Login
Latest topics
» Ada apa di balik serangan terhadap Muslim Burma?by Dejjakh Sun Mar 29, 2015 9:56 am
» Diduga sekelompok muslim bersenjata menyerang umat kristen
by jaya Wed Nov 27, 2013 12:30 am
» Sekitar 6.000 orang perempuan di Suriah diperkosa
by jaya Wed Nov 27, 2013 12:19 am
» Muhammad mengaku kalau dirinya nabi palsu
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:53 pm
» Hina Islam dan Presiden, Satiris Mesir Ditangkap
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:50 pm
» Ratusan warga Eropa jihad di Suriah
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:48 pm
» Krisis Suriah, 6.000 tewas di bulan Maret
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:46 pm
» Kumpulan Hadis Aneh!!
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:43 pm
» Jihad seksual ala islam!
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:40 pm
Most active topics
Social bookmarking
Bookmark and share the address of Akal Budi Islam on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of on your social bookmarking website
Pencarian
Most Viewed Topics
Statistics
Total 40 user terdaftarUser terdaftar terakhir adalah tutunkasep
Total 1142 kiriman artikel dari user in 639 subjects
Top posting users this month
No user |
User Yang Sedang Online
Total 17 uses online :: 0 Terdaftar, 0 Tersembunyi dan 17 Tamu Tidak ada
User online terbanyak adalah 101 pada Fri Nov 15, 2024 3:57 am
Kisah Mubahalah Rasulullah SAW >>>Sebuah Alarm Kebenaran dari Allah
2 posters
:: Debat Islam :: Aqidah
Halaman 1 dari 1
Kisah Mubahalah Rasulullah SAW >>>Sebuah Alarm Kebenaran dari Allah
Kisah Mubahalah Rasulullah SAW >>>Sebuah Alarm Kebenaran dari Allah
Perkembangan agama Islam di jazirah Arab bisa dikata serupa cahaya. Tak pelak, kalau seiring perjalanan waktu, sejak nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan agama Islam di tengah kejahiliyahan kaum kafir dan kaum musyrik ternyata agama Islam seperti cahaya matahari yang melesat cepat menerangi permukaan bumi. Agama Islam bisa memikat penduduk Arab karena agama Islam telah memancarkan cahaya terang kepada manusia dari kegelapan sebuah zaman. Apalagi, perilaku (karakter) nabi yang jujur, berbudi luhur dan rendah hati, tak bisa disangkal lagi telah mendukung nilai-nilai ajaran agama Islam yang ditegakkan oleh Rasulullah.
Alhasil, Islam pun menawarkan harapan baru dan janji akan masa depan yang cemerlang. Serupa matahari yang menerangi bumi, Islam pun menerangi jiwa dan hati manusia untuk tak tersesat dalam kegelapan. Tak salah, meski pun kaum kafir Quraisy tak henti-henti menentang, menghujat dan memusuhi nabi, ternyata Islam tak menjadi pudar dan padam, tapi justru mampu menunjukkan kelebihan akan nilai-nilai hidup yang memang layak untuk dipeluk.
Menyulut Kecemburuan
Seiring perjalanan waktu, cahaya Islam itu melesat, berkembang dan bahkan maju dengan cepat. Apalagi, setelah nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah dan nilai-nilai agama Islam yang dibawa rasul mengajarkan kebajikan dan kebaikan bagi penduduk Madinah. Maka satu per satu penduduk di jazirah Arab mulai tertarik untuk memeluk agama baru (Islam) itu, tak terkecuali warga di wilayah luar Makkah dan Madinah. Bahkan agama Islam mampu menerobos ke wilayah Najran. Padahal, Najran merupakan kawasan Hijaz yang sebagian besar penduduknya selama bertahun-tahun telah memeluk dengan setia dan fanatik terhadap agama Nasrani.
Tetapi keagungan Islam ternyata bisa meluruhkan hati penduduk Najran. Kemuliaan Islam, seperti tak bisa disangkal untuk tidak dipeluk. Rupanya agama Islam telah memikat penduduk Najran untuk meninggalkan kepercayaan lama kemudian memeluk Islam dengan penuh kesadaran. Bahkan penyebaran Islam di Najran itu, seiring bergantinya hari semakin luas dan nyaris tak bisa dibendung lagi. Maka tak mustahil lagi, jika pemuka-pemuka Nasrani seperti tersulut bara api. Tak ada alasan bagi para pemuka Nasrani untuk tak digelayuti rasa benci dengan agama Islam selain karena rasa cemburu dan sebongkah perasaan tak senang lantaran agama Islam dipandang telah menggerongoti kepercayaan orang-orang Nasrani Najran.
Tetapi, ketidaksenangan pemuka-pemuka Nasrani itu tidak diungkapkan secara langsung dengan cara terang-terangan. Berbeda dengan kaum Yahudi yang dengan berani dan terang-terangan mengingkari janji, gemar membuat onar, menyebarkan desas-desus yang bohong, melancarkan tekanan ekonomi terhadap kaum Muslim, bahkan berkomplot dengan musuh-musuh Islam (seperti kaum Quraisy) untuk menyerang dan menghancurkan agama Islam. Meski pun kedua golongan itu sama-sama tidak senang dengan perkembangan agama Islam, anehnya kaum Nasrani Najran menunjukkan sikap yang lentur dan secara sembunyi-sembunyi ternyata memendam rasa cemburu di lubuk hati mereka yang paling dalam hanya di permukaan saja menampilkan sikap yang lunak.
Sikap lunak –meski dalam hati dicekam rasa cemburu– yang ditunjukkan kaum Nasrani itu, tentunya bukan satu hal yang aneh. Lantaran kaum Nasrani telah mengetahui bahwa uskup-uskup mereka (seperti Waraqah bin Naufal di Hijaz dan Bahira di Syam) adalah dua tokoh Nasrani yang mengenal baik akan ciri-ciri Muhammad yang memang tak lain dan tak bukan adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang Rasul. Tetapi, rasa cemburu itu tidak bisa dielakkan dan tak bisa diubah menjadi simpati. Apalagi, sudah jelas-jelas ada perbedaan antara kepercayaan kaum syirik (yang menyekutukan Tuhan) dan kaum yang teguh bertauhid (mengesakan Tuhan) memang tidak bisa diserasikan.
Tak pelak lagi, kalau kaum Nasrani Najran -khususnya para pemukanya–dengan cara yang halus dan bahkan sembunyi-sembunyi kemudian berusaha keras untuk mencegah dan menghalangi perkembangan Islam di Najran. Tapi sayangnya usaha pemuka-pemuka Nasrani itu seperti membentur tembok. Islam seperti tak dapat dibendung. Islam telah mematik hati penduduk Najran.
Tak kuasa mencegah perkembangan Islam yang kian hari berkembang dan memikat penduduk daerah Najran, apalagi sebagian penduduk yang tidak beragama Nasrani pun juga tertarik dengan Islam, maka para pemuka Nasrani Najran mulai dibuat gelisah dan dicekam rasa takut akan masa depan agama Nasrani. Maka, pemuka-pemuka Nasrani itu tak menemukan jalan lain lagi untuk menghalangi perkembangan agama Islam, dan mereka kemudian menempuh jalan lain mengadu “kebenaran” dengan cara menantang debat nabi untuk menentukan kebenaran agama yang diridhai oleh Allah di antara agama Islam dan Nasrani itu.
Dengan keputusan itu, maka akhirnya kaum Nasrani mengirimkan utusan ke Madinah untuk menemui nabi dan berniat bulat untuk beradu argumen guna membuktikan kebenaran antara agama keduanya.
Menantang Debat
Utusan dari kaum Nasrani Najran itu dipimpin oleh tiga orang terkemuka Najran, yakni Al-Aqib, Muhsin dan seorang oleh seorang uskup agung dengan diiringi pula dua orang Yahudi terkemuka. Utusan itu datang menemui Nabi di Madinah. Kedatangan utusan Nasrani Najran itu tidak ada maksud lain, kecuali untuk mendebat dan menantang nabi beradu argumen.
Setelah sampai di Madinah, utusan kaum Nasrani Najran itu kemudian menemui Rasul. Di depan nabi, sang uskup langsung mengajukan pertanyaan,” Wahai Abul Qasim (yang tak lain merupakan sebutan untuk nabi Muhammad), siapakah ayah nabi Musa?”
Nabi pun menjawab dengan sopan dan lembut, “Imran.”
Lalu, sang uskup itu bertanya lagi, “Lalu, siapakah ayah Yusuf?”
“Ya`qub,” jawab nabi tanpa ragu.
Sang uskup itu kemudian melanjutkan pertanyaan, “Semoga aku menjadi penebus bagi Anda. Lalu, siapakah ayah Anda?”
Nabi menjawab dengan tegas, “Abdullah bin Abdul Muththalib.”
Sang uskup itu bertanya lebih lanjut, “Siapakah ayah Isa?”
Sejenak Rasulullah diam. Wahyu dari Allah kemudian turun kepada nabi Muhammad, “(Katakan) ia ruh Allah dan kalimat-Nya.”
Sang uskup lalu bertanya lagi, “Dapatkah ia menjadi ruh tanpa memiliki tubuh?”
Lagi-lagi sebuah wahyu disampaikan pada nabi Muhammad SAW. Dan wahyu itu berbunyi,
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, ‘Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia’.” (QS. Ali Imran: 59)
Usai mendengar jawaban itu, sang uskup mengajukan keberatan pada nabi –yang mengatakan bahwa Isa as diciptakan dari tanah. Sementara, Rasul tak sedikitpun ragu karena nabi Muhammad menyandarkan kebenaran itu dari wahyu,
“Kebenaran (mengenai Isa) itu datang dari Allah, Tuhanmu. Karena itu, janganlah termasuk orang yang ragu.” (QS. Ali Imran: 60)
Sang uskup lalu berkata, “Muhammad, kami tidak menemukan ini ada di dalam Taurat, Injil atau pun Zabur. Engkaulah orang pertama yang mengatakan tentang hal ini.
Seketika itu nabi mendapat wahyu dari Allah yang berbunyi
, “Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkanmu), maka katakanlah (kepadanya), ‘Mari kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian, diri kami dan diri kalian; kemudian mari kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta’.” (QS. Ali Imran: 61)
Setelah mendengar ayat tersebut, para utusan itu ternyata tak mau kalah dan berkata, “Tetapkanlah bagi kita sebuah rapat yang khitmad (yang mana setiap pihak bermohon pada Allah untuk mengutuk pihak yang lain jika mereka pendusta).”
“Esok pagi –insyaallah,” jawab nabi.
Peristiwa Mubahalah
Malam akhirnya berlalu, dan hari kemudian berganti menjadi pagi.
Di pagi itu, nabi Muhammad menunaikan shalat subuh lalu menyuruh Ali untuk mengikuti beliau. Bersama itu pula, Fatimah menggamit Hasan dan Husain untuk mengikuti Ali. Sebelum berangkat, Nabi sempat memerintahkan kepada mereka, “Ketika aku berdoa, kalian harus mengatakan, ‘Amin’.”
Nabi bersama ahlul bait kemudian menuju tempat yang sudah disetujui kedua belah pihak sebelumnya guna mengadakan mubahalah (kedua pihak berbeda keyakinan mau membuktikan kebenarannya masing-masing dengan bersumpah kepada Allah serta bersama memohon kepada-Nya agar melaknat (mengutuk) dan menimpakan bencana besar kepada pihak yang batil).
Bersamaan itu, utusan kaum Nasrani itu pergi bersama dengan beberapa keluarga mereka menuju tempat tersebut. Kedua kelompok (keluarga nabi dan keluarga utusan kaum Nasrani) itu kemudian berdiri dalam keadaan terpisah menghadap ke arah sebuah bukit yang terlihat agak jauh.
Setelah kedua pihak itu bertemu, utusan dari kaum Nasrani meminta nabi untuk mengikrarkan mubahalah lebih dulu. Nabi maju beberapa langkah dan mubahalah pun hendak diikrarkan. Tapi, tiba-tiba terjadi satu hal di luar dugaan. Langit yang semula menentramkan, tiba-tiba tampak mencekam dan di atas bukit pun tampak awan hitam yang bergumpal-gumpal, bahkan makin lama justru semakin berwarna merah menyala mirip bola api yang berkobar terang dan menyala-nyala hendak menghancurkan segala sesuatu yang berada di bukit. Awan yang bergumpal itu kemudian berlahan-lahan bergerak ke tempat mubahalah, di mana kedua belah pihak berdiri.
Setelah melihat warna langit yang tiba-tiba mencekam itu, sontak utusan dari kaum Nasrani merasa merinding dan dicekam rasa takut. Hati mereka pun digerus perasaan gelisah, jika laknat itu benar-benar menjadi kenyataan. Maka para utusan dari kaum Nasrani itu saling pandang, dan salah satu dari mereka berkata, “Demi Allah, dia itu nabi sejati dan jika dia mengutuk kita, niscaya Allah menjawab doanya dan menghancurkan kita semua. Maka, satu-satunya jalan yang dapat menyelamatkan kita semua di sini adalah memohon kepadanya agar melepaskan kita dari rapat ini”.
Uskup agung menimpali ucapan itu, lantaran di hatinya digelayuti rasa takut yang tak bisa dilawan, “Wahai kaum Nasrani, sungguh aku melihat wajah-wajah manusia yang jika mereka minta pada Allah mengerakkan gunung, Dia pasti akan melakukannya. Jangan adakan rapat ini atau kalian akan dihancurkan dan tak akan ada lagi orang Nasrani tinggal di bumi hingga hari kebangkitan.”
Utusan kaum Nasrani itu pun menghadap pada nabi. Utusan dari kaum Nasrani itu meminta kepada rasulullah untuk mengurungkan mubahalah sebab mereka semua dicekam ketakutan yang sungguh luar biasa. Tak terbayangkan dalam benak mereka semua, jika laknat dari Allah itu benar-benar akan datang dan menghanguskan tubuh mereka. Tak terbayangkan, jika ucapan nabi untuk mengutuk utusan kaum Nasrani itu kemudian menjadi kenyataan. Maka utusan kaum Nasrani itu kemudian memohon kepada nabi, “Abul Qasim, bebaskan kami dari rapat yang khidmat ini.”
Suasana di tempat mubahalah itu pun serasa mencekam. Nabi melihat dengan jelas wajah-wajah utusan dari kaum Nasrani itu dilanda perasaan takut dan cemas. Dari raut wajah mereka itu, Nabi tahu bahwa permohonan mereka itu adalah bentuk kekalahan yang telak. Maka nabi menjawab, “Sungguh akan aku lakukan, Dia yang mengirimku dengan kebenaran adalah Saksiku dan jika saja aku mengutukmu, Allah tak akan menyisakan seorang Nasrani pun di muka bumi.”
Nabi Muhammad akhirnya memenuhi permintaan utusan Nasrani untuk mengurungkan mubahalah dan membatalkan laknat Allah itu tiba. Tetapi nabi memperingatkan bahwa mereka akan tetap ditimpa laknat Allah kalau mereka tidak menyadari akan kesalahan mereka lantaran telah berani menantang nabi untuk melakukan mubahalah.
Tak ingin ditimpa laknat Allah, mereka pun merindukan untuk selamat dari bencana yang sangat menakutkan itu. Maka tidak ada pilihan lagi bagi utusan kaum Nasrani itu untuk tidak mengajukan ganti rugi pada kaum muslimin berupa beberapa ratus potong pakaian. Rasul menyetujui, tetapi masih menyertakan syarat agar mereka tak menghalangi dan mempersulit utusan nabi yang akan dikirim ke Najran untuk mendakwahkan Islam bagi penduduk Najran.
Sejak saat itulah, tak ada lagi halangan dan rintangan dari kaum Nasrani ketika utusan Rasulullah menyebarkan agama Islam ke daerah Najran. Islam lalu berkembang dengan pesat, membawa umat mausia dari kegelapan menuju cahaya
Perkembangan agama Islam di jazirah Arab bisa dikata serupa cahaya. Tak pelak, kalau seiring perjalanan waktu, sejak nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan agama Islam di tengah kejahiliyahan kaum kafir dan kaum musyrik ternyata agama Islam seperti cahaya matahari yang melesat cepat menerangi permukaan bumi. Agama Islam bisa memikat penduduk Arab karena agama Islam telah memancarkan cahaya terang kepada manusia dari kegelapan sebuah zaman. Apalagi, perilaku (karakter) nabi yang jujur, berbudi luhur dan rendah hati, tak bisa disangkal lagi telah mendukung nilai-nilai ajaran agama Islam yang ditegakkan oleh Rasulullah.
Alhasil, Islam pun menawarkan harapan baru dan janji akan masa depan yang cemerlang. Serupa matahari yang menerangi bumi, Islam pun menerangi jiwa dan hati manusia untuk tak tersesat dalam kegelapan. Tak salah, meski pun kaum kafir Quraisy tak henti-henti menentang, menghujat dan memusuhi nabi, ternyata Islam tak menjadi pudar dan padam, tapi justru mampu menunjukkan kelebihan akan nilai-nilai hidup yang memang layak untuk dipeluk.
Menyulut Kecemburuan
Seiring perjalanan waktu, cahaya Islam itu melesat, berkembang dan bahkan maju dengan cepat. Apalagi, setelah nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah dan nilai-nilai agama Islam yang dibawa rasul mengajarkan kebajikan dan kebaikan bagi penduduk Madinah. Maka satu per satu penduduk di jazirah Arab mulai tertarik untuk memeluk agama baru (Islam) itu, tak terkecuali warga di wilayah luar Makkah dan Madinah. Bahkan agama Islam mampu menerobos ke wilayah Najran. Padahal, Najran merupakan kawasan Hijaz yang sebagian besar penduduknya selama bertahun-tahun telah memeluk dengan setia dan fanatik terhadap agama Nasrani.
Tetapi keagungan Islam ternyata bisa meluruhkan hati penduduk Najran. Kemuliaan Islam, seperti tak bisa disangkal untuk tidak dipeluk. Rupanya agama Islam telah memikat penduduk Najran untuk meninggalkan kepercayaan lama kemudian memeluk Islam dengan penuh kesadaran. Bahkan penyebaran Islam di Najran itu, seiring bergantinya hari semakin luas dan nyaris tak bisa dibendung lagi. Maka tak mustahil lagi, jika pemuka-pemuka Nasrani seperti tersulut bara api. Tak ada alasan bagi para pemuka Nasrani untuk tak digelayuti rasa benci dengan agama Islam selain karena rasa cemburu dan sebongkah perasaan tak senang lantaran agama Islam dipandang telah menggerongoti kepercayaan orang-orang Nasrani Najran.
Tetapi, ketidaksenangan pemuka-pemuka Nasrani itu tidak diungkapkan secara langsung dengan cara terang-terangan. Berbeda dengan kaum Yahudi yang dengan berani dan terang-terangan mengingkari janji, gemar membuat onar, menyebarkan desas-desus yang bohong, melancarkan tekanan ekonomi terhadap kaum Muslim, bahkan berkomplot dengan musuh-musuh Islam (seperti kaum Quraisy) untuk menyerang dan menghancurkan agama Islam. Meski pun kedua golongan itu sama-sama tidak senang dengan perkembangan agama Islam, anehnya kaum Nasrani Najran menunjukkan sikap yang lentur dan secara sembunyi-sembunyi ternyata memendam rasa cemburu di lubuk hati mereka yang paling dalam hanya di permukaan saja menampilkan sikap yang lunak.
Sikap lunak –meski dalam hati dicekam rasa cemburu– yang ditunjukkan kaum Nasrani itu, tentunya bukan satu hal yang aneh. Lantaran kaum Nasrani telah mengetahui bahwa uskup-uskup mereka (seperti Waraqah bin Naufal di Hijaz dan Bahira di Syam) adalah dua tokoh Nasrani yang mengenal baik akan ciri-ciri Muhammad yang memang tak lain dan tak bukan adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang Rasul. Tetapi, rasa cemburu itu tidak bisa dielakkan dan tak bisa diubah menjadi simpati. Apalagi, sudah jelas-jelas ada perbedaan antara kepercayaan kaum syirik (yang menyekutukan Tuhan) dan kaum yang teguh bertauhid (mengesakan Tuhan) memang tidak bisa diserasikan.
Tak pelak lagi, kalau kaum Nasrani Najran -khususnya para pemukanya–dengan cara yang halus dan bahkan sembunyi-sembunyi kemudian berusaha keras untuk mencegah dan menghalangi perkembangan Islam di Najran. Tapi sayangnya usaha pemuka-pemuka Nasrani itu seperti membentur tembok. Islam seperti tak dapat dibendung. Islam telah mematik hati penduduk Najran.
Tak kuasa mencegah perkembangan Islam yang kian hari berkembang dan memikat penduduk daerah Najran, apalagi sebagian penduduk yang tidak beragama Nasrani pun juga tertarik dengan Islam, maka para pemuka Nasrani Najran mulai dibuat gelisah dan dicekam rasa takut akan masa depan agama Nasrani. Maka, pemuka-pemuka Nasrani itu tak menemukan jalan lain lagi untuk menghalangi perkembangan agama Islam, dan mereka kemudian menempuh jalan lain mengadu “kebenaran” dengan cara menantang debat nabi untuk menentukan kebenaran agama yang diridhai oleh Allah di antara agama Islam dan Nasrani itu.
Dengan keputusan itu, maka akhirnya kaum Nasrani mengirimkan utusan ke Madinah untuk menemui nabi dan berniat bulat untuk beradu argumen guna membuktikan kebenaran antara agama keduanya.
Menantang Debat
Utusan dari kaum Nasrani Najran itu dipimpin oleh tiga orang terkemuka Najran, yakni Al-Aqib, Muhsin dan seorang oleh seorang uskup agung dengan diiringi pula dua orang Yahudi terkemuka. Utusan itu datang menemui Nabi di Madinah. Kedatangan utusan Nasrani Najran itu tidak ada maksud lain, kecuali untuk mendebat dan menantang nabi beradu argumen.
Setelah sampai di Madinah, utusan kaum Nasrani Najran itu kemudian menemui Rasul. Di depan nabi, sang uskup langsung mengajukan pertanyaan,” Wahai Abul Qasim (yang tak lain merupakan sebutan untuk nabi Muhammad), siapakah ayah nabi Musa?”
Nabi pun menjawab dengan sopan dan lembut, “Imran.”
Lalu, sang uskup itu bertanya lagi, “Lalu, siapakah ayah Yusuf?”
“Ya`qub,” jawab nabi tanpa ragu.
Sang uskup itu kemudian melanjutkan pertanyaan, “Semoga aku menjadi penebus bagi Anda. Lalu, siapakah ayah Anda?”
Nabi menjawab dengan tegas, “Abdullah bin Abdul Muththalib.”
Sang uskup itu bertanya lebih lanjut, “Siapakah ayah Isa?”
Sejenak Rasulullah diam. Wahyu dari Allah kemudian turun kepada nabi Muhammad, “(Katakan) ia ruh Allah dan kalimat-Nya.”
Sang uskup lalu bertanya lagi, “Dapatkah ia menjadi ruh tanpa memiliki tubuh?”
Lagi-lagi sebuah wahyu disampaikan pada nabi Muhammad SAW. Dan wahyu itu berbunyi,
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, ‘Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia’.” (QS. Ali Imran: 59)
Usai mendengar jawaban itu, sang uskup mengajukan keberatan pada nabi –yang mengatakan bahwa Isa as diciptakan dari tanah. Sementara, Rasul tak sedikitpun ragu karena nabi Muhammad menyandarkan kebenaran itu dari wahyu,
“Kebenaran (mengenai Isa) itu datang dari Allah, Tuhanmu. Karena itu, janganlah termasuk orang yang ragu.” (QS. Ali Imran: 60)
Sang uskup lalu berkata, “Muhammad, kami tidak menemukan ini ada di dalam Taurat, Injil atau pun Zabur. Engkaulah orang pertama yang mengatakan tentang hal ini.
Seketika itu nabi mendapat wahyu dari Allah yang berbunyi
, “Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkanmu), maka katakanlah (kepadanya), ‘Mari kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian, diri kami dan diri kalian; kemudian mari kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta’.” (QS. Ali Imran: 61)
Setelah mendengar ayat tersebut, para utusan itu ternyata tak mau kalah dan berkata, “Tetapkanlah bagi kita sebuah rapat yang khitmad (yang mana setiap pihak bermohon pada Allah untuk mengutuk pihak yang lain jika mereka pendusta).”
“Esok pagi –insyaallah,” jawab nabi.
Peristiwa Mubahalah
Malam akhirnya berlalu, dan hari kemudian berganti menjadi pagi.
Di pagi itu, nabi Muhammad menunaikan shalat subuh lalu menyuruh Ali untuk mengikuti beliau. Bersama itu pula, Fatimah menggamit Hasan dan Husain untuk mengikuti Ali. Sebelum berangkat, Nabi sempat memerintahkan kepada mereka, “Ketika aku berdoa, kalian harus mengatakan, ‘Amin’.”
Nabi bersama ahlul bait kemudian menuju tempat yang sudah disetujui kedua belah pihak sebelumnya guna mengadakan mubahalah (kedua pihak berbeda keyakinan mau membuktikan kebenarannya masing-masing dengan bersumpah kepada Allah serta bersama memohon kepada-Nya agar melaknat (mengutuk) dan menimpakan bencana besar kepada pihak yang batil).
Bersamaan itu, utusan kaum Nasrani itu pergi bersama dengan beberapa keluarga mereka menuju tempat tersebut. Kedua kelompok (keluarga nabi dan keluarga utusan kaum Nasrani) itu kemudian berdiri dalam keadaan terpisah menghadap ke arah sebuah bukit yang terlihat agak jauh.
Setelah kedua pihak itu bertemu, utusan dari kaum Nasrani meminta nabi untuk mengikrarkan mubahalah lebih dulu. Nabi maju beberapa langkah dan mubahalah pun hendak diikrarkan. Tapi, tiba-tiba terjadi satu hal di luar dugaan. Langit yang semula menentramkan, tiba-tiba tampak mencekam dan di atas bukit pun tampak awan hitam yang bergumpal-gumpal, bahkan makin lama justru semakin berwarna merah menyala mirip bola api yang berkobar terang dan menyala-nyala hendak menghancurkan segala sesuatu yang berada di bukit. Awan yang bergumpal itu kemudian berlahan-lahan bergerak ke tempat mubahalah, di mana kedua belah pihak berdiri.
Setelah melihat warna langit yang tiba-tiba mencekam itu, sontak utusan dari kaum Nasrani merasa merinding dan dicekam rasa takut. Hati mereka pun digerus perasaan gelisah, jika laknat itu benar-benar menjadi kenyataan. Maka para utusan dari kaum Nasrani itu saling pandang, dan salah satu dari mereka berkata, “Demi Allah, dia itu nabi sejati dan jika dia mengutuk kita, niscaya Allah menjawab doanya dan menghancurkan kita semua. Maka, satu-satunya jalan yang dapat menyelamatkan kita semua di sini adalah memohon kepadanya agar melepaskan kita dari rapat ini”.
Uskup agung menimpali ucapan itu, lantaran di hatinya digelayuti rasa takut yang tak bisa dilawan, “Wahai kaum Nasrani, sungguh aku melihat wajah-wajah manusia yang jika mereka minta pada Allah mengerakkan gunung, Dia pasti akan melakukannya. Jangan adakan rapat ini atau kalian akan dihancurkan dan tak akan ada lagi orang Nasrani tinggal di bumi hingga hari kebangkitan.”
Utusan kaum Nasrani itu pun menghadap pada nabi. Utusan dari kaum Nasrani itu meminta kepada rasulullah untuk mengurungkan mubahalah sebab mereka semua dicekam ketakutan yang sungguh luar biasa. Tak terbayangkan dalam benak mereka semua, jika laknat dari Allah itu benar-benar akan datang dan menghanguskan tubuh mereka. Tak terbayangkan, jika ucapan nabi untuk mengutuk utusan kaum Nasrani itu kemudian menjadi kenyataan. Maka utusan kaum Nasrani itu kemudian memohon kepada nabi, “Abul Qasim, bebaskan kami dari rapat yang khidmat ini.”
Suasana di tempat mubahalah itu pun serasa mencekam. Nabi melihat dengan jelas wajah-wajah utusan dari kaum Nasrani itu dilanda perasaan takut dan cemas. Dari raut wajah mereka itu, Nabi tahu bahwa permohonan mereka itu adalah bentuk kekalahan yang telak. Maka nabi menjawab, “Sungguh akan aku lakukan, Dia yang mengirimku dengan kebenaran adalah Saksiku dan jika saja aku mengutukmu, Allah tak akan menyisakan seorang Nasrani pun di muka bumi.”
Nabi Muhammad akhirnya memenuhi permintaan utusan Nasrani untuk mengurungkan mubahalah dan membatalkan laknat Allah itu tiba. Tetapi nabi memperingatkan bahwa mereka akan tetap ditimpa laknat Allah kalau mereka tidak menyadari akan kesalahan mereka lantaran telah berani menantang nabi untuk melakukan mubahalah.
Tak ingin ditimpa laknat Allah, mereka pun merindukan untuk selamat dari bencana yang sangat menakutkan itu. Maka tidak ada pilihan lagi bagi utusan kaum Nasrani itu untuk tidak mengajukan ganti rugi pada kaum muslimin berupa beberapa ratus potong pakaian. Rasul menyetujui, tetapi masih menyertakan syarat agar mereka tak menghalangi dan mempersulit utusan nabi yang akan dikirim ke Najran untuk mendakwahkan Islam bagi penduduk Najran.
Sejak saat itulah, tak ada lagi halangan dan rintangan dari kaum Nasrani ketika utusan Rasulullah menyebarkan agama Islam ke daerah Najran. Islam lalu berkembang dengan pesat, membawa umat mausia dari kegelapan menuju cahaya
s4l4s22- Jumlah posting : 143
Join date : 15.09.11
Re: Kisah Mubahalah Rasulullah SAW >>>Sebuah Alarm Kebenaran dari Allah
Mubahalah: Ekspresi Kekesalan Hati Muhammad
by Duladi
MUBAHALA, Ekspresi Kekesalan Hati Muhammad
Bukti Nyata Muhammad Bukan Utusan Tuhan (Nabi Palsu)
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 78&start=0
n1kko wrote:
Siapa yang membantahmu tentang kisah 'Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la'nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta (Ali imran : 61)
Mubahalah ialah masing-masing pihak diantara orang-orang yang berbeda pendapat mendo'a kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, agar Allah menjatuhkan la'nat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad s.a.w.
umat nasrani yang berani bermuhaballah cukup membuktikan kepada kami bahwa muhammad benar-benar seorang pembohong besar!
umat nasrani yang takut muhaballah hanya membuktikan Rasullullah adalah rasul dari Allah
kami inggin mengetes ciri2 kejiwaan seorang kafir disini!
Muslim bangga, karena nabinya yang sinting itu menantang adu kutuk.
Muslim mengira, mubahala dapat membuktikan kenabian Muhammad.
Padahal....
justru sebaliknya...!
Adu kutuk adalah cara setan. Tidak ada orang yang suka mengutuk mendapat pujian dari Tuhan sebagai orang baik, apalagi sampai menjadikannya nabi.
Muhammad suka mengutuk dan menyumpah serapah karena Muhammad bukan orang baik.
Muhammad tidak mengerti apa itu definisi "BAIK".
Muhammad tidak mengerti bagaimana cara berbuat baik.
Ayub, seorang yang saleh, tercatat dalam buku sejarah ia mengatakan:
Ayub 31:29-30
"Apakah aku bersukacita karena kecelakaan pembenciku, dan bersorak-sorai, bila ia ditimpa malapetaka —aku takkan membiarkan mulutku berbuat dosa, menuntut nyawanya dengan mengucapkan sumpah serapah! —"
Ini adalah satu contoh seorang nabi yang mengerti bagaimana caranya berbuat baik.
Kalau Anda punya Bibel, silakan kamu baca keseluruhan ayat mulai dari ayat 1 sampai ayat 40 dalam pasal 31 Kitab Ayub. Dalam satu pasal itu kamu akan tahu bahwa seorang Ayub mengerti apa itu arti sejati dari BAIK.
Nah, cocokkan BAIK menurut Ayub itu dengan "baik" menurut Muhammad.
Sudahkah nabi kebanggaanmu itu melaksanakan semua hal-hal baik seperti yang dipahami oleh Ayub? Ataukah justru Muhammad malah melanggarnya?
Kembali ke masalah Mubahala.
Mubahala tidak membuktikan kenabian Muhammad, justru membuktikan kepalsuan Muhammad.
Ini ibaratnya Anda mencuri dompet seseorang, kemudian Anda berseru-seru kepada orang-orang: "Saya tidak mencuri! Saya tidak mencuri!" sambil mengacung-ngacungkan dompet curian itu.
Betapa GOBLOKnya Muhammad.....
Dengan Mubahala, semakin membuktikan kepada kita kalau Muhammad itu orang jahat.
Tidak usah jauh-jauh, bandingkan dengan Ayub, Muhammad tidak ada seujung kukunya, baik dalam hal hikmat pengetahuannya tentang apa itu KEBAIKAN maupun dalam hal pengetahuannya akan Tuhan.
Untuk kamu renungkan:
Bagaimana seorang yang tidak mengerti cara berbuat baik, bisa mengaku-ngaku nabi utusan Tuhan?
Padahal nabi-nabi asli semuanya tahu apa itu BAIK dan mengerti bagaimana cara menerapkannya dalam hidupnya.
======================================
Untuk membantu Anda memahami makna kata BAIK menurut nabi asli, Ayub, saya akan kutipkan seluruh ayat dalam pasal 31 kitab Ayub di bawah ini.
Semoga hatimu tersentuh dan menjadi mengerti, kalau dalam Islam, tidak ada kebaikan. Dan terlebih lagi, ketahuilah, Muhammad melanggar prinsip-prinsip KEBAIKAN yang dianut nabi-nabi asli.
AYUB 31:
1 Dengan sumpah aku telah berjanji gadis muda tak akan kupandang dengan berahi.
-- Bandingkan dengan Muhammad si penipu itu.
2 Apakah yang dilakukan Allah terhadap kita? Bagaimanakah dibalas-Nya perbuatan manusia?
3 Celaka dan kemalangan pasti Ia datangkan kepada orang yang melakukan kejahatan!
4 Allah pasti mengetahui segala perbuatanku; dilihat-Nya segala langkahku.
5 Aku bersumpah bahwa belum pernah aku bertindak curang; belum pernah pula aku menipu orang.
-- Bandingkan dengan Muhammad si penipu itu.
6 Biarlah Allah menimbang aku di atas neraca yang sah, maka Ia akan tahu bahwa aku tidak bersalah.
7 Andaikata aku telah menyimpang dari jalan yang benar, atau hatiku tertarik oleh hal yang cemar, jika tanganku ternoda oleh dosa,
8 maka biarlah orang lain makan apa yang kutabur, dan seluruh hasil bumiku hancur.
9 Seandainya pernah aku tertarik kepada istri tetanggaku, dan dengan sembunyi, kuintip dia di balik pintu,
10 maka biarlah istriku memasak untuk orang lain; biarlah di ranjang lelaki lain ia berbaring.
11 Jika dosa yang keji itu memang kulakukan, aku patut menerima hukuman.
-- Bandingkan dengan Muhammad si penipu itu.
12 Dosa itu membinasakan seperti api neraka, segala yang kumiliki habis dibakarnya.
13 Ketika hambaku mengeluh karena haknya kusalahi, kudengarkan dia dan kuperlakukan dengan tulus hati.
14 Jika tidak, bagaimana harus kuhadapi Allahku? Apa jawabku pada waktu Ia datang menghakimi aku?
15 Bukankah Allah yang menciptakan aku, menciptakan juga hamba-hambaku itu?
16 Belum pernah aku tak mau menolong orang yang papa, atau membiarkan para janda hidup berputus asa.
17 Belum pernah kubiarkan yatim piatu kelaparan, sedangkan aku sendiri cukup makanan.
18 Sejak kecil mereka kupelihara; seumur hidupku kubimbing mereka.
19 Jika kulihat orang yang berkekurangan, terlalu miskin untuk membeli pakaian,
20 kuhangatkan dia dengan kain wol dari dombaku sendiri, maka ia akan memuji aku dengan segenap hati.
21 Sekiranya pernah aku menindas yatim piatu, sebab yakin akan menang perkaraku,
22 maka biarlah patah kedua lenganku sehingga terpisah dari bahuku.
23 Tak akan aku berbuat begitu, sebab hukuman Allah sangat mengecutkan hatiku.
-- Bandingkan dengan Muhammad si penipu itu. Bukannya dia menolong orang, justru dia banyak membuat wanita menjadi janda dan anak-anak menjadi yatim.
24 Tidak pernah aku mengandalkan hartaku,
25 atau membanggakan kekayaanku.
26 Tak pernah kusembah mentari yang bersinar cerah ataupun bulan yang bercahaya indah.
27 Tak pernah aku terpikat olehnya, atau kukecup tanganku untuk menghormatinya.
28 Dosa semacam itu patut mendapat hukuman mati; karena Allah Yang Mahakuasa telah diingkari.
-- Bandingkan dengan Muhammad si raja garong itu.
29 Apakah aku bersukacita karena kecelakaan pembenciku, dan bersorak-sorai, bila ia ditimpa malapetaka
30 —aku takkan membiarkan mulutku berbuat dosa, menuntut nyawanya dengan mengucapkan sumpah serapah! —
-- Bandingkan dengan Muhammad si raja kutuk dan pelaknat, yang mulutnya penuh dengan sumpah-sumpah serapah.
31 Orang-orang yang bekerja padaku tahu, bahwa siapa saja kujamu di rumahku.
32 Rumahku terbuka bagi orang yang bepergian; tak pernah kubiarkan mereka bermalam di jalan.
33 Orang lain menyembunyikan dosanya, tetapi aku tak pernah berbuat seperti mereka.
34 Pendapat umum tidak kutakuti, dan penghinaan orang, aku tak perduli. Tak pernah aku tinggal di rumah atau diam saja, hanya karena takut akan dihina.
-- Bandingkan dengan Muhammad si pengecut itu. Terhadap puisi saja dia takutnya setengah mati dan melampiaskan dendamnya dengan teramat keji.
35 Tiadakah orang yang mau mendengarkan kata-kataku? Ku bersumpah bahwa benarlah semuanya itu. Kiranya Yang Mahakuasa menjawab aku. Seandainya tuduhan musuh terhadap aku ditulis semua sehingga terlihat olehku,
36 maka dengan bangga akan kupasang pada bahu, dan sebagai mahkota kulekatkan di kepalaku.
37 Akan kuberitahukan kepada Allah segala yang kubuat; akan kuhadapi Dia dengan bangga dan kepala terangkat.
38 Seandainya tanah yang kubajak telah kucuri, dan kurampas dari pemiliknya yang sejati,
39 seandainya hasilnya habis kumakan, dan petani yang menanamnya kubiarkan kelaparan,
40 biarlah bukan jelai dan gandum yang tumbuh di ladang, melainkan semak berduri dan rumput ilalang." Sekianlah kata-kata Ayub.
-- Bandingkan dengan Muhammad si raja garong itu.
Sekian, semoga bisa menjadi bahan renungan bagi Muslim.
by Duladi
MUBAHALA, Ekspresi Kekesalan Hati Muhammad
Bukti Nyata Muhammad Bukan Utusan Tuhan (Nabi Palsu)
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 78&start=0
n1kko wrote:
Siapa yang membantahmu tentang kisah 'Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la'nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta (Ali imran : 61)
Mubahalah ialah masing-masing pihak diantara orang-orang yang berbeda pendapat mendo'a kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, agar Allah menjatuhkan la'nat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad s.a.w.
umat nasrani yang berani bermuhaballah cukup membuktikan kepada kami bahwa muhammad benar-benar seorang pembohong besar!
umat nasrani yang takut muhaballah hanya membuktikan Rasullullah adalah rasul dari Allah
kami inggin mengetes ciri2 kejiwaan seorang kafir disini!
Muslim bangga, karena nabinya yang sinting itu menantang adu kutuk.
Muslim mengira, mubahala dapat membuktikan kenabian Muhammad.
Padahal....
justru sebaliknya...!
Adu kutuk adalah cara setan. Tidak ada orang yang suka mengutuk mendapat pujian dari Tuhan sebagai orang baik, apalagi sampai menjadikannya nabi.
Muhammad suka mengutuk dan menyumpah serapah karena Muhammad bukan orang baik.
Muhammad tidak mengerti apa itu definisi "BAIK".
Muhammad tidak mengerti bagaimana cara berbuat baik.
Ayub, seorang yang saleh, tercatat dalam buku sejarah ia mengatakan:
Ayub 31:29-30
"Apakah aku bersukacita karena kecelakaan pembenciku, dan bersorak-sorai, bila ia ditimpa malapetaka —aku takkan membiarkan mulutku berbuat dosa, menuntut nyawanya dengan mengucapkan sumpah serapah! —"
Ini adalah satu contoh seorang nabi yang mengerti bagaimana caranya berbuat baik.
Kalau Anda punya Bibel, silakan kamu baca keseluruhan ayat mulai dari ayat 1 sampai ayat 40 dalam pasal 31 Kitab Ayub. Dalam satu pasal itu kamu akan tahu bahwa seorang Ayub mengerti apa itu arti sejati dari BAIK.
Nah, cocokkan BAIK menurut Ayub itu dengan "baik" menurut Muhammad.
Sudahkah nabi kebanggaanmu itu melaksanakan semua hal-hal baik seperti yang dipahami oleh Ayub? Ataukah justru Muhammad malah melanggarnya?
Kembali ke masalah Mubahala.
Mubahala tidak membuktikan kenabian Muhammad, justru membuktikan kepalsuan Muhammad.
Ini ibaratnya Anda mencuri dompet seseorang, kemudian Anda berseru-seru kepada orang-orang: "Saya tidak mencuri! Saya tidak mencuri!" sambil mengacung-ngacungkan dompet curian itu.
Betapa GOBLOKnya Muhammad.....
Dengan Mubahala, semakin membuktikan kepada kita kalau Muhammad itu orang jahat.
Tidak usah jauh-jauh, bandingkan dengan Ayub, Muhammad tidak ada seujung kukunya, baik dalam hal hikmat pengetahuannya tentang apa itu KEBAIKAN maupun dalam hal pengetahuannya akan Tuhan.
Untuk kamu renungkan:
Bagaimana seorang yang tidak mengerti cara berbuat baik, bisa mengaku-ngaku nabi utusan Tuhan?
Padahal nabi-nabi asli semuanya tahu apa itu BAIK dan mengerti bagaimana cara menerapkannya dalam hidupnya.
======================================
Untuk membantu Anda memahami makna kata BAIK menurut nabi asli, Ayub, saya akan kutipkan seluruh ayat dalam pasal 31 kitab Ayub di bawah ini.
Semoga hatimu tersentuh dan menjadi mengerti, kalau dalam Islam, tidak ada kebaikan. Dan terlebih lagi, ketahuilah, Muhammad melanggar prinsip-prinsip KEBAIKAN yang dianut nabi-nabi asli.
AYUB 31:
1 Dengan sumpah aku telah berjanji gadis muda tak akan kupandang dengan berahi.
-- Bandingkan dengan Muhammad si penipu itu.
2 Apakah yang dilakukan Allah terhadap kita? Bagaimanakah dibalas-Nya perbuatan manusia?
3 Celaka dan kemalangan pasti Ia datangkan kepada orang yang melakukan kejahatan!
4 Allah pasti mengetahui segala perbuatanku; dilihat-Nya segala langkahku.
5 Aku bersumpah bahwa belum pernah aku bertindak curang; belum pernah pula aku menipu orang.
-- Bandingkan dengan Muhammad si penipu itu.
6 Biarlah Allah menimbang aku di atas neraca yang sah, maka Ia akan tahu bahwa aku tidak bersalah.
7 Andaikata aku telah menyimpang dari jalan yang benar, atau hatiku tertarik oleh hal yang cemar, jika tanganku ternoda oleh dosa,
8 maka biarlah orang lain makan apa yang kutabur, dan seluruh hasil bumiku hancur.
9 Seandainya pernah aku tertarik kepada istri tetanggaku, dan dengan sembunyi, kuintip dia di balik pintu,
10 maka biarlah istriku memasak untuk orang lain; biarlah di ranjang lelaki lain ia berbaring.
11 Jika dosa yang keji itu memang kulakukan, aku patut menerima hukuman.
-- Bandingkan dengan Muhammad si penipu itu.
12 Dosa itu membinasakan seperti api neraka, segala yang kumiliki habis dibakarnya.
13 Ketika hambaku mengeluh karena haknya kusalahi, kudengarkan dia dan kuperlakukan dengan tulus hati.
14 Jika tidak, bagaimana harus kuhadapi Allahku? Apa jawabku pada waktu Ia datang menghakimi aku?
15 Bukankah Allah yang menciptakan aku, menciptakan juga hamba-hambaku itu?
16 Belum pernah aku tak mau menolong orang yang papa, atau membiarkan para janda hidup berputus asa.
17 Belum pernah kubiarkan yatim piatu kelaparan, sedangkan aku sendiri cukup makanan.
18 Sejak kecil mereka kupelihara; seumur hidupku kubimbing mereka.
19 Jika kulihat orang yang berkekurangan, terlalu miskin untuk membeli pakaian,
20 kuhangatkan dia dengan kain wol dari dombaku sendiri, maka ia akan memuji aku dengan segenap hati.
21 Sekiranya pernah aku menindas yatim piatu, sebab yakin akan menang perkaraku,
22 maka biarlah patah kedua lenganku sehingga terpisah dari bahuku.
23 Tak akan aku berbuat begitu, sebab hukuman Allah sangat mengecutkan hatiku.
-- Bandingkan dengan Muhammad si penipu itu. Bukannya dia menolong orang, justru dia banyak membuat wanita menjadi janda dan anak-anak menjadi yatim.
24 Tidak pernah aku mengandalkan hartaku,
25 atau membanggakan kekayaanku.
26 Tak pernah kusembah mentari yang bersinar cerah ataupun bulan yang bercahaya indah.
27 Tak pernah aku terpikat olehnya, atau kukecup tanganku untuk menghormatinya.
28 Dosa semacam itu patut mendapat hukuman mati; karena Allah Yang Mahakuasa telah diingkari.
-- Bandingkan dengan Muhammad si raja garong itu.
29 Apakah aku bersukacita karena kecelakaan pembenciku, dan bersorak-sorai, bila ia ditimpa malapetaka
30 —aku takkan membiarkan mulutku berbuat dosa, menuntut nyawanya dengan mengucapkan sumpah serapah! —
-- Bandingkan dengan Muhammad si raja kutuk dan pelaknat, yang mulutnya penuh dengan sumpah-sumpah serapah.
31 Orang-orang yang bekerja padaku tahu, bahwa siapa saja kujamu di rumahku.
32 Rumahku terbuka bagi orang yang bepergian; tak pernah kubiarkan mereka bermalam di jalan.
33 Orang lain menyembunyikan dosanya, tetapi aku tak pernah berbuat seperti mereka.
34 Pendapat umum tidak kutakuti, dan penghinaan orang, aku tak perduli. Tak pernah aku tinggal di rumah atau diam saja, hanya karena takut akan dihina.
-- Bandingkan dengan Muhammad si pengecut itu. Terhadap puisi saja dia takutnya setengah mati dan melampiaskan dendamnya dengan teramat keji.
35 Tiadakah orang yang mau mendengarkan kata-kataku? Ku bersumpah bahwa benarlah semuanya itu. Kiranya Yang Mahakuasa menjawab aku. Seandainya tuduhan musuh terhadap aku ditulis semua sehingga terlihat olehku,
36 maka dengan bangga akan kupasang pada bahu, dan sebagai mahkota kulekatkan di kepalaku.
37 Akan kuberitahukan kepada Allah segala yang kubuat; akan kuhadapi Dia dengan bangga dan kepala terangkat.
38 Seandainya tanah yang kubajak telah kucuri, dan kurampas dari pemiliknya yang sejati,
39 seandainya hasilnya habis kumakan, dan petani yang menanamnya kubiarkan kelaparan,
40 biarlah bukan jelai dan gandum yang tumbuh di ladang, melainkan semak berduri dan rumput ilalang." Sekianlah kata-kata Ayub.
-- Bandingkan dengan Muhammad si raja garong itu.
Sekian, semoga bisa menjadi bahan renungan bagi Muslim.
DREphantom15- Jumlah posting : 161
Join date : 11.06.11
Re: Kisah Mubahalah Rasulullah SAW >>>Sebuah Alarm Kebenaran dari Allah
Sebenarnya apa sih MUBAHALAH?
QS 3:61
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita amemanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. {1}
Catatan kaki:
{1}Mubahalah ialah masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat mendoakan kepada Allah dengan sungguh-sungguh, agar Allah menjatuhkan laknat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad saw
Jadi, Mubahalah adalah ajang kutuk-mengutuk.
Muhammad akan mengutuki para pendeta Najran, dan sebaliknya para pendeta Najran disuruh oleh Muhammad untuk mengutuki dirinya.
Ya jelas saja pendeta Najran menolak, karena perbuatan kutuk-mengutuk adalah perbuatan yang tidak baik, bertentangan dengan ajaran nabi mereka, Yesus, yang mengajarkan kasihilah musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Sekarang yang perlu kita telaah adalah: Bagaimanakah seorang Muhammad ini yang ngaku-ngaku nabi, malah memberi contoh tabiat yang tidak baik kepada lawannya?
Tidak ada nabi-nabi Tuhan zaman dahulu yang perilakunya sedemikian bodoh seperti Muhammad.
Tidakkah dengan menantang mubahalah, sama saja dia membuka kedoknya sendiri bahwa dia itu orang jahat dan bukan nabi?
Muhammad tidak mengerti ajaran-ajaran kebaikan, apalagi cara menerapkannya dalam hidup. Dibandingkan dengan Ayub saja, dia tidak ada seujung kukunya. Kok ya tanpa malu-malu berkoar-koar kalau dirinya nabi paling mulia?
Kembali ke masalah QS 3:61, tentang orang-orang Najran yang menolak ikut lomba kutuk yang diadakan Muhammad yang sedang berang itu.
Anda tentu tahu, apa latar belakang Muhammad mengadakan lomba konyol itu?
Mari kita telaah perlahan-lahan.
Muhammad dalam situasi bagaimanakah ketika dia dikunjungi oleh utusan Najran? Dia dalam keadaan full power, karena kala itu dia telah sukses menjadi ORANG NOMOR SATU di Madinah, disegani oleh orang-orang Yahudi (bani Quraizah, Nadir, Qainuqa), diangkat menjadi HAKIM & RAJA KECIL oleh para pengikutnya, setelah dia dengan gemilang merampok harta karavan dagang bani Quraish Mekkah di Badar.
Kenapa tiba-tiba ada utusan Najran datang mengunjungi Muhammad di Madinah? Itu karena seruan jihad Muhammad terhadap Najran, agar penduduk kota itu bersedia menerima Muhammad sebagai Rasulnya Awloh dan masuk Islam. Muhammad memberi opsi: Masuk Islam, atau tunduk pada kekuasaannya dengan membayar upeti.
Para pendeta Nasrani dari Najran itu khusus datang mengunjungi Muhammad untuk melihat dan menguji secara langsung kebenaran berita tentang kenabian Muhammad.
Di antara mereka kemudian terjadi soal-jawab, dan ujung-ujungnya, Muhammad dibuat patah arang, tidak mampu memberi jawaban.
Pertanyaan apa yang diajukan oleh pendeta Najran kepada Muhammad? Yaitu tentang SEJARAH YESUS, siapa dia dan siapa orang tuanya.
Muhammad tidak mampu memberikan jawaban, kecuali dengan mengarang ayat Ali-Imran 59 sampai 62.
QS 3:59-62
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Bisa dipastikan, karena cerita Muhammad tentang sejarah Yesus berbeda dengan apa yang telah diimani oleh umat Kristen turun-temurun (salah satunya tentang cerita kelahiran Yesus di bawah pohon kurma yang nyeleneh), menjadikan mereka ragu akan kebenaran kenabian Muhammad.
Ketika sampai pada pertanyaan: SIAPAKAH AYAH YESUS?
Muhammad tidak bisa menjawab. Karena dirinya terdesak itulah, Muhammad menjadi kalap dan menantang ADU KUTUK kepada para pendeta utusan Najran itu.
Dengan seketika, PERLOMBAAN KUTUK-MENGUTUK diadakanlah oleh Muhammad yang sedang naik pitam itu. Tanpa dia sadari, Muhammad justru membuka kartunya sendiri, bahwa dia adalah ORANG JAHAT, dan bukan nabi.
Tentu saja, PERLOMBAAN kutuk-mengutuk itu membawa suasana panas di antara pengikut Muhammad, yang ujung-ujungnya, bisa dipastikan, berakibat buruk bagi keselamatan ketiga pendeta utusan Najran.
Sudah dipastikan, apabila Muhammad telah melontarkan kata-kata kutuknya kepada mereka, di mana itu sama halnya dengan memberi aba-aba perang kepada pengikut-pengikutnya, maka yang datang melaknat bukan kuasa Ilahi, melainkan bacokan pedang dan penganiayaan oleh para pengikut Muhammad.
Maka dari itu, ada 2 kemungkinan mengapa para pendeta utusan Najran itu TIDAK BERSEDIA IKUT LOMBA KONYOL yang diadakan si Muhammad:
1) Karena dalam ajaran nabi mereka, tidak dibenarkan kutuk-mengutuk.
2) Mereka melihat kemurkaan dari balik wajah Muhammad itu, sehingga hal itu sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa mereka.
Nah, maka dari itu, catatan kaki yang disertakan dalam kitab sampah Alquran adalah sebuah penafsiran bodoh dari ulama Arab. Mereka menafsirkan ketidaksediaan pendeta Nasrani mengikuti Mubahalah yang diadakan oleh Muhammad itu sebagai BUKTI KEASLIAN MUHAMMAD sebagai NABI TUHAN. Tidakkah ini cara berpikir yang tidak masuk akal dan kurang cerdas? Dasar pertimbangan apa yang dipakai oleh ulama Arab menafsirkan demikian? Apakah kenabian seseorang bisa dianggap sahih kalau pembuktian yang dilakukan dengan mengandalkan kekerasan dan kekuasaan manusia?
Suatu misal, para pengikut Majelis Mujahiddin tiba-tiba mendatangi rumah kediaman saya, kemudian sambil menodongkan pedang samurai di leher saya, mereka memaksa saya masuk Islam dan mengucapkan 2 kalimat syahadah. Apakah tindakan seperti itu dianggap benar? Apakah kalau semisal lantaran dengan adanya ancaman tersebut saya bersedia masuk Islam dan mengucapkan kalimat syahadah, hal itu membuktikan kebenaran akan kenabian Muhammad?
Bagaimana bisa dianggap benar, kalau caranya salah? Ini *****!
Muhammad jadi nabi, karena dia paksakan keyakinan itu kepada orang-orang dengan cara yang gila dan tak masuk akal.
Seandainya dia tidak memakai cara-cara gila dan sinting itu, Muhammad tidak akan pernah menjadi nabi, dan tidak akan pernah ada orang yang mengakuinya nabi. Sebab dia memang bukan nabi.
Seorang nabi asli, tidak perlu dia memaksakan kehendak, orang-orang secara otomatis sudah tahu dari tingkah laku dan sepak terjangnya kalau dia nabi.
Kembali ke tafsir QS 3:61.
Saya akan kutipkan tafsir Jalalain atas peristiwa LOMBA KUTUK ini.
فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ (61)
(Siapa yang membantahmu) mendebatmu dari golongan Nasrani (tentang hal itu setelah datang kepadamu ilmu) dengan perintah-Nya (maka katakanlah) kepada mereka (Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri-diri kami dan diri-diri kamu) lalu kita kumpulkan mereka (kemudian mari kita bermubahalah) artinya berdoa dengan khusyuk dan dengan merendahkan diri (sambil memohon supaya kutukan Allah ditimpakan-Nya kepada orang-orang yang dusta) yaitu dengan mengatakan, "Ya Allah, kutukilah orang yang dusta tentang peristiwa Isa."
Nabi saw. telah mengajak utusan Najran untuk itu, yakni tatkala mereka membantahnya dalam hal tersebut. Jawab mereka, "Kami akan memikirkannya dulu, kemudian akan datang kepada anda." Kata salah seorang yang berpikiran sehat di antara mereka, "Tuan-tuan telah mengetahui kenabiannya, dan tidak suatu pun kaum yang mengadakan mubahalah dengan seorang nabi kecuali mereka akan celaka."
Ditinggalkannyalah orang tadi, lalu mereka berpaling. Mereka datang lagi menemui Nabi saw. yang ketika itu sudah keluar siap bermubahalah bersama Hasan, Husein, Fatimah dan Ali. Nabi saw. berkata kepada orang-orang Nasrani Najran, "Jika saya berdoa, aminkanlah." Tetapi ternyata pihak lawan tidak bersedia berkutuk-kutukan itu hanya minta berdamai dengan membayar upeti. [Duladi: Kenapa berdamai? Karena situasinya panas, Muhammad sedang murka!!!! ]
Riwayat Abu Na`im dan diterima dari Ibnu Abbas, katanya, "Seandainya orang-orang Nasrani Najran itu bersedia meneruskan mubahalah niscaya mereka akan kembali ke negerinya sedangkan harta dan keluarganya tiada lagi." Diriwayatkan pula bahwa sekiranya mereka bermubahalah niscaya akan terbakar.
Anda lihat, pencatat kisah tersebut sudah tahu hal apa yang bakal akan menimpa orang-orang Nasrani itu seandainya mereka bersedia mengikuti LOMBA GENDENG itu. HARTA & KELUARGANYA BAKAL DIOBOK-OBOK oleh MOMED. Tidak ada yang lebih baik dalam pikiran Muslim selain masalah HARTA & PEMERKOSAAN (perampasan anggota keluarga).
Sebab-sebab Turun (Tafsir Jalalain):
Baihaqi mengetengahkan dalam Dalail dari jalur Salamah bin Abdu Yasyu' dari bapaknya seterusnya dari kakeknya bahwa Rasulullah saw. menulis surat kepada warga Najran, yakni sebelum diturunkan kepadanya surat Thasin, "Atas nama Tuhan dari Ibrahim, Ishak dan Yakub, dari Muhammad yang nabi..." (intinya mengajak warga Najran mengakui Muhammad Rasul dengan cara masuk Islam)
Di dalamnya disebutkan, "Maka orang-orang Najran itu mengutus Syurahbil bin Wadaah Al-Hamdani, Abdullah bin Syurahbil Al-Ashbahi dan Jabbar Al-Hartsi kepada Nabi saw. Perutusan ini berangkat mendatangi Nabi saw. sehingga mereka pun saling bertanya jawab. Demikianlah tanya jawab ini terus berlangsung sampai mereka menanyakan, 'Bagaimana pendapat Anda tentang Isa?' Jawab Nabi saw., 'Sampai hari ini tak ada suatu pun pendapat saya mengenai dirinya. Tinggallah tuan-tuan di sini dulu sampai saya dapat menerangkannya!'
Ternyata esok paginya Allah telah menurunkan ayat ini, 'Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah...,' sampai dengan firman-Nya, '...seraya kita memohon agar laknat Allah itu ditimpakan-Nya kepada orang-orang yang dusta.'" (Q.S. Ali Imran 59-61)
Ibnu Saad mengetengahkan dalam kitab Thabaqat dari Azraq bin Qais, katanya, "Telah datang kepada Nabi saw. uskup negeri Najran bersama bawahannya, kepada mereka ditawarkannya agama Islam, Mereka menjawab, 'Sebelum Anda, kami telah Islam.' Jawab Nabi saw., 'Bohong! Ada tiga perkara yang menghalangi tuan-tuan masuk Islam, yakni ucapan tuan-tuan bahwa Allah mempunyai anak, memakan daging babi dan sujud kepada patung.' Tanya mereka, 'Siapakah bapak dari Isa?' Rasulullah tidak dapat menjawab sampai Allah menurunkan, 'Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah...,' sampai dengan firman-Nya, '...dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tangguh lagi Maha Bijaksana.' (Q.S. Ali Imran 59-62)
Nabi mengajak mereka untuk saling kutuk-mengutuk, tetapi mereka menolak dan setuju akan membayar upeti lalu mereka pun kembali."
Orang yang mengutuk sesama karena egonya tidak kesampaian, menunjukkan hatinya jahat. Tuhan lebih suka dengan orang yang hatinya baik. Terbukti, orang-orang berhati baik selalu dipilih Tuhan menjadi nabi-Nya. Tidak ada orang suka mengutuk dan melaknat lantaran egonya, dikasihi oleh Sang Pencipta.
Muhammad menantang mubahalah lantaran dirinya kalah debat dengan para pendeta Najran.
Begitu pula Muslim. Muslim menantang kita untuk mubahalah, karena dia sudah kepepet dan tidak tahu bagaimana caranya membela nabi Arab itu. Kutuk-mengutuk adalah bentuk pelampiasan kekesalan hati. Seandainya kita tidak di dunia maya, tentu Muslim sudah bawa parang untuk bacok kita.
Maka dari itu, MUBAHALAH adalah CERMINAN DARI SIFAT JAHAT.
Muslim tidak merasa kalau dengan Mubahalah, justru membuktikan Muhammad bukan utusan Tuhan.
Terbukti para pendeta Najran tidak mau masuk Islam, mereka lebih memilih membayar upeti kepada Muhammad.
Para pendeta Najran itu tidak beralih masuk Islam, karena mereka tahu Muhammad seorang pembohong. Begitu pula penduduk kota Najran.
Di kemudian hari penduduk Najran diperangi oleh Muhammad.
Pemaksaan Agama di Najran, Yemen Utara oleh Khalid b. Walid—February, 632M
Penyerangan ini terjadi di hari2 terakhir hidup Muhammad, saat berlangsungnya masa “damai Islami” di Medina. Muhammad mengirim Khalid ke Najran, di daerah Utara Yemen untuk menyerang B. al-Harith b. Ka’b untuk mengajak masyarakat Najran (yang beragama Kristen dan pagan dan tidak punya perjanjian damai dengan Muhammad) memeluk Islam atau harus berperang melawan Muslim. Najran terkenal akan komunitas Kristennya yang besar dan makmur. Terdapat banyak orang pagan tinggal bersama orang2 Kristen dengan damai. Semua masyarakat Najran berasal dari suku B. al-Harith. Setibanya di Najran, Khalid mengumumkan ancaman, memberi masyarakat Najran waktu 3 hari untuk memilih masuk Islam atau mati.
Dia mengumumkan, “Wahai orang2, terimalah Islam, dan kau akan selamat.”[Tabari, vol.ix, p.82 ] Masyarakat Najran tak punya banyak pilihan selain masuk Islam. Khalid tinggal bersama mereka untuk beberapa lama dan mengajar Qur’an dan Sunnah dari Muhammad. Lalu Khalid menulis surat kepada Muhammad bahwa masyarakat Najran masuk Islam di bawah ancaman pedang. Muhamad senang mendengar masyarakat B. al-Harith masuk Islam dengan hanya diancam dan tidak usah diperangi segala. Dia membalas menulis surat kepada Khalid untuk memerintahkannya kembali ke Medina dan membawa rombongan utsan B. al-Harith. Ketika Khalid datang bersama rombongan utusan, Muhammad bertanya kepada Khalid siapakah orang2 ini sebab muka mereka lebih mirip orang India. Ketika Khalid mengatakan kepada Muhammad bahwa mereka adalah orang2 Arab Yemen, Muhammad mengomeli mereka berulang-kali karena mereka dulu melawan Muhammad. Dia berkata, “Jika Khalid b. al-Walid tidak menulis surat padaku bahwa kalian telah menyerah dan tidak melawan, sudah kubanting kepala2 kalian ke bawah kakiku.” [Tabari, vol.ix, p.84 ]
Masyarakat B. al-Harith adalah keturunan budak2 dan mereka tidak pernah melakukan penyerangan atau perampokan. Tapi Muhammad bersikeras menuduh mereka dahulu melawannya sebelum dia menjadi kuat. Akan tuduhan ini mereka menjawab, “Wahai Rasul Allah, kami dahulu biasa mengalahkan mereka yang menyerang kami karena kami adalah keturunan para budak dan kami bersatu, tidak terpecah-belah, dan tidak pernah melakukan hal yang jahat kepada siapapun.” Muhammad akhirnya setuju dengan yang mereka katakan dan dia menunjuk Qays b. al-Husayn sebagai pemimpin baru B. al-Harith.
Muhammad menunjuk Amr b. Hazm al-Ansari untuk mengajar B. al-Harith tentang Islam dan untuk mengumpulkan Zakat dari mereka. Dia menulis beberapa perintah kepada Amr sebelum Amr berangkat ke Najran: untuk memenuhi kontrak (Q 5:1), takut akan Allah (Q 16:128), hanya yang bersih yang boleh menyentuh Qur’an (Q 56:79), bersikap tegas pada mereka yang tidak adil dan memberitahu orang2 akan kabar baik tentang surga (Q 11:1 dan memperingatkan mereka akan neraka, melarang orang2 untuk sembahyang dengan mengenakan satu pakaian kecuali jika pakaian itu ujungnya dapat dilipat sampai ke bahu, tidak boleh meminta kepada suku2 musuh tapi minta hanya kepada Allah saja, siapa yang minta tolong kepada suku2 musuh harus dibunuh pakai pedang, melakukan wudhu dengan menggunakan banyak air, sembahyang tepat waktu, melakukan Ghusl sebagai kewajiban untuk boleh sembahyang bersama, penagih pajak berhak 1/5 dari barang jarahan dan Zakat dari hasil ladang – 1/10 dari hasil ladang yang diairi oleh sungai dan hujan, 1/20 dari ladang yang diairi dengan kantung kulit, 2 domba bagi tiap 10 unta, 1 sapi dari setiap 40 sapi dan 1 sapi jantan dari setiap 30 sapi, 1 domba dari setiap 40 domba yang digembalakan.
Versi lain dari penaklukkan ini mengatakan bahwa al-Harith adalah seorang pendeta Kristen yang tidak mau masuk Islam. Lalu utusan mereka datang ke Medina untuk mendiskusikan tentang masalah ketuhanan. Dikatakan bahwa para Muslim kaget dan bingung melihat kemewahan pendeta B. al-Harith ketika dia datang ke Medina. Allah menurunkan Q 3:61 untuk menegur mereka yang bertengkar dengan RasulNya. [Rodwell p.438, note 19] Akhirnya, al-Harith dan orang2nya setuju untuk bayar pajak Jizya agar tidak dibunuh. Muhammad menerima keputusan mereka dan utusan Kristen kembali ke Najran.[Mubarakpuri, p.527]
Pajak Jizya ditentukan sebesar 1 dinar (atau boleh diganti dengan pakaian2) untuk setiap orang dewasa, laki atau perempuan, merdeka atau budak. Jika orang Yahudi atau Kristen tidak mau bayar Jizya maka mereka menjadi musuh Allah (dan tentunya boleh dibunuh).
QS 3:61
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita amemanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. {1}
Catatan kaki:
{1}Mubahalah ialah masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat mendoakan kepada Allah dengan sungguh-sungguh, agar Allah menjatuhkan laknat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad saw
Jadi, Mubahalah adalah ajang kutuk-mengutuk.
Muhammad akan mengutuki para pendeta Najran, dan sebaliknya para pendeta Najran disuruh oleh Muhammad untuk mengutuki dirinya.
Ya jelas saja pendeta Najran menolak, karena perbuatan kutuk-mengutuk adalah perbuatan yang tidak baik, bertentangan dengan ajaran nabi mereka, Yesus, yang mengajarkan kasihilah musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Sekarang yang perlu kita telaah adalah: Bagaimanakah seorang Muhammad ini yang ngaku-ngaku nabi, malah memberi contoh tabiat yang tidak baik kepada lawannya?
Tidak ada nabi-nabi Tuhan zaman dahulu yang perilakunya sedemikian bodoh seperti Muhammad.
Tidakkah dengan menantang mubahalah, sama saja dia membuka kedoknya sendiri bahwa dia itu orang jahat dan bukan nabi?
Muhammad tidak mengerti ajaran-ajaran kebaikan, apalagi cara menerapkannya dalam hidup. Dibandingkan dengan Ayub saja, dia tidak ada seujung kukunya. Kok ya tanpa malu-malu berkoar-koar kalau dirinya nabi paling mulia?
Kembali ke masalah QS 3:61, tentang orang-orang Najran yang menolak ikut lomba kutuk yang diadakan Muhammad yang sedang berang itu.
Anda tentu tahu, apa latar belakang Muhammad mengadakan lomba konyol itu?
Mari kita telaah perlahan-lahan.
Muhammad dalam situasi bagaimanakah ketika dia dikunjungi oleh utusan Najran? Dia dalam keadaan full power, karena kala itu dia telah sukses menjadi ORANG NOMOR SATU di Madinah, disegani oleh orang-orang Yahudi (bani Quraizah, Nadir, Qainuqa), diangkat menjadi HAKIM & RAJA KECIL oleh para pengikutnya, setelah dia dengan gemilang merampok harta karavan dagang bani Quraish Mekkah di Badar.
Kenapa tiba-tiba ada utusan Najran datang mengunjungi Muhammad di Madinah? Itu karena seruan jihad Muhammad terhadap Najran, agar penduduk kota itu bersedia menerima Muhammad sebagai Rasulnya Awloh dan masuk Islam. Muhammad memberi opsi: Masuk Islam, atau tunduk pada kekuasaannya dengan membayar upeti.
Para pendeta Nasrani dari Najran itu khusus datang mengunjungi Muhammad untuk melihat dan menguji secara langsung kebenaran berita tentang kenabian Muhammad.
Di antara mereka kemudian terjadi soal-jawab, dan ujung-ujungnya, Muhammad dibuat patah arang, tidak mampu memberi jawaban.
Pertanyaan apa yang diajukan oleh pendeta Najran kepada Muhammad? Yaitu tentang SEJARAH YESUS, siapa dia dan siapa orang tuanya.
Muhammad tidak mampu memberikan jawaban, kecuali dengan mengarang ayat Ali-Imran 59 sampai 62.
QS 3:59-62
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Bisa dipastikan, karena cerita Muhammad tentang sejarah Yesus berbeda dengan apa yang telah diimani oleh umat Kristen turun-temurun (salah satunya tentang cerita kelahiran Yesus di bawah pohon kurma yang nyeleneh), menjadikan mereka ragu akan kebenaran kenabian Muhammad.
Ketika sampai pada pertanyaan: SIAPAKAH AYAH YESUS?
Muhammad tidak bisa menjawab. Karena dirinya terdesak itulah, Muhammad menjadi kalap dan menantang ADU KUTUK kepada para pendeta utusan Najran itu.
Dengan seketika, PERLOMBAAN KUTUK-MENGUTUK diadakanlah oleh Muhammad yang sedang naik pitam itu. Tanpa dia sadari, Muhammad justru membuka kartunya sendiri, bahwa dia adalah ORANG JAHAT, dan bukan nabi.
Tentu saja, PERLOMBAAN kutuk-mengutuk itu membawa suasana panas di antara pengikut Muhammad, yang ujung-ujungnya, bisa dipastikan, berakibat buruk bagi keselamatan ketiga pendeta utusan Najran.
Sudah dipastikan, apabila Muhammad telah melontarkan kata-kata kutuknya kepada mereka, di mana itu sama halnya dengan memberi aba-aba perang kepada pengikut-pengikutnya, maka yang datang melaknat bukan kuasa Ilahi, melainkan bacokan pedang dan penganiayaan oleh para pengikut Muhammad.
Maka dari itu, ada 2 kemungkinan mengapa para pendeta utusan Najran itu TIDAK BERSEDIA IKUT LOMBA KONYOL yang diadakan si Muhammad:
1) Karena dalam ajaran nabi mereka, tidak dibenarkan kutuk-mengutuk.
2) Mereka melihat kemurkaan dari balik wajah Muhammad itu, sehingga hal itu sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa mereka.
Nah, maka dari itu, catatan kaki yang disertakan dalam kitab sampah Alquran adalah sebuah penafsiran bodoh dari ulama Arab. Mereka menafsirkan ketidaksediaan pendeta Nasrani mengikuti Mubahalah yang diadakan oleh Muhammad itu sebagai BUKTI KEASLIAN MUHAMMAD sebagai NABI TUHAN. Tidakkah ini cara berpikir yang tidak masuk akal dan kurang cerdas? Dasar pertimbangan apa yang dipakai oleh ulama Arab menafsirkan demikian? Apakah kenabian seseorang bisa dianggap sahih kalau pembuktian yang dilakukan dengan mengandalkan kekerasan dan kekuasaan manusia?
Suatu misal, para pengikut Majelis Mujahiddin tiba-tiba mendatangi rumah kediaman saya, kemudian sambil menodongkan pedang samurai di leher saya, mereka memaksa saya masuk Islam dan mengucapkan 2 kalimat syahadah. Apakah tindakan seperti itu dianggap benar? Apakah kalau semisal lantaran dengan adanya ancaman tersebut saya bersedia masuk Islam dan mengucapkan kalimat syahadah, hal itu membuktikan kebenaran akan kenabian Muhammad?
Bagaimana bisa dianggap benar, kalau caranya salah? Ini *****!
Muhammad jadi nabi, karena dia paksakan keyakinan itu kepada orang-orang dengan cara yang gila dan tak masuk akal.
Seandainya dia tidak memakai cara-cara gila dan sinting itu, Muhammad tidak akan pernah menjadi nabi, dan tidak akan pernah ada orang yang mengakuinya nabi. Sebab dia memang bukan nabi.
Seorang nabi asli, tidak perlu dia memaksakan kehendak, orang-orang secara otomatis sudah tahu dari tingkah laku dan sepak terjangnya kalau dia nabi.
Kembali ke tafsir QS 3:61.
Saya akan kutipkan tafsir Jalalain atas peristiwa LOMBA KUTUK ini.
فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ (61)
(Siapa yang membantahmu) mendebatmu dari golongan Nasrani (tentang hal itu setelah datang kepadamu ilmu) dengan perintah-Nya (maka katakanlah) kepada mereka (Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri-diri kami dan diri-diri kamu) lalu kita kumpulkan mereka (kemudian mari kita bermubahalah) artinya berdoa dengan khusyuk dan dengan merendahkan diri (sambil memohon supaya kutukan Allah ditimpakan-Nya kepada orang-orang yang dusta) yaitu dengan mengatakan, "Ya Allah, kutukilah orang yang dusta tentang peristiwa Isa."
Nabi saw. telah mengajak utusan Najran untuk itu, yakni tatkala mereka membantahnya dalam hal tersebut. Jawab mereka, "Kami akan memikirkannya dulu, kemudian akan datang kepada anda." Kata salah seorang yang berpikiran sehat di antara mereka, "Tuan-tuan telah mengetahui kenabiannya, dan tidak suatu pun kaum yang mengadakan mubahalah dengan seorang nabi kecuali mereka akan celaka."
Ditinggalkannyalah orang tadi, lalu mereka berpaling. Mereka datang lagi menemui Nabi saw. yang ketika itu sudah keluar siap bermubahalah bersama Hasan, Husein, Fatimah dan Ali. Nabi saw. berkata kepada orang-orang Nasrani Najran, "Jika saya berdoa, aminkanlah." Tetapi ternyata pihak lawan tidak bersedia berkutuk-kutukan itu hanya minta berdamai dengan membayar upeti. [Duladi: Kenapa berdamai? Karena situasinya panas, Muhammad sedang murka!!!! ]
Riwayat Abu Na`im dan diterima dari Ibnu Abbas, katanya, "Seandainya orang-orang Nasrani Najran itu bersedia meneruskan mubahalah niscaya mereka akan kembali ke negerinya sedangkan harta dan keluarganya tiada lagi." Diriwayatkan pula bahwa sekiranya mereka bermubahalah niscaya akan terbakar.
Anda lihat, pencatat kisah tersebut sudah tahu hal apa yang bakal akan menimpa orang-orang Nasrani itu seandainya mereka bersedia mengikuti LOMBA GENDENG itu. HARTA & KELUARGANYA BAKAL DIOBOK-OBOK oleh MOMED. Tidak ada yang lebih baik dalam pikiran Muslim selain masalah HARTA & PEMERKOSAAN (perampasan anggota keluarga).
Sebab-sebab Turun (Tafsir Jalalain):
Baihaqi mengetengahkan dalam Dalail dari jalur Salamah bin Abdu Yasyu' dari bapaknya seterusnya dari kakeknya bahwa Rasulullah saw. menulis surat kepada warga Najran, yakni sebelum diturunkan kepadanya surat Thasin, "Atas nama Tuhan dari Ibrahim, Ishak dan Yakub, dari Muhammad yang nabi..." (intinya mengajak warga Najran mengakui Muhammad Rasul dengan cara masuk Islam)
Di dalamnya disebutkan, "Maka orang-orang Najran itu mengutus Syurahbil bin Wadaah Al-Hamdani, Abdullah bin Syurahbil Al-Ashbahi dan Jabbar Al-Hartsi kepada Nabi saw. Perutusan ini berangkat mendatangi Nabi saw. sehingga mereka pun saling bertanya jawab. Demikianlah tanya jawab ini terus berlangsung sampai mereka menanyakan, 'Bagaimana pendapat Anda tentang Isa?' Jawab Nabi saw., 'Sampai hari ini tak ada suatu pun pendapat saya mengenai dirinya. Tinggallah tuan-tuan di sini dulu sampai saya dapat menerangkannya!'
Ternyata esok paginya Allah telah menurunkan ayat ini, 'Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah...,' sampai dengan firman-Nya, '...seraya kita memohon agar laknat Allah itu ditimpakan-Nya kepada orang-orang yang dusta.'" (Q.S. Ali Imran 59-61)
Ibnu Saad mengetengahkan dalam kitab Thabaqat dari Azraq bin Qais, katanya, "Telah datang kepada Nabi saw. uskup negeri Najran bersama bawahannya, kepada mereka ditawarkannya agama Islam, Mereka menjawab, 'Sebelum Anda, kami telah Islam.' Jawab Nabi saw., 'Bohong! Ada tiga perkara yang menghalangi tuan-tuan masuk Islam, yakni ucapan tuan-tuan bahwa Allah mempunyai anak, memakan daging babi dan sujud kepada patung.' Tanya mereka, 'Siapakah bapak dari Isa?' Rasulullah tidak dapat menjawab sampai Allah menurunkan, 'Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah...,' sampai dengan firman-Nya, '...dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tangguh lagi Maha Bijaksana.' (Q.S. Ali Imran 59-62)
Nabi mengajak mereka untuk saling kutuk-mengutuk, tetapi mereka menolak dan setuju akan membayar upeti lalu mereka pun kembali."
Orang yang mengutuk sesama karena egonya tidak kesampaian, menunjukkan hatinya jahat. Tuhan lebih suka dengan orang yang hatinya baik. Terbukti, orang-orang berhati baik selalu dipilih Tuhan menjadi nabi-Nya. Tidak ada orang suka mengutuk dan melaknat lantaran egonya, dikasihi oleh Sang Pencipta.
Muhammad menantang mubahalah lantaran dirinya kalah debat dengan para pendeta Najran.
Begitu pula Muslim. Muslim menantang kita untuk mubahalah, karena dia sudah kepepet dan tidak tahu bagaimana caranya membela nabi Arab itu. Kutuk-mengutuk adalah bentuk pelampiasan kekesalan hati. Seandainya kita tidak di dunia maya, tentu Muslim sudah bawa parang untuk bacok kita.
Maka dari itu, MUBAHALAH adalah CERMINAN DARI SIFAT JAHAT.
Muslim tidak merasa kalau dengan Mubahalah, justru membuktikan Muhammad bukan utusan Tuhan.
Terbukti para pendeta Najran tidak mau masuk Islam, mereka lebih memilih membayar upeti kepada Muhammad.
Para pendeta Najran itu tidak beralih masuk Islam, karena mereka tahu Muhammad seorang pembohong. Begitu pula penduduk kota Najran.
Di kemudian hari penduduk Najran diperangi oleh Muhammad.
Pemaksaan Agama di Najran, Yemen Utara oleh Khalid b. Walid—February, 632M
Penyerangan ini terjadi di hari2 terakhir hidup Muhammad, saat berlangsungnya masa “damai Islami” di Medina. Muhammad mengirim Khalid ke Najran, di daerah Utara Yemen untuk menyerang B. al-Harith b. Ka’b untuk mengajak masyarakat Najran (yang beragama Kristen dan pagan dan tidak punya perjanjian damai dengan Muhammad) memeluk Islam atau harus berperang melawan Muslim. Najran terkenal akan komunitas Kristennya yang besar dan makmur. Terdapat banyak orang pagan tinggal bersama orang2 Kristen dengan damai. Semua masyarakat Najran berasal dari suku B. al-Harith. Setibanya di Najran, Khalid mengumumkan ancaman, memberi masyarakat Najran waktu 3 hari untuk memilih masuk Islam atau mati.
Dia mengumumkan, “Wahai orang2, terimalah Islam, dan kau akan selamat.”[Tabari, vol.ix, p.82 ] Masyarakat Najran tak punya banyak pilihan selain masuk Islam. Khalid tinggal bersama mereka untuk beberapa lama dan mengajar Qur’an dan Sunnah dari Muhammad. Lalu Khalid menulis surat kepada Muhammad bahwa masyarakat Najran masuk Islam di bawah ancaman pedang. Muhamad senang mendengar masyarakat B. al-Harith masuk Islam dengan hanya diancam dan tidak usah diperangi segala. Dia membalas menulis surat kepada Khalid untuk memerintahkannya kembali ke Medina dan membawa rombongan utsan B. al-Harith. Ketika Khalid datang bersama rombongan utusan, Muhammad bertanya kepada Khalid siapakah orang2 ini sebab muka mereka lebih mirip orang India. Ketika Khalid mengatakan kepada Muhammad bahwa mereka adalah orang2 Arab Yemen, Muhammad mengomeli mereka berulang-kali karena mereka dulu melawan Muhammad. Dia berkata, “Jika Khalid b. al-Walid tidak menulis surat padaku bahwa kalian telah menyerah dan tidak melawan, sudah kubanting kepala2 kalian ke bawah kakiku.” [Tabari, vol.ix, p.84 ]
Masyarakat B. al-Harith adalah keturunan budak2 dan mereka tidak pernah melakukan penyerangan atau perampokan. Tapi Muhammad bersikeras menuduh mereka dahulu melawannya sebelum dia menjadi kuat. Akan tuduhan ini mereka menjawab, “Wahai Rasul Allah, kami dahulu biasa mengalahkan mereka yang menyerang kami karena kami adalah keturunan para budak dan kami bersatu, tidak terpecah-belah, dan tidak pernah melakukan hal yang jahat kepada siapapun.” Muhammad akhirnya setuju dengan yang mereka katakan dan dia menunjuk Qays b. al-Husayn sebagai pemimpin baru B. al-Harith.
Muhammad menunjuk Amr b. Hazm al-Ansari untuk mengajar B. al-Harith tentang Islam dan untuk mengumpulkan Zakat dari mereka. Dia menulis beberapa perintah kepada Amr sebelum Amr berangkat ke Najran: untuk memenuhi kontrak (Q 5:1), takut akan Allah (Q 16:128), hanya yang bersih yang boleh menyentuh Qur’an (Q 56:79), bersikap tegas pada mereka yang tidak adil dan memberitahu orang2 akan kabar baik tentang surga (Q 11:1 dan memperingatkan mereka akan neraka, melarang orang2 untuk sembahyang dengan mengenakan satu pakaian kecuali jika pakaian itu ujungnya dapat dilipat sampai ke bahu, tidak boleh meminta kepada suku2 musuh tapi minta hanya kepada Allah saja, siapa yang minta tolong kepada suku2 musuh harus dibunuh pakai pedang, melakukan wudhu dengan menggunakan banyak air, sembahyang tepat waktu, melakukan Ghusl sebagai kewajiban untuk boleh sembahyang bersama, penagih pajak berhak 1/5 dari barang jarahan dan Zakat dari hasil ladang – 1/10 dari hasil ladang yang diairi oleh sungai dan hujan, 1/20 dari ladang yang diairi dengan kantung kulit, 2 domba bagi tiap 10 unta, 1 sapi dari setiap 40 sapi dan 1 sapi jantan dari setiap 30 sapi, 1 domba dari setiap 40 domba yang digembalakan.
Versi lain dari penaklukkan ini mengatakan bahwa al-Harith adalah seorang pendeta Kristen yang tidak mau masuk Islam. Lalu utusan mereka datang ke Medina untuk mendiskusikan tentang masalah ketuhanan. Dikatakan bahwa para Muslim kaget dan bingung melihat kemewahan pendeta B. al-Harith ketika dia datang ke Medina. Allah menurunkan Q 3:61 untuk menegur mereka yang bertengkar dengan RasulNya. [Rodwell p.438, note 19] Akhirnya, al-Harith dan orang2nya setuju untuk bayar pajak Jizya agar tidak dibunuh. Muhammad menerima keputusan mereka dan utusan Kristen kembali ke Najran.[Mubarakpuri, p.527]
Pajak Jizya ditentukan sebesar 1 dinar (atau boleh diganti dengan pakaian2) untuk setiap orang dewasa, laki atau perempuan, merdeka atau budak. Jika orang Yahudi atau Kristen tidak mau bayar Jizya maka mereka menjadi musuh Allah (dan tentunya boleh dibunuh).
DREphantom15- Jumlah posting : 161
Join date : 11.06.11
Similar topics
» “Ya Allah, berikanlah shalawat dan salam kepada Rasulullah. Sungguh sulit jalanku sekarang, wahai Rasulullah!” adalah dosa syirik
» Sebuah Kisah Cinta Yang Belum Pernah Diungkap
» Apa yang Allah Tuntut dari Saksi Yehowa? Mendekat Kepada Allah Dalam Doa
» Saya Mempelajari Kebenaran Dari Quran
» Apa yang Allah Tuntut dari Saksi Yehowa? Kehidupan Keluarga yang Menyenangkan Allah
» Sebuah Kisah Cinta Yang Belum Pernah Diungkap
» Apa yang Allah Tuntut dari Saksi Yehowa? Mendekat Kepada Allah Dalam Doa
» Saya Mempelajari Kebenaran Dari Quran
» Apa yang Allah Tuntut dari Saksi Yehowa? Kehidupan Keluarga yang Menyenangkan Allah
:: Debat Islam :: Aqidah
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik