Login
Latest topics
» Ada apa di balik serangan terhadap Muslim Burma?by Dejjakh Sun Mar 29, 2015 9:56 am
» Diduga sekelompok muslim bersenjata menyerang umat kristen
by jaya Wed Nov 27, 2013 12:30 am
» Sekitar 6.000 orang perempuan di Suriah diperkosa
by jaya Wed Nov 27, 2013 12:19 am
» Muhammad mengaku kalau dirinya nabi palsu
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:53 pm
» Hina Islam dan Presiden, Satiris Mesir Ditangkap
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:50 pm
» Ratusan warga Eropa jihad di Suriah
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:48 pm
» Krisis Suriah, 6.000 tewas di bulan Maret
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:46 pm
» Kumpulan Hadis Aneh!!
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:43 pm
» Jihad seksual ala islam!
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:40 pm
Most active topics
Social bookmarking
Bookmark and share the address of Akal Budi Islam on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of on your social bookmarking website
Pencarian
Most Viewed Topics
Statistics
Total 40 user terdaftarUser terdaftar terakhir adalah tutunkasep
Total 1142 kiriman artikel dari user in 639 subjects
Top posting users this month
No user |
User Yang Sedang Online
Total 78 uses online :: 0 Terdaftar, 0 Tersembunyi dan 78 Tamu :: 1 BotTidak ada
User online terbanyak adalah 101 pada Fri Nov 15, 2024 3:57 am
Arab Saudi 'minta' Amerika Serikat hancurkan Iran
:: Debat Islam :: Akhlaq
Halaman 1 dari 1
Arab Saudi 'minta' Amerika Serikat hancurkan Iran
Permintaan Raja Abdullah termuat di dokumen yang dibocorkan Wikileaks
Salah satu dokumen resmi yang dibocorkan Wikileaks, situs pengungkap dokumen rahasia, menyebutkan bahwa Raja Abdullah dari Arab Saudi meminta Amerika Serikat menyerang dan menghancurkan fasilitas nuklir Iran.
Pesan dari raja Saudi soal Iran dilaporkan berbunyi: "Potong kepala ular."
Dokumen tentang permintaan Saudi dan berbagai pesan penting lain dimuat oleh lima surat kabar, di antaranya oleh The New York Times di AS dan The Guardian di Inggris.
Wartawan bidang Timur Tengah BBC Jeremy Bowen mengatakan kecurigaan Saudi, Yordania, dan beberapa negara lain di Timur Tengah tentang program nuklir Iran telah lama diketahui.
Yang mengejutkan adalah, kata Bowen, permintaan beberapa negara agar AS mengambil tindakan militer terhadap Iran.
BOCORAN WIKILEAKS
Iran berupaya mengadaptasi roket Korut menjadi rudal jelajah
Korupsi di Afghanistan : pejabat membawa uang kontan US$50 juta ketika pergi keluar negeri
Upaya memindahkan tawanan Guantanamo ke Slovenia
Permintaan kepada Jerman untuk tidak mendukung upaya penangkapan terhadap perwira CIA
Menlu Clinton memerintahkan operasi memata-matai pejabat PBB
Hubungan dekat PM Putin dan PM Berlusconi
Dugaan hubungan antara kelompok penjahat dan pemerintah Rusia
Kegagalan upaya AS cegah Suriah bantu persenjataan Hizbullah di Lebanon
Wartawan BBC mengatakan bocoran ini akan mempertajam pembahasan tentang program nuklir Iran dan kemungkinan aksi militer AS atau Israel terhadap Iran.
Dokumen tersebut juga akan membuat malu AS dan bagi para pemimpin Arab hampir dapat dipastikan mereka pasti akan marah karena pernyataan mereka dikutip di dokumen tersebut.
Sabotase komputer
Pesan-pesan lain yang dibocorkan Wikileaks mencakup Cina yang mengatur aksi sabotase komputer, termasuk upaya memasuki sistem komputer milik Google.
Ada pula dokumen yang menunjukkan agen-agen rahasia AS yang melancarkan operasi mata-mata terhadap para pejabat PBB.
Pemerintah AS mengecam keras penerbitan ratusan ribu dokumen rahasia dengan alasan pengungkapan dokumen tersebut mengancam jiwa diplomat dan sejumlah pihak lain.
Pernyataan Gedung Putih menyebutkan semua pihak yang selama mendukung pemerintah AS mendorong demokrasi dan pemerintah yang terbuka akan terancam dengan penerbitan dokumen ini.
"Presiden Obama mendukung pemerintah yang bertanggung jawab, akuntabel, dan terbuka di seluruh dunia. Penerbitan dokumen ini berbahaya dan mementahkan upaya pemerintah AS," kata Gedung Putih.
Pendiri Wikileaks, Julian Assange, menjawab tudingan ini dengan mengatakan pemerintah AS khawatir mereka akan dimintai pertanggungjawaban.
Salah satu dokumen resmi yang dibocorkan Wikileaks, situs pengungkap dokumen rahasia, menyebutkan bahwa Raja Abdullah dari Arab Saudi meminta Amerika Serikat menyerang dan menghancurkan fasilitas nuklir Iran.
Pesan dari raja Saudi soal Iran dilaporkan berbunyi: "Potong kepala ular."
Dokumen tentang permintaan Saudi dan berbagai pesan penting lain dimuat oleh lima surat kabar, di antaranya oleh The New York Times di AS dan The Guardian di Inggris.
Wartawan bidang Timur Tengah BBC Jeremy Bowen mengatakan kecurigaan Saudi, Yordania, dan beberapa negara lain di Timur Tengah tentang program nuklir Iran telah lama diketahui.
Yang mengejutkan adalah, kata Bowen, permintaan beberapa negara agar AS mengambil tindakan militer terhadap Iran.
BOCORAN WIKILEAKS
Iran berupaya mengadaptasi roket Korut menjadi rudal jelajah
Korupsi di Afghanistan : pejabat membawa uang kontan US$50 juta ketika pergi keluar negeri
Upaya memindahkan tawanan Guantanamo ke Slovenia
Permintaan kepada Jerman untuk tidak mendukung upaya penangkapan terhadap perwira CIA
Menlu Clinton memerintahkan operasi memata-matai pejabat PBB
Hubungan dekat PM Putin dan PM Berlusconi
Dugaan hubungan antara kelompok penjahat dan pemerintah Rusia
Kegagalan upaya AS cegah Suriah bantu persenjataan Hizbullah di Lebanon
Wartawan BBC mengatakan bocoran ini akan mempertajam pembahasan tentang program nuklir Iran dan kemungkinan aksi militer AS atau Israel terhadap Iran.
Dokumen tersebut juga akan membuat malu AS dan bagi para pemimpin Arab hampir dapat dipastikan mereka pasti akan marah karena pernyataan mereka dikutip di dokumen tersebut.
Sabotase komputer
Pesan-pesan lain yang dibocorkan Wikileaks mencakup Cina yang mengatur aksi sabotase komputer, termasuk upaya memasuki sistem komputer milik Google.
Ada pula dokumen yang menunjukkan agen-agen rahasia AS yang melancarkan operasi mata-mata terhadap para pejabat PBB.
Pemerintah AS mengecam keras penerbitan ratusan ribu dokumen rahasia dengan alasan pengungkapan dokumen tersebut mengancam jiwa diplomat dan sejumlah pihak lain.
Pernyataan Gedung Putih menyebutkan semua pihak yang selama mendukung pemerintah AS mendorong demokrasi dan pemerintah yang terbuka akan terancam dengan penerbitan dokumen ini.
"Presiden Obama mendukung pemerintah yang bertanggung jawab, akuntabel, dan terbuka di seluruh dunia. Penerbitan dokumen ini berbahaya dan mementahkan upaya pemerintah AS," kata Gedung Putih.
Pendiri Wikileaks, Julian Assange, menjawab tudingan ini dengan mengatakan pemerintah AS khawatir mereka akan dimintai pertanggungjawaban.
Bank internasional simpan kekayaan Libia
HSBC diklaim pernah menyimpan sejumlah aset kekayaan Libia bernilai jutaan dolar Amerika.
Sebuah laporan dari organisasi nir laba Global Witness menyatakan sejumlah institusi keuangan internasional pernah menyimpan miliaran dolar AS uang milik Libia.
Di antara institusi-institusi keuangan dunia yang disebut Global Witness misalnya HSBC, Royal Bank of Scotland, Goldman Sachs, JP Morgan Chase, Nomura dan Societe General.
Namun, para pejabat institusi keuangan tersebut menolak menjelaskan apakah mereka pernah atau masih memiliki dana Libia itu.
Saat ini, semua aset kekayaan Libia sudah dibekukan Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Dokumen yang diterbitkan 2010 itu menunjukkan HSBC setidaknya pernah menyimpan US$292,7 juta atau Rp2,5 triliun dalam 10 rekening berbeda.
Sementara itu sebanyak US$43 juta atau sekitar Rp368 miliar dalam tiga rekening disimpan di Goldman Sachs.
Tak hanya itu sekitar US$4 miliar atau sekitar Rp34 triliun disimpan dalam bentuk investasi dan bentuk lainnya.
Bank Nomura Jepang dan Bank of New York tak ketinggalan menyimpan kekayaan Libia ini. Kedua bank itu masing-masing menyimpan US$500 juta atau Rp4,3 triliun.
Sedangkan di Bank Libia dan Timur Tengah tersimpan aset dengan nilai total US$19 miliar atau Rp162 triliun lebih.
Sanksi ekonomi
Laporan Globall Witness juga memperlihatkan bahwa Otoritas Investasi Libia (LIA) memiliki miliaran dolar dalam bentuk saham di berbagai perusahaan ternama dunia seperti General Electric, BP, Vivendi dan Deutsche Telekom.
"Sangat absurd jika HSBC atau Goldman Sachs berpikir bisa bersembunyi di balik kerahasiaan pelanggan dalam kasus seperti ini," kata Direktur Kampanye Global Witness Chairman Gooch.
"Ada banyak rekening pemerintah, sehingga dipastikan pelanggan mereka adalah warga Libia dan bank-bank ini memiliki informasi penting tentang mereka," tambah Gooch.
Dibentuk tahun 2006, LIA memiliki aset bernilai setidaknya US$470 miliar atau lebih dari Rp600 triliun. Dan menurut Sovereign Wealth Fund Institute, LIA adalah lembaga keuangan terbesar ke-13 di dunia.
Awal bulan ini, Uni Eropa memperpanjang sanksi ekonomi atas Libia. Sanksi itu mencakup LIA dan Bank Sentral Libia.
Sebelumnya Uni Eropa sudah membekukan aset milik Moammar Gaddafi dan anggota keluarganya.
Awalnya sanksi Uni Eropa tidak mentargetkan LIA karena muncul perdebatan apakah aset LIA adalah milik keluarga Gaddafi atau rakyat Libia.
Sebuah laporan dari organisasi nir laba Global Witness menyatakan sejumlah institusi keuangan internasional pernah menyimpan miliaran dolar AS uang milik Libia.
Di antara institusi-institusi keuangan dunia yang disebut Global Witness misalnya HSBC, Royal Bank of Scotland, Goldman Sachs, JP Morgan Chase, Nomura dan Societe General.
Namun, para pejabat institusi keuangan tersebut menolak menjelaskan apakah mereka pernah atau masih memiliki dana Libia itu.
Saat ini, semua aset kekayaan Libia sudah dibekukan Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Dokumen yang diterbitkan 2010 itu menunjukkan HSBC setidaknya pernah menyimpan US$292,7 juta atau Rp2,5 triliun dalam 10 rekening berbeda.
Sementara itu sebanyak US$43 juta atau sekitar Rp368 miliar dalam tiga rekening disimpan di Goldman Sachs.
Tak hanya itu sekitar US$4 miliar atau sekitar Rp34 triliun disimpan dalam bentuk investasi dan bentuk lainnya.
Bank Nomura Jepang dan Bank of New York tak ketinggalan menyimpan kekayaan Libia ini. Kedua bank itu masing-masing menyimpan US$500 juta atau Rp4,3 triliun.
Sedangkan di Bank Libia dan Timur Tengah tersimpan aset dengan nilai total US$19 miliar atau Rp162 triliun lebih.
Sanksi ekonomi
Laporan Globall Witness juga memperlihatkan bahwa Otoritas Investasi Libia (LIA) memiliki miliaran dolar dalam bentuk saham di berbagai perusahaan ternama dunia seperti General Electric, BP, Vivendi dan Deutsche Telekom.
"Sangat absurd jika HSBC atau Goldman Sachs berpikir bisa bersembunyi di balik kerahasiaan pelanggan dalam kasus seperti ini," kata Direktur Kampanye Global Witness Chairman Gooch.
"Ada banyak rekening pemerintah, sehingga dipastikan pelanggan mereka adalah warga Libia dan bank-bank ini memiliki informasi penting tentang mereka," tambah Gooch.
Dibentuk tahun 2006, LIA memiliki aset bernilai setidaknya US$470 miliar atau lebih dari Rp600 triliun. Dan menurut Sovereign Wealth Fund Institute, LIA adalah lembaga keuangan terbesar ke-13 di dunia.
Awal bulan ini, Uni Eropa memperpanjang sanksi ekonomi atas Libia. Sanksi itu mencakup LIA dan Bank Sentral Libia.
Sebelumnya Uni Eropa sudah membekukan aset milik Moammar Gaddafi dan anggota keluarganya.
Awalnya sanksi Uni Eropa tidak mentargetkan LIA karena muncul perdebatan apakah aset LIA adalah milik keluarga Gaddafi atau rakyat Libia.
Similar topics
» Ada Pangkalan Pelacur Indonesia di Jeddah!!!
» Pihak berwenang Amerika Serikat mendakwa enam orang
» Waspadai fatwa MUI palsu tentang kebenaran Syiah
» Pemimpin Iran Prediksi Kehancuran Israel
» Republik Islam Iran tercepat di dunia.
» Pihak berwenang Amerika Serikat mendakwa enam orang
» Waspadai fatwa MUI palsu tentang kebenaran Syiah
» Pemimpin Iran Prediksi Kehancuran Israel
» Republik Islam Iran tercepat di dunia.
:: Debat Islam :: Akhlaq
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik