang turun saat beberapa muslim terbunuh dalam perang, tetapi kemudian hilang

Sumber :
Muhasibi, Fahm al Quran an wa manih , p 399
Tabari, Jami al Bayan, vol 2 p 479
Ayat yang diingat Anas bin Malik adalah : Sampaikanlah kepada kaum kami bahwa kami telah bertemu Tuhan kami, dan Dia ridha kepada kami serta kamipun ridha kepadaNya.

LAPORAN ABDULLAH BIN UMAR

Abdullah ibn Umar menyatakan banyak bagian qur’an yang telah hilang.

Sumber :
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 3 p 81-82
Yang dikatakan oleh Abdullah bin Umar adalah : Sungguh seorang diantara kamu akan berkata, “Saya telah mendapatkan Al-Qur’an yang lengkap.” Dan tidak mengatahui taraf kelengkapannya. Sesungguhnya banyak bagian Al-Qur’an yang telah hilang, dan karena itu seharusnya ia berkata, “Saya telah mendapatkan yang masih ada”

LAPORAN UBAY BIN KA’AB

Ubay b. Ka’b, sebagai contoh, menuliskan sura 98 berbeda dimana Ubay mengklaim versi dia adalah dia dengar langsung dari nabi SAW. Menurut Arthur Jefrey dalam Materials , ayat yang dimaksud berbunyi : Sesunguhnya agama disisi Allah adalah al hanifiyah, bukan Yahudi dan bukan pula Nasrani. Maka barang siapa yang berbuat baik, tidak akan diingkari jerih payahnya. Ubay juga berpendapat bahwa sura 33 (al-Ahzab) seharusnya lebih panjang, dimana yang dia yakin ingat adalah ayat-ayat rajam yang tidak tertulis dalam mushaf Usman.
Ahmad b. HAnbal, vol 5 p 132
Muhasibi, Fahm al Quran an wa manih , p 405
Bayhaqi, al Sunan al Kubra, vol 8 p 211
Al Hakim al Naysaburi, al Mustadrak, vol 2 p 415
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 3 p 82 (klaim yang sama tentang jumlah ayat sura 33 dan keberadaan ayat-ayat rajam diutarakan oleh Umar dan Ikrima dalam Suyuti, al Durre Manthur, vol 5 p 180)
Klaim Ubay juga diperkuat oleh Zayd b. Thabit

Sumber :
Zarkasi, al Burhan fi ulum al Quran, vol 2 p 35, dimana ayat dikatakan seharusnya berada di Sura 25 (al Nur)
Mabani, p 83 dan 86, menyatakan ayat seharusnya berada di Sura al Ahzab


Suyuthi dalam Al Itqan bahkan melaporkan Zaid bin Tsabit mengerti ayat ini. Zaid ibn Thabit and Sa'id bin al-As sedang menuliskan mushaf dan saat mereka sampai pada ayat ini Zaid berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW berkata : ‘Lelaki dewasa dan perempuan dewasa yang berzinah, rajamlah mereka sebagai hukuman’. Umar kemudian berkata, “Ketika ayat diturunkan aku menemui Rasulullah SAW dan berkata, ‘Akankan aku tulis ayat ini’, tetapi Rasulullah terlihat ragu-ragu. Dua sura pendek yang dikenal dengan Sural al-Hafd dan Sura al-Khal tercatat dalam mushaf Ubayy

Sumber :
Muhasibi, Fahm al Quran an wa manih , p 400-1
Ibn al Nadim, Fihrist, p 30
Al Raghib al Isfahani, Muhadarat al Udaba, vol 4 p 433
Zarkashi, al Burhan fi ulum al Quran, vol 2 p 37
Haytami, Majam al Zawaid, vol 7 p 157
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 226, 227

Menurut Arthur Jefrey dalam Materials ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut : Surat Al Khal : Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang 1. Ya Allah, kami memohon kepadaMu pertolongan dan ampunan 2. Kami menyanjungMu dan tidak bersikap kafir kepadaMu 3. Kami ungkapkan puja puji kepadaMu dan kami tinggalkan orang-orang yang berlaku curang kepadaMu. Surat Al Hafd : Dengan nama Allah yang pengasih, yang penyayang 1. Ya Allah, kepadaMu-lah kami menyembah 2. Dan kapadaMu-lah kami bersembahyang serta bersujud 3. Dan kepadaMu-lah kami berjalan bergegas-gegas serta bersegera 4. Dan berharap akan limpahan rahmatMu 5. Dan kami takut akan azabMu 6. Sesungguhnya azabmu menimpa semua orang yang kafir
Kedua sura tersebut tercatat juga dalam mushaf Ibn Abbas dan Abu Musa al Ashari

Sumber :
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 227
Diketahui juga oleh Umar

Sumber :
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 226-7
Diketahui juga oleh sahabat-sahabat nabi lainnya.

Sumber :
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 227, vol 3 p 85
Kutipan dari Suyuthi adalah : Dua surah yang bernama "al-Khal" dan "al-Hafd" telah ditulis dalam mushaf Ubayy bin Ka'b dan mushaf Ibn Abbas, sesungguhnya Ali AS mengajar kedua surah tersebut kepada Abdullah al-Ghafiqi, Umar b. Khatttab dan Abu Musa al-Asy'ari juga membacanya.

LAPORAN HUDHAYFA

Kesaksian juga diperkuat oleh Hudhayfa b. al-Yaman yang menemukan sekitar 70 ayat tidak tercantum dalam mushaf Usman. Ayat-ayat yang biasa dibacanya saat nabi SAW masih hidup.

Sumber :
Suyuti, al Durre Manthur, vol 5 p 180, mengutip dari Bukhari, Kitab at Tarikh


Hudhayfa juga meyakini bahwa Sura 9 (al-Bara'a) dalam mushaf Usman hanyalah ¼ dari yang biasa dibacakan saat nabi SAW masih hidup.

Sumber :
Al Hakim al Naysaburi, al Mustadrak, vol 2 p 331
Haytami, Majam al Zawaid, vol 7 p 28-29
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 3 p 84

Kutipan dari al Mustadrak Menurut Hudhayfa, muslim membaca “hanya seperempat dari Sura al Tawba yang berarti sebagian besar dari ayat-ayatnya telah hilang. Pendapat ini diperkuat oleh ahli hukum terkenal abad 2 H yaitu Malik b. Anas, pendiri sekolah hukum Islam Maliki

Sumber :
Zarkashi, al Burhan fi ulum al Quran, vol 1 p 263
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 226


Dilaporkan juga bahwa Suras 15 (al-Hijr) and 24 (al-Nur) seharusnya lebih panjang dari yang tercantum dalam mushaf Usman.

Sumber :
Sulaym b. Qays al Hilali, Kitab Sulaymn b. Qays, p 108
Abu Mansur al Tabrisi, al Intijaj, vol 1 p 222, 286
Zarkashi, al Burhan fi ulum al Quran, vol 2 p 35


LAPORAN ABU MUSA

Abu Musa al-Ash'ari mengingat keberadaan 2 sura yang panjang dimana hanya satu ayat dari 2 sura itu yang dia masih ingat. Namun 2 sura itu tidak ada dalam mushaf Usman.

Sumber :
Muslim, vol 2 p 726
Muhasibi, Fahm al Quran an wa manih , p 405
Abu Nuaym, Hilyat al Awliya, vol 1 p 257
Bayhaqi, Dalai, vol 7 p 156
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 3 p 83

Satu ayat yang diingat oleh Abu Musa dalam sebuah sura yang panjangnya menyerupai sura musabbihat (sura 57, 59, 61, 62 dan 64) menurut Imam Muslim adalah : Hai orang-orang beriman, mengapa kalian katakan apa yang tidak kalian lakukan? Maka dituliskan sebuah kesaksian di leher-lehermu dan kalian akan ditanya tentangnya di hari berbangkit. Satu dari 2 ayat yang dia ingat (Jika anak Adam memiliki 2 timbunan emas, dia akan mencari yang ketiga) juga dikutip oleh sahabat-sahabat nabi SAW yaitu Ubayy. Dalam mushaf Ubay, ayat ini ditempatkan di QS 10 diantara ayat 24 dan 25.

Sumber :
Ahmad b. Hanbal, vol 5 p 131-32
Muhasibi, Fahm al Quran an wa manih , p 400-01
Tirmidhi, Sunan, vol 5 p 370
Al Hakim al Naysaburi, al Mustadrak, vol 2 p 224

Juga oleh Ibn Masud

Sumber :
Al Raghib al Isfahani, Muhadarat al Udaba, vol 4 p 433


LAPORAN IBN ABBAS

Ibn 'Abbas juga melaporkan adanya ayat tentang anak Adam

Sumber :
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 227

Dikutip dari Sahih Muslim no. 2285 Ibn Abbas melaporkan bahwa rasulullah berkata, “Jika anak Adam memiliki timbunan kekayaan, dia akan mencari yang berikutnya, dan dia tidak akan merasa kenyang kecuali dengan debu .....


LAPORAN MASLAMA
Maslama b. Mukhallad al-Ansari menyebutkan 2 ayat lagi yang tidak terdapat dalam mushaf Usman.

Sumber :
Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 3 p 84

Ayat yang dimaksud berbunyi : 1. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, maka bergembiralah kamu, karena sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang beruntung 2. Dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan membantu serta berperang bersama mereka melawan kaum yang dikutuk Tuhan, maka tak satu jiwapun yang mengetahui apa yang disimpankan untuk mereka dari berbagai hal yang menyenangkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang mereka lakukan. Dan Aisha melengkapi dengan ayat yang ke 3.

Sumber :
Abd al Razzaq, vol 7 p 470
Ibn Maja, Sunan, vol 1 p 625, 626

LAPORAN IBN MAS’UD

Ibn Mas’ud tidak memasukkan sura 1, 113, dan 114 dalam mushafnya

Sumber :
Ibn Abi Shayba, vol 6 p 146-47
Ahmad b. Hanbal, vol 5, p 129-30
Ibn Qutayba, Tawail mushkil al Quran, p 33-34
Ibn al Nadim, Fihrist, p 29
Baqillani, al Intisar, p 184
Al Raghib al Isfahani, Muhadarat al Udaba, vol 4 p 434
Zarkashi, al Burhan fi ulum al Quran, vol 1 p 251, vol 2 p 128
Haytami, Majam al Zawaid, vol 7 p 149-50
Suyuthi, al Itqan fi Ulum al Quran, vol 1 p 224, 226, 270-73

Menurut laporan Suyuthi :
Ibn Mas’ud menolak memasukkan surah 1, 113 dan 114, karena sura-sura tersebut adalah doa-doa dan mantera untuk mengusir setan. Hal ini diperkuat dengan laporan dari al Razi, al Tabari dan Ibn Hajar
Namun ada beberapa kata dan kalimat dalam mushaf Mas’ud yang tidak terdapat dalam mushaf Usman

Sumber :
Arthur Jeffrey, Materials for the History of the Text of the Quran, the Old Codices, p 20-113
Mas’ud dan beberapa sahabat nabi lainnya juga mencatat beberapa ayat yang berbeda dari mushaf Usman.

Sumber :
Arthur Jeffrey, Materials for the History of the Text of the Quran, the Old Codices, p 114-238


Tidak mengherankan jika dilaporkan bahwa Ibn Masud menolak Qur’an hasil tulisan Zaid bin Tsabit sebagaimana terekam dalam laporan berikut :

Dikutip dari :
Ibn Sa'd's Kitab al-Tabaqat al-Kabir, vol. 2, p.444
Orang-orang telah berdosa dengan berbohong tentang bacaan Qur’an. Aku memilih untuk membaca Qur’an menurut apa yang aku terima dari Rasulullah daripada menurut apa yang ditulis oleh Zaid bin Tsabit. Demi Allah! Aku telah menghafal lebih dari 70 surah langsung dari mulut Rasulullah disaat Zaid masih anak kecil ......


LAPORAN USMAN

Namun yang paling ironis adalah kesalahan mushaf ternyata diketahui juga oleh Usman, laporannya adalah sbb :
Biographical Dictionary

Ibn Khallikan, p. 401 :
Abu Amr menyatakan bahwa dia mendengar kisah ini dari Katada as Sadusi :
“Ketika mushaf Usman ditulis dan diserahkan kepada Usman bin Affan, dia berkata, ‘Ada kesalahan-kesalahan bahasa didalam mushaf, tetapi biarkan orang-orang Arab di padang pasir memperbaikinya dengan pengucapan mereka.


LAPORAN ALI BIN ABI THALIB
Dikutip dari :
Merenungkan Sejarah Alquran

Luthfi Assyaukanie

Ibn Mas’ud bukanlah seorang diri yang tidak menyertakan al-Fatihah sebagai bagian dari Alqur’an. Sahabat lain yang menganggap surah “penting” itu bukan bagian dari Alquran adalah Ali bin Abi Thalib yang juga tidak memasukkan surah 13, 34, 66, dan 96. Hal ini memancing perdebatan di kalangan para ulama apakah al-Fatihah merupakan bagian dari Alquran atau ia hanya merupakan “kata pengantar” saja yang esensinya bukanlah bagian dari kitab suci.


LAPORAN IBN AL-NADIM

Dalam buku Fihrist karya al-Nadim, halaman 79 dituliskan daftar buku-buku kuno yang membahas tentang perbedaan antar manuskrip Qur’an kuno sbb :
Buku Tentang Perbedaan Manuskrip (Qur’an): Perbedaan Antara Manuskrip Penduduk Madina, Kufa dan Basrah menurut al Kisai
Kalaf, Buku Tentang Perbedaan Manuskrip. Perbedaan antara Penduduk Kufa, Basra dan Siria tentang Manuskrip, karya al Farra


Perbedaan Antar Manuskrip, karya al Sijistani

Al Mada’ini tentang perbedaan antar manuskrip dan pengumpulan al Qur’an
Perbedaan Manuskrip antara Penduduk Syria, Hijaz dan Iraq, karya Ibn Amir al Yashubi
Buku karya Muhammad ibn ‘Abd Al-Rahman al-Isbahani tentang perbedaan manuskrip

Dari daftar yang dibuat oleh Ibn Al Nadim sekitar tahun 988 ternyata sudah ada setidaknya 7 buku karya ulama kuno yang membahas tentang perbedaan antar manuskrip qur’an kuno. Perbedaan ini ternyata terjadi setidak-tidaknya antara 4 copy yang dikirim oleh Usman yaitu Medina, Kufa, Basra dan Syria (Damaskus).

PENUTUP

Laporan diatas membuktikan betapa catatan sejarah tentang pengumpulan Al-Qur’an sungguh mengalami variasi dan kontradiksi yang sangat mendasar. Seorang pakar Al-qur’an di Indonesia yaitu DR. Quraish Shihab dalam pengantarnya untuk buku Rekonstruksi Sejarah Al-Qur'an karya Taufik Adnan Amal, FKBA, 2001, berkata sbb :
halaman xvii ... Artinya, masih diperlukan upaya-upaya serius untuk "mengakhiri" berbagai hal yang menyelimuti sejarah al-qur'an.
.................
Sementara seorang pakar muslim dari Libanon, DR Subhi as Shalih berpendapat :

Membahas Ilmu Ilmu al-Qur'an
DR. Subhi As Shalih
Pustaka Firdaus, April 2001, hal 1 :

.... ada banyak riwayat dan pendapat dalam kitab-kitab sebelumnya yang saling bertentangan .... hal-hal yang kontradiktif tadi merupakan sumber penyakit dan pangkal musibah bagi umat Islam. Sementara seorang pemikir muda yaitu Sumanto Al-Qurtuby yang juga adalah Direktur Eksekutif ILHAM Institute berpendapat :

Sumber :
Lubang Hitam Agama
Sumanto Al-Qurtuby
Penerbit RumahKata, 2005, halaman 36 – 37


Menyadari realitas sejarah yang demikian, umat Islam bukan melakukan kritik diri sebaliknya membela mati-matian otoritas dan supremasi teks Al-Qur’an seraya menggembar-gemborkan sebagai teks yang otentik, asli, original, made in Tuhan, bukan teks palsu, imitasi seperti Bibel, Injil dan lainnya. Ini adalah bagian dari lelucon yang tidak lucu dari umat Islam yang katanya umat terbaik itu
Padahal teks Al-Qur’an yang sekarang ini tidak lebih adalah HASIL PENULISAN ULANG DI Kairo pada tahun 1923.


Dikutip dari :
Merenungkan Sejarah Alquran
Luthfi Assyaukanie

Alquran dalam bentuknya yang kita kenal sekarang sebetulnya adalah sebuah INOVASI yang usianya tak lebih dari 79 tahun. Usia ini didasarkan pada upaya pertama kali kitab suci ini dicetak dengan percetakan modern dan menggunakan STANDAR EDISI MESIR PADA TAHUN 1924. Sebelum itu, Alquran ditulis dalam beragam bentuk tulisan tangan (rasm) dengan teknik penandaan bacaan (diacritical marks) dan otografi yang BERVARIASI.
Sekian

Ariel
Tamu


Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 :: Debat Islam :: Alquran

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik