Login
Latest topics
» Ada apa di balik serangan terhadap Muslim Burma?by Dejjakh Sun Mar 29, 2015 9:56 am
» Diduga sekelompok muslim bersenjata menyerang umat kristen
by jaya Wed Nov 27, 2013 12:30 am
» Sekitar 6.000 orang perempuan di Suriah diperkosa
by jaya Wed Nov 27, 2013 12:19 am
» Muhammad mengaku kalau dirinya nabi palsu
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:53 pm
» Hina Islam dan Presiden, Satiris Mesir Ditangkap
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:50 pm
» Ratusan warga Eropa jihad di Suriah
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:48 pm
» Krisis Suriah, 6.000 tewas di bulan Maret
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:46 pm
» Kumpulan Hadis Aneh!!
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:43 pm
» Jihad seksual ala islam!
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:40 pm
Most active topics
Social bookmarking
Bookmark and share the address of Akal Budi Islam on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of on your social bookmarking website
Pencarian
Most Viewed Topics
Statistics
Total 40 user terdaftarUser terdaftar terakhir adalah tutunkasep
Total 1142 kiriman artikel dari user in 639 subjects
Top posting users this month
No user |
User Yang Sedang Online
Total 5 uses online :: 0 Terdaftar, 0 Tersembunyi dan 5 Tamu Tidak ada
User online terbanyak adalah 101 pada Fri Nov 15, 2024 3:57 am
Apakah selama hidupNya di dunia Yesus bukan Allah?
Apakah selama hidupNya di dunia Yesus bukan Allah?
Pertanyaan:
Salam damai sejahtera
Dear Ingrid & Saulus
Kita tahu bahwa memang ada perbedaan tafsiran tentang Alkitab antara Katolik dan non Katolik, dan itu sulit agaknya untuk disamakan untuk saat sekarang ini.
Oleh sebab itu mari kita saling menghargai perbedaan tsb, bukan malah mempertentangkannya.
Kalau iman percaya kita bersumber dari Firman Allah Yang Hidup yang sama, mengapa kita tidak bisa mengesampingkan perbedaan itu buat sementara sampai kita mengetahui kebenaran yang sejati itu muncul pada suatu saat nanti (tidak lama lagi).
Tentang keberadaan YESUS, Ingrid dan juga Saulus mempercayai bahwa Yesus itu 100% Allah dan juga 100% manusia.
Namun saya percaya bahwa YESUS selama hidup didunia 33,5 tahun adalah 100% manusia, sebab DIA sudah meninggalkan ke-IlahianNya di surga dan turun kebumi sebagai manusia 100% , tapi jangan lupa bahwa dua pribadi Allah selalu besertanya (yaitu Allah Bapa & Rohkudus).
Oleh sebab itu YESUS (yang 100% manusia) bisa melakukan apa saja yang sesuai kehendak Allah Bapa.
Dalam injil Matius YESUS mengatakan bahwa DIA tidak tahu kapan saatnya akhir zaman itu terjadi, dan pada waktu DIA diperhadapkan dengan perempuan yang tertangkap basah sedang berzinah, DIA juga tidak segera menjawab (karena Bapa & Rohkudus) belum memberikan jawaban baginya;
Oleh sebab itu DIA menulis ditanah menunggu jawaban dari Allah Bapa & Rohkudus.
Juga oleh sebab DIA 100 % manusia maka DIA bisa mati, sebab Allah tidak mungkin bisa mati.
Baru setelah bangkit , DIA kembali menjadi Allah 100% .
Saya sudah berdiskusi tentang hal ini dengan Stef, anda bisa membacanya di web ini.
Untuk hal-hal yang berbeda inilah kita perlu “menebus” waktu untuk me-renung2kan Firman Allah seperti raja DAUD, dan pada saatnya nanti Rohkudus akan memberikan apa yang ingin kita ketahui.
Kita memang belum sempurna , dan jika yang sempurna itu datang maka perbedaan itu sudah tidak ada lagi, percayalah.
Salam
Mac
Jawaban:
Shalom Machmud dan Saulus,
Semoga di dalam diskusi ini kita menyadari bahwa maksud kita berdialog adalah bukan untuk mempertentangkan, tetapi juga bukannya untuk mengesampingkan perbedaan, seolah hal itu tidak dapat membawa kita kepada pemahaman kebenaran. Justru kita sama-sama melihat perbedaan yang ada, semoga dengan kejujuran dan bimbingan Roh Kudus, maka kita dapat sampai kepada kebenaran, yang memang baru dapat kita lihat kesempurnaannya di saat kita sampai di surga. Namun tentu, kita tidak bisa memaksakan pandangan kita kepada orang lain. Pada akhirnya, kita percaya, bahwa kebenaran yang sejati itu akan menarik orang yang mencarinya dengan sendirinya.
Gereja Katolik memang mengajarkan bahwa ketika lahir di dunia, Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh manusia. Ini adalah sesuatu misteri yang tidak akan pernah lagi terulangi terjadi dalam sejarah manusia, bahwa seseorang Pribadi adalah Allah 100% dan manusia 100%. Memang justru karena keunikan-Nya itu, di sepanjang sejarah banyak orang berusaha menyederhanakannya, namun malah akhirnya tidak konsisten dengan ajaran Alkitab itu sendiri.
1. Jika Machmud mengatakan bahwa ketika lahir di dunia, Yesus menjadi manusia 100% dan bukan Allah, bagaimana anda menjelaskan perkataan Yesus bahwa “sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58)? Atau di Yoh 17:4-5 di mana Ia Yesus berdoa kepada Bapa, “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” Di ayat ini jelas Yesus mengatakan secara tidak langsung bahwa Ia adalah sungguh-sungguh manusia namun juga sungguh-sungguh Allah. Dia bukan sekedar 100% manusia yang disertai oleh dua Pribadi Allah yaitu Allah Bapa dan Roh Kudus, melainkan Ia sendiri adalah Putera Allah (yang menjadi manusia), sehingga Ia dapat mengatakan hal-hal demikian.
Dan di dalam Injil, sendiri terlalu banyak bukti yang menunjukkan bahwa Yesus dalam hidupNya selama 33,5 tahun di dunia itu adalah Allah. Hal ini pernah saya tuliskan dalam artikel Kristus yang kita imani = Yesus menurut sejarah, silakan klik. Justru karena keterpaduan antara kodrat-Nya sebagai 100% Allah dan 100% manusia inilah, maka dalam perbuatan-perbuatan-Nya kita melihat bahwa di satu sisi Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah, seperti mengampuni dosa manusia dalam nama-Nya sendiri, mengusir setan, menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati dalam nama-Nya sendiri, namun dengan melibatkan kemanusiaan-Nya, yaitu dengan menggunakan ekspresi, bahasa dan perbuatan manusia. Jadi pada saat melakukan semua mukjizat itu, Ia melakukannya dengan kuasa ke-Allahan-Nya, namun Ia melakukannya dengan tubuh kemanusiaan-Nya, yaitu mulut untuk berbicara, atau tangan untuk menjamah, mata untuk memandang, dst.
Anda menuliskan dalam surat anda tgl 14 Agustus 2009, “Namun dalam hal Musa serta Lazarus , disini kasusnya berbeda. Sebab Yesus itu Tuhan jadi Dia bisa berbicara dengan siapa saja baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Sedangkan kita yang masih hidup hanya bisa berbicara kepada Tuhan melalui DOA DALAM ROH DAN KEBENARAN….” Di sini andapun mengakui bahwa Tuhan Yesus itu Tuhan, padahal pada saat berbicara dengan Musa maupun Lazarus Ia sendiri belum wafat di salib dan bangkit dari kematian. (Sebab di surat di atas anda mengatakan bahwa setelah bangkit dari mati baru Yesus adalah Tuhan).
Mungkin anda beranggapan bahwa melalui Inkarnasi, Yesus meninggalkan ke-Allahan-Nya seperti yang tertulis dalam Fil 2:5-11, namun sesungguhnya kita perlu melihat ayat tersebut dalam kaitannya dengan keseluruhan ayat Alkitab yang lain. Dengan melihat kaitannya dengan keseluruhan Alkitab, maka kita dapat memahami bahwa yang terjadi dalam pengosongan diri/ “kenotik” Kristus itu adalah kenyataan bahwa Yesus yang adalah Allah tak terbatas, (mengatasi ruang dan waktu) berkenan memasuki sejarah manusia dalam segala keterbatasannya. Namun dalam diri Yesus ini, Ia tetaplah Allah (yang mengambil rupa manusia).
Saya berharap anda setuju bahwa Allah tidak mungkin berhenti menjadi Allah, dan kalau Allah berhenti menjadi Allah maka Ia bukan Allah. Atau Allah tidak mungkin menjadi berkurang/ berubah menjadi tidak sempurna, sebab jika demikian itu tidak sesuai dengan sifat Allah yang tetap selamanya. Allah tidak bisa menyangkal Diri-Nya sendiri (lih. 2 Tim 2:13), seperti bahwa Ia adalah setia, penuh kasih, adil, sempurna, tetap selamanya dst, dan karena itu Dia tidak mungkin berubah untuk tidak menjadi Allah. “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibr 13:. Maka “sama” di sini adalah dalam hakekatnya sebagai Allah.
2. Maka dengan prinsip ini kita dapat mengetahui bahwa meskipun Yesus sang Sabda/Firman itu menjelma menjadi manusia, maka Ia tetaplah Allah. Alkitab mengatakan, “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, ….sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih dan kebenaran.” (Yoh 1:14). Seseorang disebut anak jika ia mempunyai hakekat yang sama dengan bapanya. Maka karena Bapa-nya Kristus adalah Allah, maka Kristus adalah Allah, walaupun Ia mengambil rupa sebagai manusia, sebagai seorang hamba yang rela menderita sampai mati di salib (Fil 2:7-. Justru korban salib-Nya itu menjadi sesuatu yang tak ternilai harganya, karena yang disalibkan adalah Tuhan sendiri yang mengambil rupa sebagai manusia. Dan karena korban yang tak ternilai ini, maka korban Yesus ini dapat menjadi korban penebusan dosa bagi segenap umat manusia.
Jadi dengan prinsip ini maka dalam Teologi ada istilah yang disebut sebagai “Communicatio idiomatum“/ sharing of properties atau mungkin bisa diterjemahkan sebagai persekutuan predikat, yaitu predikat Allah dan predikat manusia di dalam Pribadi Yesus. Misalnya ungkapan “Kisah Sengsara Tuhan Yesus”, karena yang mengalami sengsara adalah Yesus yang adalah Tuhan atau ” Maria Bunda Allah” karena Maria adalah Bunda Yesus yang selain manusia juga adalah Tuhan, dst.
Berikut ini adalah contoh communicatio idiomatum dalam ayat Alkitab:
1. Mi 5:1: Mesias adalah seorang yang akan lahir di Betlehem (kemanusiaan Kristus) yang permulaannya sudah sejak purbakala (ke-Allahan Kristus)
2. Yes 9:5: Seorang anak laki-laki akan lahir (kemanusiaan Kristus) yang akan disebut sebagai Allah yang perkasa (ke-Allahan Kristus).
3. Yoh 8:58: Yesus berkata (dalam kemanusiaannya), bahwa sebelum Abraham jadi, Aku ada (ke-Allahan Kristus).
4. Yoh 14:6: Yesus berkata, “Aku adalah jalan (mengacu kepada kemanusiaan-Nya), Kebenaran dan Hidup” (mengacu kepada ke-Allahan-Nya).
5. Fil 2:5-11: Allah mengambil rupa seorang hamba, menjadi manusia dan wafat di kayu salib (kemanusiaan dan ke-Allahan Kristus).
6. 1 Kor 2:8, dikatakan “…kalau sekiranya mereka [penguasa dunia] mengenal-Nya, mereka tidak akan menyalibkan Tuhan yang mulia.” Kristus adalah Tuhan yang mulia dalam ke-Allahan-Nya, yang disalibkan dalam kemanusiaan-Nya. Jika dikatakan dalam Injil, “Yesus mati”, maka yang dikatakan mati di sini adalah Yesus dalam seluruh kepribadiaan-Nya, yang adalah Tuhan dan manusia. Memang secara hakikat, Tuhan tidak bisa mati, namun dalam Pribadi Yesus terdapat juga kodrat manusia selain dari kodrat Tuhan, maka Yesus dapat mati. Namun justru karena hakekat/ kodrat Yesus sebagai Allah, maka Ia dapat bangkit dari kematian-Nya, dan ini menjadi mukjizat yang terbesar yang dilakukan oleh-Nya.
7. Kol 1:15-20 Maka dasar teologis dari persekutuan predikat Allah dan predikat manusia adalah adanya “the hypostatic union”, dalam Pribadi Yesus, yaitu Satu Pribadi namun terdiri dari dua kodrat, yaitu Allah dan manusia. Maka Ia adalah Tuhan dan Penyelamat, namun juga Ia sengsara, wafat dan dikuburkan. Namun demikian kedua kodrat tidak tercampur baur. Ini terlihat jelas dalam ayat Kol 1:15-20, di mana dikatakan bahwa segala sesuatu diciptakan di dalam Kristus (mengacu kepada ke-Allahan-Nya) dan sebagai yang sulung yang bangkit dari antara orang mati (mengacu kepada kemanusiaan Yesus). Maka predikat-predikat yang sesuai dengan kedua kodrat tersebut dilakukan oleh Pribadi yang sama yaitu Yesus Kristus.
Jadi walaupun sekarang kita mungkin tidak dapat sepenuhnya memahami misteri kedua kodrat Yesus (sebagai manusia dan Allah), namun bukannya berarti bahwa kalau kita tidak bisa memahami maka hal itu sebaiknya dianggap tidak ada/ atau Yesus hanya punya satu kodrat saja.
Berikut ini adalah ajaran-ajaran sesat yang yang terjadi di sepanjang sejarah Gereja yang berusaha menyederhanakan misteri kemanunggalan Kristus (yang adalah sepenuhnya Allah dan manusia), yang jika diringkas demikian:
1. Docetism, Gnosticism, Manichaeism (abad ke- 1): menolak kemanusiaan Yesus: Penderitaan Yesus di salib dianggap sebagai “kepura-puraan”/ sham bukan sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi.
2. Adoptionism (abad ke- 3) menolak ke-Allahan Kristus. Kristus dianggap sebagai anak adopsi Allah Bapa, namun sebagai anak yang terbesar.
3. Arianism (abad ke 3 -4) menolak Allah Tritunggal. Kristus dianggap bukan Tuhan, namun sebagai malaikat yang tertinggi (super-angel).
4. Apollinarism (abad ke-4) yang menolak kemanusiaan Yesus dengan mengajarkan bahwa Yesus tidak mempunyai jiwa manusia; ke-Allahan-Nya menggantikan jiwa manusia itu.
5. Nestorianism (abad ke-4-5) yang menolak keutuhan Pribadi Yesus. Maka Maria dilihat hanya sebagai ibu Yesus sebagai manusia, bukan ibu Yesus yang adalah Tuhan. Yesus dikatakan sebagai hanya “Temple of the Logos” dan bukannya “Logos“/ Sabda itu sendiri.
6. Monophisitism (abad ke-5) yang menolak adanya kemanusiaan Kristus, dan adanya dua kodrat dalam diri Yesus (sebagai Allah dan manusia). Dikatakan oleh bidaah ini bahwa sebelum inkarnasi ada dua kodrat, namun setelah inkarnasi hanya satu, yaitu ke-Allahan-Nya.
7. Monothelitism (abad ke-7) yang menolak kemanusiaan Yesus dengan mengatakan bahwa di dalam diri Yesus hanya ada satu keinginan dan satu prinsip tingkah laku/ operasi, yaitu yang dari Allah saja.
8. Agnoetae (abad ke-6) yang menolak kepenuhan pengetahuan Yesus sebagai manusia sebagai akibat dari persekutuannya dengan Allah (sehubungan dengan akhir jaman Mrk 13:32). Mengenai hal ini sudah pernah saya tuliskan di sini, silakan klik.
Sebenarnya, mungkin beberapa dari ajaran sesat di atas ini hidup kembali pada jaman sekarang, di mana banyak orang memang ingin menyederhanakan “hypostatic union“/ persatuan yang unik dalam Pribadi Yesus sebagai Allah dan manusia. Konsili di Chalcedon tahun 451, memuat pengajaran dari Paus Leo Agung mengatakan bahwa “Kristus mempunyai dua kodrat, yang tidak tercampur baur, tanpa perubahan, tidak dapat dibagi-bagi dan dipisahkan…. Ia menjadi satu Pribadi dan satu hakikat, tidak terbagi di antara dua pribadi, namun kedua kodrat itu membentuk Pribadi Yesus yang unik, satu dan sama.”
Dalam hal inilah maka kita melihat pentingnya peran pengajaran dari Magisterium Gereja Katolik yang selalu berusaha menjelaskan kemurnian ajaran Alkitab. Sebab interpretasi pribadi tersebut dapat menghasilkan ajaran yang jika dilihat kembali dengan ayat-ayat keseluruhan Alkitab malah tidak cocok. Jika kita mempelajari sejarah Gereja, maka kita dapat melihat ajaran Bapa Gereja ataupun Konsili-konsili yang menjelaskan ajaran Gereja untuk menolak ajaran-ajaran sesat tersebut. Di sinilah kita melihat secara obyektif bahwa Sola Scriptura (Aliktab saja) tidaklah cukup, sebab tanpa bimbingan Gereja, penafsiran Alkitab dapat menghasilkan interpretasi yang bermacam-macam dan tak jarang, bertentangan.
Memang perbedaan interpretasi Alkitab dalam hal ini bisa didiskusikan panjang sekali. Saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya ketahui dari pengajaran Gereja Katolik. Selebihnya, saya serahkan kepada anda dan kepada para pembaca untuk meresapkannya dalam hati nurani anda. Saya percaya, jika kita semua mencari kebenaran dengan hati yang tulus, maka Roh Kudus akan berkenan menghantarkan kita kepada pengertian yang benar.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Dear Ingrid & Saulus
Kita tahu bahwa memang ada perbedaan tafsiran tentang Alkitab antara Katolik dan non Katolik, dan itu sulit agaknya untuk disamakan untuk saat sekarang ini.
Oleh sebab itu mari kita saling menghargai perbedaan tsb, bukan malah mempertentangkannya.
Kalau iman percaya kita bersumber dari Firman Allah Yang Hidup yang sama, mengapa kita tidak bisa mengesampingkan perbedaan itu buat sementara sampai kita mengetahui kebenaran yang sejati itu muncul pada suatu saat nanti (tidak lama lagi).
Tentang keberadaan YESUS, Ingrid dan juga Saulus mempercayai bahwa Yesus itu 100% Allah dan juga 100% manusia.
Namun saya percaya bahwa YESUS selama hidup didunia 33,5 tahun adalah 100% manusia, sebab DIA sudah meninggalkan ke-IlahianNya di surga dan turun kebumi sebagai manusia 100% , tapi jangan lupa bahwa dua pribadi Allah selalu besertanya (yaitu Allah Bapa & Rohkudus).
Oleh sebab itu YESUS (yang 100% manusia) bisa melakukan apa saja yang sesuai kehendak Allah Bapa.
Dalam injil Matius YESUS mengatakan bahwa DIA tidak tahu kapan saatnya akhir zaman itu terjadi, dan pada waktu DIA diperhadapkan dengan perempuan yang tertangkap basah sedang berzinah, DIA juga tidak segera menjawab (karena Bapa & Rohkudus) belum memberikan jawaban baginya;
Oleh sebab itu DIA menulis ditanah menunggu jawaban dari Allah Bapa & Rohkudus.
Juga oleh sebab DIA 100 % manusia maka DIA bisa mati, sebab Allah tidak mungkin bisa mati.
Baru setelah bangkit , DIA kembali menjadi Allah 100% .
Saya sudah berdiskusi tentang hal ini dengan Stef, anda bisa membacanya di web ini.
Untuk hal-hal yang berbeda inilah kita perlu “menebus” waktu untuk me-renung2kan Firman Allah seperti raja DAUD, dan pada saatnya nanti Rohkudus akan memberikan apa yang ingin kita ketahui.
Kita memang belum sempurna , dan jika yang sempurna itu datang maka perbedaan itu sudah tidak ada lagi, percayalah.
Salam
Mac
Jawaban:
Shalom Machmud dan Saulus,
Semoga di dalam diskusi ini kita menyadari bahwa maksud kita berdialog adalah bukan untuk mempertentangkan, tetapi juga bukannya untuk mengesampingkan perbedaan, seolah hal itu tidak dapat membawa kita kepada pemahaman kebenaran. Justru kita sama-sama melihat perbedaan yang ada, semoga dengan kejujuran dan bimbingan Roh Kudus, maka kita dapat sampai kepada kebenaran, yang memang baru dapat kita lihat kesempurnaannya di saat kita sampai di surga. Namun tentu, kita tidak bisa memaksakan pandangan kita kepada orang lain. Pada akhirnya, kita percaya, bahwa kebenaran yang sejati itu akan menarik orang yang mencarinya dengan sendirinya.
Gereja Katolik memang mengajarkan bahwa ketika lahir di dunia, Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh manusia. Ini adalah sesuatu misteri yang tidak akan pernah lagi terulangi terjadi dalam sejarah manusia, bahwa seseorang Pribadi adalah Allah 100% dan manusia 100%. Memang justru karena keunikan-Nya itu, di sepanjang sejarah banyak orang berusaha menyederhanakannya, namun malah akhirnya tidak konsisten dengan ajaran Alkitab itu sendiri.
1. Jika Machmud mengatakan bahwa ketika lahir di dunia, Yesus menjadi manusia 100% dan bukan Allah, bagaimana anda menjelaskan perkataan Yesus bahwa “sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58)? Atau di Yoh 17:4-5 di mana Ia Yesus berdoa kepada Bapa, “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” Di ayat ini jelas Yesus mengatakan secara tidak langsung bahwa Ia adalah sungguh-sungguh manusia namun juga sungguh-sungguh Allah. Dia bukan sekedar 100% manusia yang disertai oleh dua Pribadi Allah yaitu Allah Bapa dan Roh Kudus, melainkan Ia sendiri adalah Putera Allah (yang menjadi manusia), sehingga Ia dapat mengatakan hal-hal demikian.
Dan di dalam Injil, sendiri terlalu banyak bukti yang menunjukkan bahwa Yesus dalam hidupNya selama 33,5 tahun di dunia itu adalah Allah. Hal ini pernah saya tuliskan dalam artikel Kristus yang kita imani = Yesus menurut sejarah, silakan klik. Justru karena keterpaduan antara kodrat-Nya sebagai 100% Allah dan 100% manusia inilah, maka dalam perbuatan-perbuatan-Nya kita melihat bahwa di satu sisi Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah, seperti mengampuni dosa manusia dalam nama-Nya sendiri, mengusir setan, menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati dalam nama-Nya sendiri, namun dengan melibatkan kemanusiaan-Nya, yaitu dengan menggunakan ekspresi, bahasa dan perbuatan manusia. Jadi pada saat melakukan semua mukjizat itu, Ia melakukannya dengan kuasa ke-Allahan-Nya, namun Ia melakukannya dengan tubuh kemanusiaan-Nya, yaitu mulut untuk berbicara, atau tangan untuk menjamah, mata untuk memandang, dst.
Anda menuliskan dalam surat anda tgl 14 Agustus 2009, “Namun dalam hal Musa serta Lazarus , disini kasusnya berbeda. Sebab Yesus itu Tuhan jadi Dia bisa berbicara dengan siapa saja baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Sedangkan kita yang masih hidup hanya bisa berbicara kepada Tuhan melalui DOA DALAM ROH DAN KEBENARAN….” Di sini andapun mengakui bahwa Tuhan Yesus itu Tuhan, padahal pada saat berbicara dengan Musa maupun Lazarus Ia sendiri belum wafat di salib dan bangkit dari kematian. (Sebab di surat di atas anda mengatakan bahwa setelah bangkit dari mati baru Yesus adalah Tuhan).
Mungkin anda beranggapan bahwa melalui Inkarnasi, Yesus meninggalkan ke-Allahan-Nya seperti yang tertulis dalam Fil 2:5-11, namun sesungguhnya kita perlu melihat ayat tersebut dalam kaitannya dengan keseluruhan ayat Alkitab yang lain. Dengan melihat kaitannya dengan keseluruhan Alkitab, maka kita dapat memahami bahwa yang terjadi dalam pengosongan diri/ “kenotik” Kristus itu adalah kenyataan bahwa Yesus yang adalah Allah tak terbatas, (mengatasi ruang dan waktu) berkenan memasuki sejarah manusia dalam segala keterbatasannya. Namun dalam diri Yesus ini, Ia tetaplah Allah (yang mengambil rupa manusia).
Saya berharap anda setuju bahwa Allah tidak mungkin berhenti menjadi Allah, dan kalau Allah berhenti menjadi Allah maka Ia bukan Allah. Atau Allah tidak mungkin menjadi berkurang/ berubah menjadi tidak sempurna, sebab jika demikian itu tidak sesuai dengan sifat Allah yang tetap selamanya. Allah tidak bisa menyangkal Diri-Nya sendiri (lih. 2 Tim 2:13), seperti bahwa Ia adalah setia, penuh kasih, adil, sempurna, tetap selamanya dst, dan karena itu Dia tidak mungkin berubah untuk tidak menjadi Allah. “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibr 13:. Maka “sama” di sini adalah dalam hakekatnya sebagai Allah.
2. Maka dengan prinsip ini kita dapat mengetahui bahwa meskipun Yesus sang Sabda/Firman itu menjelma menjadi manusia, maka Ia tetaplah Allah. Alkitab mengatakan, “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, ….sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih dan kebenaran.” (Yoh 1:14). Seseorang disebut anak jika ia mempunyai hakekat yang sama dengan bapanya. Maka karena Bapa-nya Kristus adalah Allah, maka Kristus adalah Allah, walaupun Ia mengambil rupa sebagai manusia, sebagai seorang hamba yang rela menderita sampai mati di salib (Fil 2:7-. Justru korban salib-Nya itu menjadi sesuatu yang tak ternilai harganya, karena yang disalibkan adalah Tuhan sendiri yang mengambil rupa sebagai manusia. Dan karena korban yang tak ternilai ini, maka korban Yesus ini dapat menjadi korban penebusan dosa bagi segenap umat manusia.
Jadi dengan prinsip ini maka dalam Teologi ada istilah yang disebut sebagai “Communicatio idiomatum“/ sharing of properties atau mungkin bisa diterjemahkan sebagai persekutuan predikat, yaitu predikat Allah dan predikat manusia di dalam Pribadi Yesus. Misalnya ungkapan “Kisah Sengsara Tuhan Yesus”, karena yang mengalami sengsara adalah Yesus yang adalah Tuhan atau ” Maria Bunda Allah” karena Maria adalah Bunda Yesus yang selain manusia juga adalah Tuhan, dst.
Berikut ini adalah contoh communicatio idiomatum dalam ayat Alkitab:
1. Mi 5:1: Mesias adalah seorang yang akan lahir di Betlehem (kemanusiaan Kristus) yang permulaannya sudah sejak purbakala (ke-Allahan Kristus)
2. Yes 9:5: Seorang anak laki-laki akan lahir (kemanusiaan Kristus) yang akan disebut sebagai Allah yang perkasa (ke-Allahan Kristus).
3. Yoh 8:58: Yesus berkata (dalam kemanusiaannya), bahwa sebelum Abraham jadi, Aku ada (ke-Allahan Kristus).
4. Yoh 14:6: Yesus berkata, “Aku adalah jalan (mengacu kepada kemanusiaan-Nya), Kebenaran dan Hidup” (mengacu kepada ke-Allahan-Nya).
5. Fil 2:5-11: Allah mengambil rupa seorang hamba, menjadi manusia dan wafat di kayu salib (kemanusiaan dan ke-Allahan Kristus).
6. 1 Kor 2:8, dikatakan “…kalau sekiranya mereka [penguasa dunia] mengenal-Nya, mereka tidak akan menyalibkan Tuhan yang mulia.” Kristus adalah Tuhan yang mulia dalam ke-Allahan-Nya, yang disalibkan dalam kemanusiaan-Nya. Jika dikatakan dalam Injil, “Yesus mati”, maka yang dikatakan mati di sini adalah Yesus dalam seluruh kepribadiaan-Nya, yang adalah Tuhan dan manusia. Memang secara hakikat, Tuhan tidak bisa mati, namun dalam Pribadi Yesus terdapat juga kodrat manusia selain dari kodrat Tuhan, maka Yesus dapat mati. Namun justru karena hakekat/ kodrat Yesus sebagai Allah, maka Ia dapat bangkit dari kematian-Nya, dan ini menjadi mukjizat yang terbesar yang dilakukan oleh-Nya.
7. Kol 1:15-20 Maka dasar teologis dari persekutuan predikat Allah dan predikat manusia adalah adanya “the hypostatic union”, dalam Pribadi Yesus, yaitu Satu Pribadi namun terdiri dari dua kodrat, yaitu Allah dan manusia. Maka Ia adalah Tuhan dan Penyelamat, namun juga Ia sengsara, wafat dan dikuburkan. Namun demikian kedua kodrat tidak tercampur baur. Ini terlihat jelas dalam ayat Kol 1:15-20, di mana dikatakan bahwa segala sesuatu diciptakan di dalam Kristus (mengacu kepada ke-Allahan-Nya) dan sebagai yang sulung yang bangkit dari antara orang mati (mengacu kepada kemanusiaan Yesus). Maka predikat-predikat yang sesuai dengan kedua kodrat tersebut dilakukan oleh Pribadi yang sama yaitu Yesus Kristus.
Jadi walaupun sekarang kita mungkin tidak dapat sepenuhnya memahami misteri kedua kodrat Yesus (sebagai manusia dan Allah), namun bukannya berarti bahwa kalau kita tidak bisa memahami maka hal itu sebaiknya dianggap tidak ada/ atau Yesus hanya punya satu kodrat saja.
Berikut ini adalah ajaran-ajaran sesat yang yang terjadi di sepanjang sejarah Gereja yang berusaha menyederhanakan misteri kemanunggalan Kristus (yang adalah sepenuhnya Allah dan manusia), yang jika diringkas demikian:
1. Docetism, Gnosticism, Manichaeism (abad ke- 1): menolak kemanusiaan Yesus: Penderitaan Yesus di salib dianggap sebagai “kepura-puraan”/ sham bukan sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi.
2. Adoptionism (abad ke- 3) menolak ke-Allahan Kristus. Kristus dianggap sebagai anak adopsi Allah Bapa, namun sebagai anak yang terbesar.
3. Arianism (abad ke 3 -4) menolak Allah Tritunggal. Kristus dianggap bukan Tuhan, namun sebagai malaikat yang tertinggi (super-angel).
4. Apollinarism (abad ke-4) yang menolak kemanusiaan Yesus dengan mengajarkan bahwa Yesus tidak mempunyai jiwa manusia; ke-Allahan-Nya menggantikan jiwa manusia itu.
5. Nestorianism (abad ke-4-5) yang menolak keutuhan Pribadi Yesus. Maka Maria dilihat hanya sebagai ibu Yesus sebagai manusia, bukan ibu Yesus yang adalah Tuhan. Yesus dikatakan sebagai hanya “Temple of the Logos” dan bukannya “Logos“/ Sabda itu sendiri.
6. Monophisitism (abad ke-5) yang menolak adanya kemanusiaan Kristus, dan adanya dua kodrat dalam diri Yesus (sebagai Allah dan manusia). Dikatakan oleh bidaah ini bahwa sebelum inkarnasi ada dua kodrat, namun setelah inkarnasi hanya satu, yaitu ke-Allahan-Nya.
7. Monothelitism (abad ke-7) yang menolak kemanusiaan Yesus dengan mengatakan bahwa di dalam diri Yesus hanya ada satu keinginan dan satu prinsip tingkah laku/ operasi, yaitu yang dari Allah saja.
8. Agnoetae (abad ke-6) yang menolak kepenuhan pengetahuan Yesus sebagai manusia sebagai akibat dari persekutuannya dengan Allah (sehubungan dengan akhir jaman Mrk 13:32). Mengenai hal ini sudah pernah saya tuliskan di sini, silakan klik.
Sebenarnya, mungkin beberapa dari ajaran sesat di atas ini hidup kembali pada jaman sekarang, di mana banyak orang memang ingin menyederhanakan “hypostatic union“/ persatuan yang unik dalam Pribadi Yesus sebagai Allah dan manusia. Konsili di Chalcedon tahun 451, memuat pengajaran dari Paus Leo Agung mengatakan bahwa “Kristus mempunyai dua kodrat, yang tidak tercampur baur, tanpa perubahan, tidak dapat dibagi-bagi dan dipisahkan…. Ia menjadi satu Pribadi dan satu hakikat, tidak terbagi di antara dua pribadi, namun kedua kodrat itu membentuk Pribadi Yesus yang unik, satu dan sama.”
Dalam hal inilah maka kita melihat pentingnya peran pengajaran dari Magisterium Gereja Katolik yang selalu berusaha menjelaskan kemurnian ajaran Alkitab. Sebab interpretasi pribadi tersebut dapat menghasilkan ajaran yang jika dilihat kembali dengan ayat-ayat keseluruhan Alkitab malah tidak cocok. Jika kita mempelajari sejarah Gereja, maka kita dapat melihat ajaran Bapa Gereja ataupun Konsili-konsili yang menjelaskan ajaran Gereja untuk menolak ajaran-ajaran sesat tersebut. Di sinilah kita melihat secara obyektif bahwa Sola Scriptura (Aliktab saja) tidaklah cukup, sebab tanpa bimbingan Gereja, penafsiran Alkitab dapat menghasilkan interpretasi yang bermacam-macam dan tak jarang, bertentangan.
Memang perbedaan interpretasi Alkitab dalam hal ini bisa didiskusikan panjang sekali. Saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya ketahui dari pengajaran Gereja Katolik. Selebihnya, saya serahkan kepada anda dan kepada para pembaca untuk meresapkannya dalam hati nurani anda. Saya percaya, jika kita semua mencari kebenaran dengan hati yang tulus, maka Roh Kudus akan berkenan menghantarkan kita kepada pengertian yang benar.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
kabayan- Jumlah posting : 128
Join date : 14.06.11
Similar topics
» Soal2 sekitar iman Kristen
» Apakah Yesus hanya sekedar utusan?
» Yesus Sehakikat Dengan Allah
» Apakah Yesus masih relevan sekarang?
» Apa yang Allah Tuntut dari Saksi Yehowa? Mendekat Kepada Allah Dalam Doa
» Apakah Yesus hanya sekedar utusan?
» Yesus Sehakikat Dengan Allah
» Apakah Yesus masih relevan sekarang?
» Apa yang Allah Tuntut dari Saksi Yehowa? Mendekat Kepada Allah Dalam Doa
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik