Silahkan masukkan username dan password anda!

Join the forum, it's quick and easy

Silahkan masukkan username dan password anda!
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Login

Lupa password?

Latest topics
» Ada apa di balik serangan terhadap Muslim Burma?
by Dejjakh Sun Mar 29, 2015 9:56 am

» Diduga sekelompok muslim bersenjata menyerang umat kristen
by jaya Wed Nov 27, 2013 12:30 am

» Sekitar 6.000 orang perempuan di Suriah diperkosa
by jaya Wed Nov 27, 2013 12:19 am

» Muhammad mengaku kalau dirinya nabi palsu
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:53 pm

» Hina Islam dan Presiden, Satiris Mesir Ditangkap
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:50 pm

» Ratusan warga Eropa jihad di Suriah
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:48 pm

» Krisis Suriah, 6.000 tewas di bulan Maret
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:46 pm

» Kumpulan Hadis Aneh!!
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:43 pm

» Jihad seksual ala islam!
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:40 pm

Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of Akal Budi Islam on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of on your social bookmarking website

Pencarian
 
 

Display results as :
 


Rechercher Advanced Search

Poll
Statistics
Total 40 user terdaftar
User terdaftar terakhir adalah tutunkasep

Total 1142 kiriman artikel dari user in 639 subjects
Top posting users this month
No user

User Yang Sedang Online
Total 9 uses online :: 0 Terdaftar, 0 Tersembunyi dan 9 Tamu

Tidak ada

[ View the whole list ]


User online terbanyak adalah 44 pada Sun Jul 30, 2023 6:25 pm

Antikristus: Mesias yang dinantikan Islam

2 posters

 :: Lainnya :: Buku-buku

Halaman 2 dari 2 Previous  1, 2

Go down

Antikristus: Mesias yang dinantikan Islam - Page 2 Empty Pasal 22 - Merespon Dengan Penjangkauan

Post  Joel. J Fri May 20, 2011 12:21 am

Sementara kuasa dan pentingnya doa adalah sesuatu yang tidak terbantahkan, masih ada dimensi lain terhadap respon kita yang juga sangat penting. Kita harus menjangkau orang-orang Muslim dengan pesan Kristen yang sempurna mengenai Kabar Baik (Injil). Ini adalah sebuah pesan pembebasan bagi mereka yang telah dibelenggu oleh Injil Islam yang palsu, yang justru melahirkan ketakutan. Ini adalah sebuah berita mengenai kasih dan penerimaan bagi mereka yang belum pernah mengetahui bagaimana rasanya diterima dan sepenuhnya dikasihi oleh Tuhan. Ini adalah sebuah berita yang berkata, Tuhan sangat mengasihi anda. Dan inilah cara bagaimana Ia membuktikannya untuk selama-lamanya.... Kita tidak boleh menggunakan berita Injil bagi keuntungan pribadi. Kita juga tidak boleh meremehkan kuasanya. Sesungguhnya, “Ini adalah kekuatan Tuhan untuk menyelamatkan semua yang percaya.” (Roma 1:16)

PENJANGKAUAN
Lalu, bagaimanakah mereka akan berseru kepada Dia yang belum mereka percayai? Dan bagaimana mereka akan percaya kepada Dia yang belum pernah mereka dengar? Dan bagaimana mereka akan mendengar, jika tidak ada yang memberitakan?
Roma 10:14

Tujuan dari pasal ini bukan untuk mendiskusikan metode penjangkauan bagi orang-orang Muslim, melainkan mendiskusikan roh/semangat yang Tuhan inginkan untuk menjangkau orang-orang Muslim, supaya tidak hanya mereka tetapi juga kita bisa ditransformasikan. Namun demikian, saya ingin membuat beberapa komentar mengenai penjangkauan kepada Muslim. Tentu saja ada dua cara utama yang bisa dipakai oleh orang-orang Kristen untuk menjangkau Muslim; di rumah/negeri sendiri atau di luar negeri. Sementara kebanyakan orang Kristen barangkali berasumsi bahwa sudah cukup banyak misionaris yang bekerja di antara orang-orang Muslim, perhatikanlah statistik ini: Hanya dua persen dari kekuatan misionaris Protestan yang melakukan penjangkauan kepada dunia Muslim, sementara jumlah dunia Muslim itu sendiri separuh dari populasi dunia non-Kristen.1 Hal ini sangat mencengangkan, dan banyak yang bisa dikatakan mengapa hal ini terjadi demikian. Mayoritas dari mereka yang membaca buku ini sesungguhnya tidak pernah mendorong diri mereka dan keluarga mereka untuk keluar dari negaranya dan menjadi misionaris bagi kaum Muslim di luar negeri. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa penjangkauan terhadap orang Muslim sesuatu yang mustahil. Saat ini, dengan sekitar delapan juta Muslim yang tinggal di Amerika, maka Amerika pun telah menjadi bagian dari dunia Islam. Hal yang sama bisa kita katakan dengan negara-negara Barat lainnya. Kebanyakan orang Muslim telah pindah ke Amerika dari negara-negara dimana anda atau saya bisa dipenjarakan bahkan bisa dibunuh karena membagikan berita Injil kepada mereka. Tetapi mereka sekarang sudah ada di Amerika – negeri yang bebas – tetapi sayangnya kebanyakan orang-orang Kristen mengabaikan kehadiran mereka. Bukankah benar apa yang pernah dikatakan oleh Yesus.
Kemudian Dia berkata kepada mereka, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Oleh sebab itu, mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian supaya Dia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian-Nya.
Lukas 10:2

Jika anda adalah pengikut Yesus, maka saya mendorong anda untuk merenungkan kata-kata Yesus ketika Ia memerintahkan kita semua untuk “pergi dan menjadikan sekalian bangsa menjadi muridNya, membaptiskan mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus, dan mengajarkan kepada mereka semua yang telah diperintahkan oleh Yesus kepada kita.” Sampai pada tingkatan apa anda secara pribadi mentaati perintah ini?
Barangkali anda berpikir bahwa menjangkau Muslim adalah hal yang mustahil. Barangkali setelah membaca buku ini anda bahkan menjadi lebih takut lagi terhadap Muslim daripada sebelumnya. Mari kita membahas perasaan itu.

SEORANG MUSLIM SAMA SEPERTI SAYA
Setelah membaca buku ini, mungkin anda terkejut menemukan bahwa sebenarnya saya sendiri mengasihi orang-orang Muslim. Dan jika anda adalah seseorang yang telah dirangkul oleh kasih Tuhan di dalam Kristus, maka anda pun seharusnya bersikap seperti saya. Ketakutan terbesar saya dalam menuliskan buku ini adalah bahwa buku ini akan meningkatkan reaksi negatif banyak orang terhadap orang-orang Muslim. Tentu saja reaksi natural setelah membaca banyak informasi negatif bisa jadi orang akan menjauh dari orang-orang Muslim karena takut. Namun ketika menghadapi ketakutan seperti itu, Tuhan tidak mau kita menjadi mundur, tetapi supaya kita, meskipun merasa takut, tetapi dengan teguh hati tetap menyatakan terang kasihNya pada mereka yang hidup dalam kegelapan. Saya akan menyatakannya dengan keras: “Sebab, pertarungan itu bagi kita bukanlah melawan darah dan daging, melainkan melawan penguasa-penguasa, melawan otoritas-otoritas, melawan penghulu dunia kegelapan zaman ini, melawan roh-roh jahat di alam semesta.” (Efesus 6:12) Dengan kata lain, Muslim bukanlah musuh kita! Buku ini bukan mengenai Muslim – tetapi mengenai Islam. Buku ini mengenai kekuatan spiritual dan doktrin yang menipu yang telah membelenggu banyak orang. Kendati saya telah menunjukkan fakta-fakta dalam argumen saya bahwa orang-orang Muslim sebenarnya sedang mengikuti sebuah agama “Anti Kristus”, saya mau membuatnya menjadi jelas bahwa sebagai para pengikut Kristus kita tidak boleh melihat orang-orang Muslim sebagai musuh kita, tetapi sebagai orang-orang yang juga diciptakan dalam gambar dan rupa Tuhan – sama seperti kita.
Sebagai bukti, mungkin ini merupakan sebuah isu yang mengejutkan banyak orang-orang Barat ketika mereka mulai mengenal orang-orang Muslim yang sejati. Bukannya bertemu dengan orang-orang berpikiran pendek, lekas marah, malahan banyak dari mereka menemukan bahwa orang-orang Muslim sama seperti orang-orang kebanyakan. Saya juga telah bertemu dengan banyak orang-orang Muslim yang sangat ramah, sangat hangat, bahkan orang-orang Muslim yang sangat cerdas. Mayoritas orang Muslim sebenarnya adalah orang-orang yang dengan tulus ingin menjalani hidup yang baik dihadapan Tuhan dan melakukan apa yang berkenan bagi Tuhan. Jadi inilah cara bagaimana kita seharusnya memandang kebanyakan orang-orang Muslim: sebagai orang-orang yang mencari Tuhan dengan ketulusan.

MENEMUKAN SAMUDERA DALAM SETIAP TETES AIR
Jalal al Din Rumi adalah salah satu dari mistik terbesar Islam. Ia mempraktekkan sebuah bentuk mistik yang dikenal sebagai sufisme. Rumi sering menyebut Tuhan sebagai “Sang Kekasih” atau “Teman”. Para sufis seperti Rumi juga memberikan penekanan pada Yesus sebagai model kehidupan mereka dibandingkan dengan yang dilakukan oleh orang-orang Muslim lainnya. Seseorang tidak akan bisa membaca tulisan-tulisan Rumi tanpa merasa bahwa ia adalah seseorang yang sangat dekat untuk menjadi seorang Kristen. Sekurangnya ada satu kutipan dari Rumi yang sangat saya hargai. Rumi berkata,”Satu hari nanti saya akan mencari dalam diri orang-orang sinar dari seorang Teman, supaya saya bisa mengenali samudera dalam setetes air.” Rumi mencoba melihat Tuhan dalam seluruh ciptaanNya. Barangkali anda berkata bahwa kita tak akan bisa menemukan kebaikan dan terang dalam sebuah agama Anti Kristus. Tetapi apakah anda mempercayainya atau tidak, anda pasti bisa. Dan di sinilah alasannya: Islam dibuat oleh orang-orang Muslim. Dan Muslim adalah orang-orang yang diciptakan serupa dan segambar dengan diri Tuhan sendiri. Dan banyak dari mereka yang mencari Tuhan dengan tulus hati. Dengan demikian, bahkan dalam Islam tetap masih ada hal-hal yang masih bisa dipelajari oleh orang-orang Kristen. Dan jika inilah akhir dari sebuah jalan buntu, sistem keagamaan yang Anti Kristus, maka berapa banyak lagi pengikutnya yang masih-masing adalah ciptaan Tuhan! Meskipun kecenderungan natural dari hati kita adalah menyingkir karena takut, ingatlah bahwa Tuhan sangat berharap agar kita mendekati orang-orang Muslim dengan sikap yakin dan rendah hati, yaitu dengan melihat mereka bukan sebagai “mahluk lain”, melainkan sebagai ciptaan Tuhan yang lain. Sikap kerendahan hati, keteguhan dan keyakinan adalah apa yang diinginkan Tuhan agar dimiliki oleh umatNya disepanjang waktu, khususnya di hari-hari terakhir. Ia mau agar kita menjadi para pemenang.

PARA PEMENANG
Seorang pemenang adalah orang yang tidak mengijinkan perasaan takut menguasainya, tetapi sebaliknya mengalahkan takut dengan kasih. Seorang pemenang tidak mengijinkan kebencian menguasainya, sebaliknya mengalahkan kebencian dengan rekonsiliasi. Ada seseorang yang memiliki roh yang seperti itu ketika ia berhadapan dengan orang-orang Muslim. Ia melakukannya di tengah-tengah periode paling kelam dalam sejarah Kekristenan. Hubungan antara Islam dan Kekristenan pada saat itu barangkali dapat diperbandingkan dengan atmosfer hari ini. Pada masa Perang Salib Ketiga, Francis dari Asisi memutuskan untuk pergi dan memberitakan Injil kepada orang-orang Muslim. Dalam roh yang seperti inilah Francis berjalan untuk menginjili orang-orang Muslim, dan ini adalah sebuah model dari “menjadi serupa dengan Kristus” yang kuat, yang harus dimiliki oleh orang-orang Kristen ketika mereka bermaksud menjangkau orang-orang Muslim hari ini.

KISAH FRANCIS
Pada tahun 1219 Francis Asisi dan kedua belas saudara laki-lakinya melakukan perjalanan dengan para tentara salib ke garis depan dalam perang antara para tentara salib dengan orang-orang Muslim Saracen yang dipimpin oleh Sultan Al-Kamil dari Mesir. Francis dan teman-temannya mendirikan kamp di antara kamp para tentara salib sementara para tentara itu bersiap-siap untuk mengepung kota pelabuhan Damietta. Francis memberitakan Injil di antara para tentara salib dan banyak dari mereka yang terpengaruh oleh pesan Francis dan kemudian mereka meletakkan senjatanya dan bergabung dengan ordo Fransiskan. Pendekatan Francis adalah untuk tidak pernah melakukan diskriminasi ketika memberitakan Injil. Ia berkotbah kepada “orang-orang Kristen” dari pasukan tentara salib dan melakukan hal yang sama terhadap orang-orang Muslim Saracen. Francis mengikuti Yesus langsung ke dalam kamp Sultan, pemimpin tentara Muslim. Di antara orang-orang Kristen, Sultan al-Kamil dipandang sebagai seorang binatang yang buas. Tetapi ternyata Francis bertemu dengan seorang pria yang ramah, tulus, sangat terbuka dan seorang yang mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Francis dan teman dekatnya Illuminato berjalan langsung ke dalam kemah “musuh” itu. Dengan segera Francis ditangkap dan dianiaya oleh tentara-tentara Muslim. Francis meminta supaya ia diperhadapkan dengan Sultan supaya ia bisa memberitakan Injil padanya. Permintaan Francis dipenuhi. Francis memberi salam kepada Sultan dengan salam “Kiranya Tuhan memberikan kepadamu damai.” Ironisnya, salam yang disampaikan oleh Francis sebenarnya merupakan salam standard yang dipakai oleh Muslim: as-salamu alaikum (damai kiranya beserta denganmu).
Christine Mallouhi dalam bukunya yang sangat indah, Waging Peace on Islam, membahas kisah-kisah dan legenda-legenda yang bervariasi diseputar pertemuan antara Francis dan Kaamil. Sementara ada laporan-laporan yang berbeda, ada sesuatu yang kita ketahui pasti mengenai pertemuan ini. Kita tahu bahwa Francis diterima dengan baik oleh Sultan. Kebanyakan tradisi mendukung bahwa Kaamil sangat terkesan dengan Francis sehingga ia mengundangnya untuk tinggal dalam periode yang cukup lama bersama-sama dengan orang-orang Muslim. Laporan juga memperlihatkan bahwa Francis menerima undangan ini. Kita bahkan tahu bahwa Sultan memberikan ijin kepada Francis dan teman-temannya untuk memberitakan Injil di tanah Muslim.
Tetapi apa yang sebenarnya terjadi pada kedua orang ini sebagai hasil dari pertemuan mereka? Berdasarkan wawancara dengan saudara Illuminato, Sultan berkata kepada Francis,”Saya percaya bahwa imanmu adalah sesuatu yang baik dan benar” dan oleh sebab itu ia meminta Francis untuk mendoakannya supaya ia menemukan jalan yang lurus. Apakah kemudian Sultan menjadi Kristen atau tidak, masih menjadi pertanyaan; tetapi catatan-catatan Muslim menyebutkan bahwa Sultan menjadi orang yang berbeda setelah ia bertemu dengan Francis. Tetapi di sini ada satu bagian cerita yang menarik dan juga bisa menjadi sebuah pelajaran bagi kita. Francis juga berubah. Francis sedemikian dipengaruhi oleh Muslim, sehingga ketika ia kembali ke negaranya, ia mengadaptasi sejumlah elemen dari praktek-praktek Muslim ke dalam hidup keagamaannya. Sebagai contoh, berkaitan dengan panggilan untuk menunaikan shalat lima kali sehari, Francis mengumumkan kepada para pimpinan di Ordo Fransiskan agar mereka,”Mengumumkan dan mengkotbahkan kepada semua orang....beritahukan pada mereka kemuliaan yang layak diberikan padaNya, agar tiap jam ketika bel berdentang, pujian dan hormat diberikan kepada Tuhan yang Maha Kuasa oleh setiap orang di seluruh dunia.” Juga dikatakan bagaimana Francis pun mulai berdoa dengan berlutut hingga wajahnya menyentuh tanah, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Muslim ketika mereka sedang berdoa. Ia menulis kepada pemimpin kelompok: “Saat mendengar namaNya anda harus sujud ke tanah dan memuliakanNya dengan takut dan hormat. Dengarkanlah dengan sungguh-sungguh dan taatilah Anak Tuhan. Inilah alasan utama mengapa engkau diutus untuk pergi ke seluruh dunia, supaya dengan perkataan dan perbuatan engkau menyampaikan pesan-pesanNya dan meyakinkan setiap orang bahwa tidak ada Tuhan yang Maha Kuasa seperti Dia.” Bagian terakhir tentu saja sangat mirip dengan pengakuan Muslim,”Tidak ada tuhan kecuali Yahweh (Muslim menyebutnya: Allah).
Pada bagian akhir, kita telah belajar bahwa Sultan dan Francis telah diubahkan sebagai hasil dari pertemuan itu. Alasan untuk poin ini adalah bahwa dalam setiap pertemuan/perdebatan, Francis tidak hanya berusaha untuk mempertobatkan “orang lain”, tetapi dirinya sendiri juga. Francis tidak melihat orang lain sebagai musuh terbesar, tetapi justru “dirinya sendirilah” yang dilihatnya sebagai musuh terbesar yang harus diubahkan.
Tujuan saya menceritakan kisah Francis pada hari ini adalah bahwa kita sedang berada pada waktu-waktu dimana ada ketegangan antara Muslim dengan Kristen. Kesalahpahaman dan ketakutan itu sangat kuat. Seberapa banyak lagi perasaan-perasaan seperti ini akan mencapai puncaknya pada hari-hari terakhir? Francis adalah seorang model yang sangat tepat bagi kita untuk melakukan penjangkauan terhadap orang-orang Muslim. Ia menghampiri orang-orang Muslim dengan keyakinan, tanpa takut tetapi tetap dengan kerendahan hati. Ia juga cakap mengajar dan memiliki roh yang damai. Francis tidak datang kepada musuh Anti Kristus/kafir dengan sebuah roh penghakiman, melainkan datang kepada orang-orang yang membutuhkan Yesus. Francis juga tidak pergi untuk mempertahankan Injil, melainkan untuk mati demi Injil. Kita akan mendiskusikan isu ini dalam pasal berikut.

MANFAAT-MANFAAT PERSONAL
Tujuan utama dari penjangkauan tentu saja untuk menawarkan berita keselamatan dan hidup yang berkelimpahan bagi saudara-saudari Muslim kita. Tetapi disamping itu, masih ada sejumlah manfaat besar yang akan kita terima ketika kita melakukan penjangkauan terhadap orang-orang Muslim. Tak peduli seberapa dewasanyakah anda secara rohani, setiap orang yang masuk ke dalam dialog keagamaan yang dalam dengan Muslim akan menghadapi tantangan. Ketahuilah, kebanyakan orang Muslim menghabiskan banyak waktu untuk melatih diri mereka bagaimana berargumentasi dengan orang-orang Kristen. Anda akan mengalami dimana inti dari keyakinan anda akan ditantang saat anda berdebat dengan mereka. Berita baiknya adalah, melalui tantangan-tantangan anda akan semakin diperkuat. Pertemuan pribadi saya dengan orang-orang Muslim menyebabkan pertumbuhan yang sangat besar dalam pewahyuan dan pengertian pribadi mengenai iman saya. Saya tak pernah memikirkan lebih banyak mengenai keajaiban-keajaiban dari inkarnasi, trinitas atau salib sebagaimana yang saya miliki selama masa-masa ketika saya bertemu dengan orang-orang Muslim yang menentang dengan keras semua doktrin-doktrin itu. Bukankah hal yang mengejukan bahwa banyak mereka yang melakukan penjangkauan terhadap orang-orang Muslim, telah berjalan dalam sebuah pewahyuan yang kuat terhadap isu-isu yang ditolak oleh Islam? Sebuah contoh yang indah dialami oleh Samuel Zwemmer. Zwemmer adalah seorang pelopor pelayanan bagi orang-orang Muslim, yang hidup di sepanjang akhir abad ke-20. Salah satu buku Zwemmer, The Glory of The Cross (Kemuliaan Salib), adalah sebuah buku klasik yang perlu dibaca oleh semua orang Kristen. Ia memberi judul demikian, sebagai akibat dari perjumpaannya dengan orang-orang Muslim, yang menyebabkan Zwemmer berjalan dalam penyataan yang lebih dalam dengan kemuliaan salib. Dan hal yang sama akan terjadi pada kita. Ketika kita mendekati orang-orang Muslim, tujuannya bukan hanya untuk memperkenalkan mereka dengan Yesus sejati supaya mereka bisa “ditobatkan”, tetapi supaya kita sendiri juga bisa mengalami “pertobatan” dan transformasi.

Joel. J
Tamu


Kembali Ke Atas Go down

Antikristus: Mesias yang dinantikan Islam - Page 2 Empty Pasal 23 - Mempersiapkan Diri Untuk Menjadi Martir

Post  Joel. J Fri May 20, 2011 12:26 am

MENJADI BAGIAN DARI DUNIA KRISTEN YANG DIANIAYA

Ketika banyak dari kita yang tinggal di Barat tidak hidup dalam sebuah atmosfer dimana kesyahidan bukanlah sebuah ancaman atau sebuah realitas, adalah sangat penting bagi kita untuk tetap terhubung dengan saudara-saudari kita yang mengalaminya. Pada saat ini ada beberapa negara diseluruh dunia dimana penganiayaan dan kesyahidan adalah sesuatu yang umum terjadi di sana. Saya percaya ada sebuah langkah-langkah praktis yang bisa kita lakukan untuk menghubungkan hati kita dengan mereka yang hidup di garis depan. Tentu saja gereja Kristen di bumi perlu mengusahakan ikatan persaudaraan yang kuat, saling mendukung dan terhubung satu sama lain. Dan tentu saja kita yang hidup di Barat, yang saat ini “tinggal di negara yang aman,” bisa mengambil manfaat dengan mengecek secara teratur apa yang tengah terjadi di belahan dunia lain.
Yesus menjelaskan prinsip ini pada kita dengan berkata bahwa dimana harta kita berada, di situ juga hati kita berada. “Harta” kita mungkin bisa didefinisikan sebagai sesuatu yang lebih daripada sekedar uang kita. Di samping keuangan kita, waktu dan energi kita pun bisa dikategorikan sebagai harta kita. Jadi jika kita ingin membangun hati yang terhubung dengan mereka yang tinggal di negara-negara dimana terjadi penganiayaan, maka ada hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan. Tentu saja kita bisa memulainya dengan terlebih dahulu mencari tahu siapa mereka dan dimana mereka berada, dan kita bisa mulai mendoakan mereka secara teratur. Jika anda adalah seorang pemimpin atau seorang pastor, saya mendorong anda untuk menyediakan waktu singkat ketika ibadah di gereja tengah berlangsung, untuk mendoakan saudara-saudari kita yang tengah dianiaya di seluruh dunia. Dengan melakukan hal ini, anda sedang memfasilitasi berkembangnya sebuah ikatan antara seluruh jemaat anda dengan gereja yang dianiaya. Ini sesuatu yang baik untuk dilakukan bagi mereka yang hidup di negara yang nyaman seperti di Barat.
Yang kedua, kita bisa mulai dengan membangun hubungan-hubungan dengan orang-orang yang nyata, yang hidup di bawah ancaman penganiayaan. Menulis surat, e-mail, atau kunjungan-kunjungan adalah cara-cara sederhana yang bisa dilakukan untuk membangun ikatan saling mendukung. Jika anda memiliki sebuah keluarga muda dengan anak-anak, maka anda bisa “mengadopsi” sebuah keluarga di negara yang masih ada penganiayaan. Keluarga anda bisa saling berkirim surat dan anak-anak bisa membuat lukisan/gambar dan saling mengirimkan hadiah-hadiah kecil satu sama lain. Sebagai sebuah keluarga, anda bisa secara reguler mendoakan teman-teman anda yang ada di Pakistan, Cina, Irak, atau dimana pun mereka tinggal.
Dan yang terakhir, tentu saja anda bisa mengirimkan uang. Jangan merasa bahwa anda wajib memberikan uang dalam jumlah besar kepada mereka, tetapi berikan jumlah tertentu yang anda kirim setiap bulan kepada mereka; dan berikan ketika anda merasa sejahtera untuk memberikannya. Bahkan ketika anda cuma bisa memberikan lima dollar per bulan, anda tetap telah menanam sebuah benih dan membangun sebuah jembatan.
Bagaimana anda bisa melibatkan diri dengan gereja yang dianiaya? Pertama-tama, ada bermacam-macam organisasi yang melayani secara langsung gereja-gereja yang dianiaya di seluruh dunia. Setiap pelayanan memiliki penekanannya sendiri. Saya akan menunjukkan pada anda empat jenis pelayanan yang sangat baik, yaitu:
Voice of the Martyrs di
Operation Nehemiah di
The Barnabas Fund di
Open Doors Ministries di

Tiap pelayanan memiliki sebuah newsletter yang menyediakan informasi mengenai
kejadian-kejadian terkini, di samping pokok-pokok doa dan cara-cara praktis bagaimana anda bisa mendukung pekerjaan mereka. Jika anda punya e-mail, maka setiap organisasi akan mengirimkan berita-berita terkini dan pokok-pokok doa, yang akan dikirim setiap hari lewat e-mail. Hubungilah salah satu dari organisasi-organisasi ini dan minta mereka untuk membantu anda membangun sebuah kontak seperti yang telah kita diskusikan di atas.

MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK MENJADI MARTIR
Tetapi kesyahidan bukan hanya sesuatu yang kita pikirkan mengenai mereka yang tinggal di negara yang jauh. Tiap orang yang mengklaim dirinya sebagai “orang Kristen” harus mempersiapkan hatinya untuk menjadi martir. Ini bukanlah sebuah persiapan yang bisa dipilih oleh mereka yang tinggal di negara dunia ketiga atau mereka yang hidup pada kurun waktu tertentu dalam sejarah dunia. Mempersiapkan diri menjadi martir senantiasa merupakan bagian dari apa artinya menjadi seorang Kristen sejati. Kekristenan adalah satu-satunya agama yang telah memperlihatkan teladan tertinggi dimana ada seorang Manusia (Yesus) yang dianiaya dengan sangat sadis dan kemudian dibunuh di depan publik. Sebagai orang-orang Kristen kita adalah pengikut-pengikutNya. Sayangnya konsep kesyahidan masih menjadi konsep yang asing bagi kebanyakan kita yang tinggal di kebudayaan Kristen Barat. Tetapi di banyak tempat dalam dunia kita saat ini, misalnya Cina, Pakistan atau di Timur Tengah, mereka yang memilih untuk menjadi pengikut Yesus, semuanya menyadari bahwa mereka harus berkata “Ya” terhadap potensi bahwa suatu hari nanti bisa saja mereka akan menjadi martir. Ini juga yang terjadi terhadap orang-orang Kristen yang hidup pada kurun waktu tiga ratus tahun pertama dari sejarah gereja. Penganiayaan dan menjadi martir adalah sesuatu yang umum dialami oleh mereka, khususnya yang memegang posisi-posisi sebagai pemimpin.

KESYAHIDAN DAN MUJIZAT
Namun selama periode gereja mula-mula, dan sejak komunis mengambil alih Cina, ketika kesyahidan menjadi sesuatu yang umum terjadi, ternyata gereja bertumbuh dengan subur. Bukan hanya gereja bertumbuh dalam atmosfer seperti itu, tetapi bahwa ia juga mengalami kuasa yang sangat dahsyat. Mujizat-mujizat, nubuatan-nubuatan, pengalaman-pengalaman dengan malaikat, penglihatan-penglihatan: ini semua adalah pengalaman-pengalaman yang biasa kita baca di sebuah atmosfer ketika terjadi aniaya yang hebat. Karena itu tidaklah mengherankan, Alkitab sendiri mengatakan bahwa pada hari-hari terakhir, ketika penganiayaan semakin meningkat di seluruh dunia, gereja yang menjadi semakin besar juga akan mengalami kuasa yang dahsyat seperti itu:
Dan akan terjadi pada hari-hari terakhir, Elohim berfirman, Aku akan mencurahkan dari Roh-Ku ke atas semua daging, dan anak-anak lelakimu dan anak-anak perempuanmu akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan melihat penglihatan, dan para tua-tuamu akan dimimpikan mimpi-mimpi;
bahkan, Aku pun akan mencurahkan dari Roh-Ku ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan ke atas hamba-hamba-Ku perempuan pada hari-hari itu, dan mereka akan bernubuat.
Dan Aku akan memberikan keajaiban-keajaiban di langit, di atas, dan tanda-tanda di bumi, di bawah: darah dan api dan kabut asap.
Matahari akan diubah menjadi gelap dan bulan menjadi darah, sebelum hari YAHWEH yang besar dan mulia itu datang.
Kis 2:17-20

Alkitab menubuatkan dengan jelas bahwa hari-hari terakhir akan menjadi sebuah periode yang tidak hanya ditandai oleh penganiayaan dan kesyahidan, tetapi juga oleh pengurapan yang sangat melimpah oleh Roh Kudus sehingga akan banyak terjadi mujizat dan kuasa Tuhan akan didemonstrasikan. Tuhan akan menunjukkan tanda-tanda yang besar dan ajaib, bukan hanya di surga tetapi juga “di bumi yang ada di bawah.” Selama hari-hari terakhir, gereja secara simultan akan semakin memperlihatkan terangnya dan akan mengalami bagaimana kegelapannya dikalahkan.


DIKALAHKAN UNTUK MENJADI PEMENANG
Dalam kitab Daniel dan kitab Wahyu, kita bisa melihat artikulasi yang paling jelas dari paradoks ini. Ketika Tuhan menyatakan gambar-gambar mengenai hari-hari terakhir kepada Daniel, maka Daniel menjadi sangat bingung dan putus asa. Daniel sendiri berkata bahwa setelah ia melihat hal-hal itu, maka ia menjadi sakit dan tetap sakit selama beberapa hari. Apa yang disaksikan oleh Daniel? Ketika Tuhan mengunjungi Daniel dengan penglihatan-penglihatan mengenai hari-hari terakhir, ia melihat misteri dan paradoks dari salib sebagaimana yang dihidupi oleh gereja. Daniel melihat arti yang sesungguhnya yaitu gereja secara literal pada hari-hari terakhir akan mengalahkan Setan dan tanduk-tanduknya, dan mereka akan menerima upah mereka yaitu Kerajaan Elohim:
Aku melihat tanduk (anti Kristus) itu mengadakan perang melawan orang-orang kudus dan menguasai mereka,
sampai Yang Lanjut Usia itu datang. Dan keadilan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi; dan waktunya tiba, dan orang-orang kudus itu memiliki kerajaan.
Demikianlah dia berkata, “Binatang yang keempat itu akan menjadi kerajaan yang keempat di bumi, yang akan berbeda dengan segala kerajaan dan akan menelan seluruh bumi, menginjak-injaknya, serta meremukkannya.”
Dan kesepuluh tanduk dari kerajaan ini ialah kesepuluh raja; mereka akan muncul dan yang lain akan muncul sesudah mereka. Dan dia akan berbeda dengan raja yang pertama, dan dia akan merendahkan tiga raja.
Dan dia akan mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi, dan akan membinasakan orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi, dan dia bermaksud untuk mengubah waktu dan hukum. Mereka akan diserahkan ke dalam tangannya hingga satu masa dan dua masa dan setengah masa.
Tetapi, pengadilan akan bersidang, dan mereka akan merenggut kekuasaannya untuk menghancurkannya dan memusnahkannya sampai lenyap.
Pemerintahan, kekuasaan, dan kebesaran kerajaan di bawah seru segenap langit akan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi, kerajaan-Nya adalah kerajaan yang kekal. Dan segala kekuasaan akan melayani dan patuh kepada-Nya.
Beginilah akhir berita itu. Aku, Daniel, pikiranku sangat menggelisahkanku, dan air mukaku berubah. Namun aku menyimpan perkara itu dalam hatiku.
Daniel 7:21-28

Bagian di atas merefleksikan apa yang dicatat dalam kitab Wahyu:
Dan kepadanya diberikan sebuah mulut yang berkata-kata besar dan hujatan, dan kepadanya diberikan wewenang untuk melakukannya selama empat puluh dua bulan.
Dan dia membuka mulutnya sebagai hujatan terhadap Elohim, untuk menghujat Nama-Nya dan kemah-Nya dan mereka yang berdiam di surga.
Dan kepadanya ditetapkan untuk melakukan peperangan dengan orang-orang kudus dan untuk menaklukkan mereka. Dan kepadanya diberikan wewenang atas setiap suku dan bahasa dan bangsa.
Dan semua yang tinggal di bumi yang namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba yang disembelih sejak permulaan dunia ini, mereka akan menyembah kepadanya. Siapa mempunyai telinga, biarlah dia mendengarkan.
Jika seseorang mengumpulkan tawanan, dia pergi menuju penawanan; jika seseorang membunuh dengan pedang, seharusnyalah dia dibunuh dengan pedang. Ini adalah ketabahan dan iman orang-orang kudus.
Wahyu 13:5-10

Orang-orang kudus pada akhir zaman akan di “taklukkan.” Mereka akan gugur oleh ujung pedang. Mereka akan ditawan oleh para tentara Anti Kristus dan jutaan orang akan menjadi martir. Kitab Wahyu mengatakan bahwa mereka yang masuk ke dalam periode tribulasi jumlahnya akan sangat banyak sehingga “tak ada orang yang bisa menghitungnya”:
Sesudah hal-hal ini aku melihat, dan lihatlah, suatu kerumunan orang banyak yang tidak seorang pun dapat menghitungnya, berasal dari setiap bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, seraya berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba itu, dengan mengenakan jubah panjang putih dan ranting-ranting palem ada di tangan mereka,
dan sambil berteriak dengan suara nyaring seraya berkata, “Keselamatan bagi Dia yang duduk di atas takhta, yaitu Elohim kita, dan bagi Anak Domba.”
Dan semua malaikat berdiri di sekeliling takhta dan para tua-tua dan keempat makhluk hidup itu, dan mereka tersungkur dengan wajahnya di hadapan takhta itu dan menyembah Elohim,
seraya berkata, “Amin! Berkat dan kemuliaan dan hikmat dan ucapan syukur dan hormat dan kuasa dan kekuatan bagi Elohim kita untuk selama-lamanya, amin!”
Dan seorang dari para tua-tua itu menjawab seraya berkata kepadaku, “Mereka ini yang mengenakan jubah panjang putih, siapakah mereka dan dari manakah mereka datang?”
Dan aku berkata kepadanya, “Tuan, engkau sudah tahu.” Dan dia berkata kepadaku, “Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesukaran besar dan mereka telah mencuci jubah panjang mereka dan memutihkan jubah panjangnya dengan darah Anak Domba.
Sebab itu, mereka ada di hadapan takhta Elohim dan mereka beribadah kepada-Nya siang dan malam di tempat kudus-Nya. Dan Dia yang duduk di atas takhta itu akan berdiam di antara mereka.
Mereka tidak akan pernah lapar lagi dan tidak akan pernah haus lagi, bahkan matahari ataupun segala macam panas, sekali-kali tidak akan pernah menimpa ke atas mereka.
Wahyu 7:9-16

Dalam ayat-ayat di atas, kita melihat paradigma yang menegaskan gereja pada hari-hari terakhir. Ini adalah paradoks dari salib: Seperti Tuhan dan Guru mereka, mereka yang dikalahkan serta ditaklukkan sebenarnya mereka itu adalah para pemenang yang sesungguhnya. Ketika para tentara anti Kristus berpikir bahwa dengan menaklukkan pencela mereka secara fisik dan militer, mereka akan meraih kemenangan. Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah mereka sedang menjerat diri mereka sendiri. Dalam hikmat Tuhan, bahkan saat berada di salib, seorang yang tampaknya sangat dihinakan, dipukuli dan dikalahkan; sesungguhnya Ia sendirilah yang secara literal telah menghancurkan Setan di bawah kakiNya (Roma 16:20). Tetapi bagaimana mereka menaklukkanNya?
Dan mereka telah menaklukkannya melalui darah Anak Domba dan melalui perkataan kesaksian mereka; mereka tidak menyayangi jiwa mereka bahkan sampai pada kematian.
Wahyu 12:11

Para penakluk akan mengarahkan mata mereka tepat pada Yesus, yang bukan hanya pemberi dan penyempurna iman kita (Ibrani 12:2), tetapi juga teladan kita. Yesus telah menetapkan tiangnya. Kesyahidan seperti ini adalah bagi mereka yang telah memilih untuk menjadi pengikut-pengikut Yesus yang memenuhi buku-buku sejarah kekristenan. Setiap rasul, kecuali satu orang, diyakini oleh para ahli sejarah gereja harus menjalani kematian sebagai seorang martir ketika memberitakan berita Kristen.

KEMATIAN STEFANUS DAN ANDREAS
Jika anda membaca kitab Kisah Para Rasul, maka anda bertemu dengan cerita mengenai Stefanus, salah seorang tua-tua di gereja mula-mula. Seperti orang-orang percaya pada hari-hari terakhir, Stefanus adalah seorang pria yang “penuh dengan kasih karunia dan kuasa Tuhan,” dimana ia melakukan banyak perbuatan-perbuatan dan tanda-tanda mujizat yang besar diantara orang-orang pada masa itu. Stefanus kemudian mati sebagai martir oleh karena berita Injil yang ia sampaikan dengan penuh keteguhan hati. Dan seperti Gurunya, sebelum mati Stefanus mendoakan mereka yang sudah membunuhnya:
Dan mereka terus merajam Stefanus yang tengah berseru dan berkata, “Ya Tuhan YESUS, terimalah rohku!”
Dan, sambil bertekuk lutut, dia berseru dengan suara nyaring, “Ya YAHWEH, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan setelah mengatakan itu, ia pun meninggal.
Kis 7:59-60

Stefanus hanya seorang manusia biasa. Tetapi Stefanus adalah seorang pemenang. Jika Yesus adalah teladan kita yang terutama, maka Stefanus telah membuktikan bahwa adalah mungkin bagi kita semua untuk juga menjadi para pemenang.
Andreas adalah saudara Petrus dan salah seorang dari kedua belas murid. Andreas pun mati sebagai martir. Kisah mengenai kematiannya dicatat dalam sejarah gereja. Saya tak pernah membaca kisah kematian Andreas tanpa menangis:
Saudara Petrus, disalibkan oleh Aegeas, seorang gubernur Roma, di kota yang bernama Sebastopolis. Andreas membawa banyak sekali orang kepada iman di dalam Yesus Kristus sehingga akhirnya sang gubernur datang ke provinsi itu untuk memaksa orang-orang yang baru saja menjadi Kristen mempersembahkan korban kepada dewa-dewa dan menyangkali iman mereka. Andreas menantang Aegeas secara langsung, memberitahukan padanya agar ia menolak dewa-dewa dan berhala-berhalanya yang palsu itu; serta mendeklarasikan bahwa dewa-dewa dan berhala-berhala Roma bukanlah Tuhan melainkan Iblis dan musuh-musuh kemanusiaan. Dalam geramnya, prokonsul memerintahkan Andreas untuk tidak berkotbah dan mengajar, sebab jika ia melakukannya maka ia akan diikat pada kayu salib. Andreas menjawab,”Saya tidak akan mengkotbahkan kehormatan dan kemuliaan salib, jika aku takut dengan kematian di kayu salib.” Dengan segera ia didakwa. Ketika Andreas dibawa ke tempat eksekusi, ia melihat salib dari kejauhan dan berseru, “Oh salib, yang paling saya dambakan dan cari! Dengan pikiran yang rela, sukacita dan keinginan yang kuat, aku akan datang padamu, menjadi pelajar yang baik dari DIA yang sudah digantung di situ: sebab aku selalu menjadi kekasihNya, dan sangat rindu untuk memelukNya.”1

Setiap kali saya membaca kisah ini, saya berdoa supaya ketika kesempatanku tiba, maka aku akan memiliki roh yang sama seperti itu. Jelas bahwa Andreas sesungguhnya sudah mengantisipasi dan menantikan momen itu. Andreas tidak mengabaikan kemungkinan menjadi seorang martir hingga momen itu menghampirinya. Bahkan ia sendiri sebelumnya sudah merenungkan ide itu. Tidak terhitung cerita-cerita yang dicatat dalam sejarah gereja mengenai mereka yang menjalani kematian yang mulia di dalam anugerah Tuhan. Saya mendorong anda untuk sesekali membaca cerita-cerita seperti itu dan berbicaralah dengan Tuhan mengenai perasaan anda mengenai kesyahidan. Banyak kisah-kisah seperti itu bisa ditemukan dalam buku seperti the Foxes Book of Martyrs atau buku yang lebih modern Jesus Freaks yang dipublikasikan oleh Voice of the Martyrs.

APAKAH KESYAHDIAN ADALAH MULIA?
MERANGKUL KEHINAAN SALIB

Mendengar cerita-cerita mengenai mereka yang mati dengan roh yang berani adalah sesuatu yang membesarkan hati kita. Tetapi saya meyakini tidak semua martir mati dengan roh seperti itu. Ketika kita suka membaca kisah-kisah yang berani tentang para martir disepanjang sejarah gereja, saya secara pribadi tidak berpikir bahwa setiap kesyahidan pasti merupakan sesuatu yang penuh kemuliaan. Realitas yang sesungguhnya, jarang terjadi seperti yang digambarkan dalam buku-buku. Terlintas dalam pikiran saya cerita yang belum lama terjadi mengenai seorang martir Kristen dari Korea Selatan yang bernama Kim Sun-Il, yang secara spesifik dibunuh hanya karena ia adalah seorang Kristen yang membagikan imannya kepada orang-orang Irak.
Kim Sun-Il adalah seorang Kristen Injili yang selalu memimpikan untuk menjadi misionaris bagi orang-orang Muslim. Ia belajar bahasa Arab untuk tujuan ini, dan berada di Irak untuk bekerja sebagai seorang penterjemah. Ia selalu membagikan berita Injil kepada mereka yang datang untuk berhubungan dengannya. Setelah kematian Kim, kelompok yang mengaku bertanggungjawab atas kematiannya, Tawhid wa al-Jihad membuat statement di website mereka:
Kami telah membunuh seorang kafir yang mencoba mempropagandakan Kekristenan di Irak...Orang kafir ini belajar teologi dan mempersiapkan diri untuk menjadi seorang misionaris di dunia Islam. 2

Jadi ketika banyak orang berasumsi bahwa Kim hanyalah seorang yang dipenggal karena alasan politik, tetapi bagi mereka yang membunuhnya, mereka melakukannya karena ia berbicara mengenai Yesus bagi orang-orang Irak.
Ketika Kim mendengar jelas panggilan Tuhan atas hidupnya dan dipersiapkan selama bertahun-tahun; tetapi ketika ia menemukan dirinya berada di tangan orang-orang jahat yang bermaksud membunuhnya, ia sendiri menjadi putus asa. Ia menangis dan memohon dengan sangat untuk tidak dibunuh. Rekaman ini diperlihatkan di seluruh dunia. Tiga hari kemudian lehernya dipenggal dan video tape pemenggalan itu dikirimkan ke sejumlah website. Mereka yang telah menyaksikan film ini mengatakan bahwa Kim tidak menangis atau mengemis untuk hidupnya, atau berjuang sebagaimana orang-orang yang menangkapnya membacakan pesan mereka kepada dunia kepada dunia dan kemudian memenggalnya. Mereka mengatakan bahwa Kim mati sebagai seorang yang memiliki ketetapan hati dan tidak mengajukan protes dengan berani.
Mengapa saya menyebutkan peristiwa yang sangat mengerikan ini? Sebab ini adalah sebuah realitas. Dalam anugerah dan kedaulatan Tuhan yang mengijinkan Sun mati, tampaknya ia telah menerima nasibnya dan menghadapinya dengan sebuah ketetapan hati yang solid. Tetapi realitasnya adalah bahwa hanya beberapa hari sebelum kematiannya, ia menangis dan memohonkan agar ia tidak dibunuh. Dan kebenaran yang sesungguhnya adalah, kebanyakan dari kita pun akan melakukan hal yang sama.
Dalam mempersiapkan hati kita untuk menjadi martir, saya pikir adalah penting supaya kita menyingkirkan pemahaman kita yang keliru bahwa kesyahidan adalah sebuah peristiwa kepahlawanan, penuh kemuliaan dan kehormatan seperti yang kita baca dalam halaman-halaman sejumlah buku-buku Kristen. Kita harus ingat fakta yang paling penting bahwa kesyahidan tidak dimaksudkan untuk membuat para martir kelihatan hebat. Menjadi martir bukanlah mengenai kemuliaan orang-orang Kristen, tetapi mengenai kemuliaan Tuhan.
Di sini saya mau bersikap jujur untuk sejenak. Inti yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa saya menduga pada tingkatan tertentu, kita sebagai orang Kristen – khususnya kaum pria – mungkin memiliki gambaran yang agak macho (jantan) atau idealistik dalam pikiran kita mengenai kesyahidan. Saya takut banyak orang-orang muda di gereja berpikir bahwa menjadi martir sebagai sesuatu yang “kelihatannya mempesona.” Kita membayangkan bagaimana kita akan dikenang jika kita mati sebagai seorang martir. Artinya bahwa kita akan meraih status sebagai legenda Kristen.
Tetapi jika kesyahidan adalah identifikasi dengan kematian Tuhan kita – kematian Yesus di atas kayu salib, bukankah bahwa kesyahidan juga sebuah peristiwa yang memalukan? Apakah kesyahidan dibatasi hanya sekedar sebuah kematian yang cepat? Atau apakah kesyahidan juga termasuk penderitaan, penganiayaan, dan kehinaan yang menyenangkan. Sekali lagi, kepada siapa Yesus diserahkan? Yesus tidak hanya menanggung kesakitan tetapi juga perasaan malu dan kehinaan yang besar selama ia diadili dan disalibkan. Dan bukan hanya dipermalukan dan dihina, tetapi bahwa beban yang sangat besar menindih jiwa dan rohNya hingga Ia sampai mencucurkan keringat darah. Saya memikirkan banyak cerita yang muncul dari Irak setelah perang berakhir. Saya mendengar cerita-cerita dari orang-orang yang diberikan pilihan untuk mengakui kejahatan yang tak pernah mereka lakukan atau menyaksikan anggota-anggota keluarga mereka diperkosa, dianiaya dan dibunuh. Bagaimana jika anda diberikan pilihan untuk menyangkali Yesus atau menyaksikan anak-anakmu dilecehkan dan dianiaya pelan-pelan hingga menemui ajal? Yang mana yang akan anda pilih? Saya memahami bahwa ini adalah sebuah mimpi buruk meski jika ini hanya ada dalam pikiran kita. Maafkan saya untuk membawa pikiran anda ke sini, tetapi ini juga sebuah poin yang perlu kita pikirkan. Kesyahidan bukan lambang kejantanan. Kesyahidan juga bukan kemuliaan. Kesyahidan pun bukan sekedar menanggung kesakitan yang sangat besar. Kesyahdian juga bukan hanya mati dengan penuh keagungan. Kesyahidan adalah keadaan yang memalukan, penuh kehinaan, membingungkan, dan penuh kekacauan yang belum pernah dialami oleh kebanyakan orang. Bagi saya secara pribadi, tidak membutuhkan waktu cukup panjang sebelum saya mulai mengeluh kepada Tuhan atas keadaan sulit paling ringan yang saya alami dan membuat saya jatuh ke dalam sikap yang berdosa. Jika demikian, bagaimana seseorang mempersiapkan hatinya pada kesyahidan? Kita bisa memulainya hari ini. Kesyahidan bukanlah sebuah peristiwa yang terjadi satu kali. Kesyahidan adalah identifikasi dengan Yesus ketika Ia berada di atas kayu salib. Dan memikul salib kita seharusnya sesuatu yang kita latih setiap hari.
Dan Dia berkata kepada semua orang, “Jika seseorang ingin ikut di belakang-Ku, biarlah dia menyangkal dirinya, dan memikul salibnya setiap hari, lalu mengikut Aku.
Lukas 9:23

Bukankah ini adalah sesuatu yang sudah kita tandatangani? Sebuah latihan seumur hidup yaitu supaya kita mati bagi diri kita sendiri, dan hidup bagi kemuliaan Tuhan dan bukan kemuliaan diri kita? Kita tidak bisa berharap berjalan menurut cara-cara kita sendiri pada hari ini, dan berharap untuk mati bagi Tuhan besok. Kesyahidan adalah sesuatu yang harus mulai kita hidupi saat ini juga.
Siapa yang menang, Aku akan mengaruniakan kepadanya untuk duduk bersama Aku di takhta-Ku, sebagaimana Aku pun menang dan duduk bersama Bapa-Ku di takhta-Nya. Siapa yang mempunyai telinga, biarlah dia mendengarkan apa yang Roh katakan kepada gereja-gereja.”
Wahyu 3:21-22

Joel. J
Tamu


Kembali Ke Atas Go down

Antikristus: Mesias yang dinantikan Islam - Page 2 Empty Tambahan:Merengkuh Eskatologi Alkitabiah

Post  Joel. J Fri May 20, 2011 12:30 am

Inilah pertanyaannya: Mengapa belajar eskatologi? Tetapi sebelum kita menjawab pertanyaan ini, saya ingin membicarakan beberapa alasan mengapa orang-orang tidak mempelajari eskatologi.

Alasan Pertama: Orang-orang yang mempelajari eskatologi adalah orang aneh
Saya tidak tahu bagaimana pendapat anda, tetapi saya pikir salah satu alasan mengapa banyak orang tidak suka mempelajari eskatologi adalah karena orang-orang yang mempelajari eskatologi yang saya kenal terlihat aneh. Pernahkah anda secara pribadi memperhatikannya? Selama bertahun-tahun, saya telah menghadiri beberapa “Home Group”, yang pada dasarnya merupakan sebuah pertemuan kecil mingguan di rumah orang-orang yang bertujuan untuk membentuk komunitas dan memberikan kekuatan rohani. Dan sepertinya, selalu ada satu orang dalam setiap kelompok itu yang terobsesi dengan akhir jaman. Tidak peduli diskusi apa yang sedang berlangsung, mereka selalu terlihat ingin membicarakan tentang akhir jaman. Hal ini tentunya menjadi pembunuh suasana. Tetapi hal ini juga bisa membuat orang-orang merasa tidak nyaman. Pernahkah anda merasakan hal itu? Secara pribadi, sebagian ketakutan saya ketika menulis buku ini adalah bahwa saya tidak ingin dipandang sebagai “salah satu dari orang-orang itu.” Barangkali anda berpikiran sama seperti saya dan anda juga tidak ingin dipandang sebagai makhluk aneh, dan untuk alasan itu anda telah menjauhkan diri dari eskatologi. Hal itu dapat dimaklumi. Akan tetapi bolehkah saya meyakinkan anda mengenai sesuatu? Tipe manusia yang sedang kita bicarakan ini memang sudah sedikit berbeda sebelum mereka mulai mempelajari eskatologi. Eskatologi tidak bertanggung jawab atas keanehan seseorang atau kemampuan sosial yang rendah. Jika saat ini anda adalah tipe orang yang tidak menjauhi orang lain, maka Anda tidak akan menjauhi orang yang bergaul akrab dengan eskatologi. Di samping itu, kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan apa yang dipikirkan orang-orang tidak boleh menjadi dasar dari pengambilan keputusan (Amsal 29:25). Rasul Paulus pernah menuliskan bahwa jika tindakan-tindakan dan sikapnya dimotivasi oleh pemikiran manusia, maka ia bukan lagi seorang pelayan Kristus. (Galatia 1:10) Saya harap kita sepakat mengenai hal ini.

Alasan Kedua: Eskatologi tidak mungkin bisa dimengerti
Alasan lain mengapa orang tidak mempelajari eskatologi adalah karena mereka merasa eskatologi sangat membingungkan, bahwa hal itu tidak mungkin dimengerti, jadi mengapa bersusah payah mempelajarinya? Ijinkan saya mengatakan dengan jelas, bahwa pemikiran itu hanyalah sebuah kebohongan belaka. Saya setuju bahwa eskatologi dunia bisa membingungkan. Akan tetapi hal itu terjadi karena adanya pengaruh orang-orang yang tidak menyukai apa yang dikatakan dengan jelas sekali oleh Alkitab mengenai kejadian-kejadian itu dan oleh karenanya, mereka berusaha untuk membuat sebuah sistem penafsiran yang mengaburkan arti sebenarnya. Akan tetapi teologia pemutarbalikan yang bersifat spekulatif dari sistem tersebut terlihat sangat jelas bagi siapa pun yang mau menelusuri akar pemikiran seperti itu. Ada beberapa perspektif yang sangat berbeda mengenai akhir jaman. Beberapa orang mengambil sudut pandang alegoris atau simbolis mengenai eskatologi (dan bahkan pada keseluruhan Alkitab!), sementara yang lain berusaha untuk sekedar membaca dan coba memahami Alkitab secara literal saja. Hal ini berarti kita membaca bagian Alkitab hanya sebagai cerita-cerita sejarah saja. Bila itu adalah sebuah puisi, kita membacanya sebagai puisi. Jika itu merupakan sebuah perumpamaan, maka kita membacanya sebagai sebuah perumpamaan. Bila itu merupakan sebuah sejarah, maka kita tidak membacanya sebagai alegori. Hal ini sangatlah masuk akal. Kitab di tangan Anda bukanlah alegori. Anda tidak memerlukan seorang teolog untuk menjelaskan hal ini. Tuhan tidak meletakkan informasi yang tidak mungkin dimengerti di dalam KitabNya. Ya, beberapa hal memang sulit untuk dimengerti, tetapi kesulitan tidak bisa menjadi alasan untuk tidak mencoba. Dengan penyelidikan seksama dan sikap penuh doa (lebih pada yang terakhir), Alkitab akan terbuka bagi Anda dan bahkan isu-isu yang lebih kompleks akan menjadi lebih bisa dimengerti.

Alasan Ketiga: Eskatologi tidak relevan; ada banyak isu lain yang jauh lebih relevan untuk dibicarakan

Beberapa orang merasa ada lebih banyak isu-isu terkait dan lebih relevan untuk dibicarakan dibandingkan mempelajari eskatologi. Mereka berpikir bahwa kita harus lebih memperhatikan pelayanan kebutuhan yang bersifat mendesak dari masyarakat di sekitar kita daripada memandang awan-awan, merenungkan kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa mendatang. Beberapa orang mengatakan bahwa Injil merupakan berita mengenai kabar baik dan keselamatan, bukan mengenai kabar buruk tentang Anti Kristus dan nabi-nabi palsu dan penganiayaan, dan lain sebagainya. Sekali lagi, saya sangat mengerti perasaan ini. Akan tetapi bila kita mengambil “eskatologi Alkitabiah” ke dalam fungsi yang paling sederhana, apa yang kita pelajari adalah kedatangan Yesus. Penyelidikan konsep yang begitu ganjil dan menakutkan seperti Anti Kristus dan Nabi Palsu bukanlah alasan utama mempelajari eskatologi, akan tetapi lebih kepada tanda-tanda yang mendahului fokus eskatologi yang benar yaitu “Kembalinya Sang Raja.” Sementara Yesus dan para rasul telah menghabiskan banyak waktu membicarakan isu-isu sehari-hari seperti hubungan yang sehat, mensyukuri dan berbicara dalam bahasa lidah dan memilih diakon dan lain-lain; tidak bisa dipungkiri bahwa eskatologi juga diangkat secara menyolok di dalam kotbah dan pengajaran mereka. Dan orang-orang ini hidup dua ribu tahun sebelum kita. Saya teringat akan sebuah kotbah yang menyebabkan orang-orang bodoh bisa dengan sangat jujur mengomentari bahwa kita lebih dekat pada akhir jaman dibandingkan siapa pun sebelum kita. Jadi bila dua ribu tahun yang lalu Yesus dan para rasul tidak berpikiran bahwa eskatologi merupakan hal yang tidak relevan, maka mengapa kita harus memiliki pemikiran yang berbeda? Jika mereka menjadikan kejadian-kejadian jauh di masa depan itu sebagai bagian dari kotbah mereka, mengapa kita tidak? Apa yang mereka tahu yang tidak kita ketahui?

Alasan Positif Mempelajari Eskatologi
Alasan Pertama: Kotbah Eskatologi dan Api Neraka-lah yang Menyelamatkan Saya
Buku Kristen pertama yang saya baca adalah buku yang ditulis oleh John Walvoord, seorang pengajar terkenal mengenai akhir jaman. Saya tidak ingat betul apa yang memotivasi saya untuk membeli buku itu. Untuk berbagai alasan, banyak orang non-Kristen yang terpesona oleh eskatologi, dan saya adalah salah satu dari mereka. Beberapa bulan kemudian, ketika saya telah menyerahkan hidup saya kepada Tuhan, ayat-ayat eskatologis/berisi kemarahan Tuhan yang saya temukan dalam buku karangan Walvoordlah yang begitu kuat berbicara kepada saya dan menjadi bahan pemikiran ketika saya membuat keputusan terpenting; yaitu bertobat dari pola pemikiran lama dan hidup untuk sesuatu yang jauh lebih baik. Ayat-ayat yang mempengaruhi saya saat itu bukanlah ayat yang biasa digunakan orang Kristen untuk mengabarkan Injil kepada orang lain. Di banyak kehidupan orang Kristen saat ini, jika seorang pengkhotbah mengatakan, "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini." (Kis 2:40), dia akan dipandang sebagai seorang radikal atau pengkhotbah api neraka dan batu belerang kuno. Yang ingin saya katakan di sini adalah bahwa eskatologi adalah bagian dari pesan Kabar Baik. Eskatologi merupakan bagian dari Kabar Baik pada masa Perjanjian Baru dan harus tetap menjadi bagian dari Kabar Baik di masa sekarang. Jika eskatologi terlihat tidak cukup sensitif, maka demikianlah adanya. Kita punya contoh-contoh di dalam Perjanjian Baru. Banyak pendeta perlu bertanya pada diri mereka sendiri: Mengapa aku telah melenceng jauh dari model di Perjanjian Baru? Sebagai orang Kristen, apakah kita berpikir bahwa kita bisa lebih baik dari Yohanes Pembaptis, Yesus, dan Para Rasul? Jadi sementara saya memahami bahwa ada banyak isu-isu relevan yang harus dipelajari dan dimengerti dalam konteks normal sehari-hari, kehidupan kristiani yang sehat seperti, hubungan antar sesama manusia, persembahan dan berkumpul bersama, serta banyak hal lainnya, diskusi Alkitabiah mengenai eskatologi tidak bisa untuk tidak dimasukkan. Menghilangkan eskatologi dari penginjilan atau pemuridan atau santapan spiritual sehari-hari setiap orang Kristen adalah sama dengan mengurangi pesan Perjanjian Baru/Injil apostolik yang lengkap. Berikut ini adalah enam alasan lain bagaimana kita bisa memiliki eskatologi Alkitabiah yang benar.

Alasan Kedua: Yesus, Teladan Kita Semua Mempelajari Eskatologi. (Apa yang akan dilakukan Yesus?)

Ini mungkin terdengar terlalu menusuk, namun pikirkanlah fakta sederhana ini: Yesus belajar eskatologi. Tentu saja Yesus tidak hanya mempelajari eskatologi yang ada dalam Alkitab, namun bagaimana pun juga Ia mempelajarinya. Jika Anda seorang Kristen, maka Anda telah memutuskan untuk menjadi pengikut Yesus (Matius 28:19, 20). Dalam Injil, sering kita lihat Yesus mengutip bagian eskatologi Alkitab. Sangat jelas bahwa Yesus tidak hanya mengetahui bagian eskatologi Alkitab tetapi Dia juga mengerti dan menafsirkan arti nubuatan nabi dengan tepat. Pada permulaan pelayananNya di dunia kita melihat Yesus bangkit di dalam sinagoga untuk membacakan gulungan kitab nabi Yesaya:
Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Lukas 4:16-21

Di dalam salah satu pesan Yesus kepada para muridNya, Dia menjawab pertanyaan mereka, “Bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" (Matius 24:3). Dalam menjawab pertanyaan mereka, Yesus secara langsung memberikan referensi pada kitab Nabi Daniel; salah satu kitab eskatologis dalam Alkitab:
Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel para pembaca hendaklah memperhatikannya maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan.
Matius 24:15,16

Pada pasal yang sama Yesus kembali mengutip dari nabi Yesaya dan membuat kiasan dari nabi Yunus pula. Poin sederhana di sini adalah bahwa Yesus memiliki pengetahuan yang kuat mengenai eskatologi dalam Alkitab. Ijinkan saya mengulang poin saya: Yesus mempelajari eskatologi. Meski demikian, saat ini dengan berbagai alasan banyak orang percaya tidak menghargai eskatologi Alkitab. Kecuali kalau kita berpikir kita bisa mengungguli atau lebih berhubungan erat dengan realitas dibandingkan Yesus, maka tentu kita sebagai pengikutNya juga demikian meraih pemahaman yang kuat mengenai eskatologi Alkitabiah.

Alasan Ketiga: Tuhan Meletakkannya di Dalam Alkitab
Sekali lagi, saya tidak bermaksud terkesan sok bijak di sini. Tetapi kiranya kekuatan dari pemikiran ini adalah kata-katanya yang terdengar begitu wajar. Jika Roh Kudus memenuhi halaman-halaman Alkitab (saya sungguh-sungguh memaksudkannya: memenuhi!), dengan referensi berlimpah mengenai hari-hari terakhir, maka mengapa kebanyakan orang Kristen melewatkan bagian Alkitab itu? Mengapa begitu banyak orang Kristen cenderung bersikap sinis atau berhenti ketika sampai, misalnya pada Kitab Wahyu? Meskipun Tuhan tidak pernah secara eksplisit mengatakan, “engkau harus mempelajari eskatologi”, barangkali Dia akan mengatakan hal itu dengan memberikannya tempat yang menyolok dalam Alkitab. Kita harus bertanya pada diri sendiri, “Jika Tuhan tidak ingin saya mempelajari dan memahami hal ini, mengapa semua itu ada di sana?” Pikirkanlah fakta ini: Lebih dari 25% ayat-ayat dalam Alkitab berisi tentang hal-hal profetis/nubuatan.2 Jika kita mengabaikan 25% tersebut, (bersamaan dengan daftar silsilah yang tidak popular dan tentu saja mengganggu), maka kita dapat mengurangi Alkitab secara signifikan. Namun sebelum kita melakukan hal itu, saya kira pertama-tama kita harus membuka ayat yang berbunyi demikian, “Segala tulisan yang diilhamkan Tuhan memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Timotius 3:16). Maafkanlah saya, saya hanya berusaha menjadi seorang yang bersikap bijaksana….Maafkan saya.

Alasan Keempat: Hal Ini Terlalu Serius untuk Diabaikan
Siapa pun yang telah membaca Kitab Wahyu mengetahui bahwa peristiwa-peristiwa yang akan dilihat oleh kita yang masih hidup, merupakan sesuatu yang serius. Ada gambaran bahwa sepertiga dari penghuni bumi akan mati (Wah 9:18). Kita membaca mengenai wabah, peperangan, dan gempa bumi (Wah 6). Tidak ada bagian dari “mimpimu yang paling menakutkan yang tidak bisa digambarkan”, yang tidak terdapat dalam Kitab Wahyu. Akan tetapi kita bahkan tidak perlu berspekulasi mengenai Kitab Wahyu untuk menyadari kegawatan peristiwa-peristiwa tersebut. Ketika kita membaca pasal 24 dan 25 dari Kitab Matius, kita melihat Yesus memberikan pernyataan yang paling menakutkan dan tragis di antara kitab-kitab lainnya. Pikirkanlah barang satu menit, realitas dan bobot yang dinyatakan oleh Yesus di bawah ini:
Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku, dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
Matius 24:9-13

Bila hal ini bukan sesuatu yang menyedihkan dan menakutkan anda hingga pada titik akhir, maka saya tidak lagi bisa berkomunikasi dengan anda. Saya dengan tegas melekat erat pada kasih Tuhan. Saya percaya sepenuhnya bahwa Yesus mati untuk dosa-dosa saya. Saya tidak ragu-ragu mengatakan bahwa tidak ada sesuatu pun di jagad raya ini yang dapat memisahkan saya dari kasih Tuhan. Akan tetapi saya sadar sepenuhnya akan dosa-dosa saya. Saya sadar dengan kecenderungan saya untuk membuat pernyataan yang menipu diri sendiri yang dapat disamakan dengan pernyataan orang mabuk. Ungkapan di atas tidak mengatakan: “banyak orang akan menjauh dari gereja,” akan tetapi cenderung mengatakan, “banyak orang akan gagal mempertahankan imannya”, dan “kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.” Hal ini sungguh sangat menakutkan. Mereka adalah orang-orang yang kita kenal. Mereka adalah orang yang memiliki hubungan yang manis dengan kita. Mereka adalah saudara-saudari kita. Hal ini sungguh nyata dan sangat serius dan tidak bisa kita abaikan begitu saja.
Alasan Kelima: Kita Mungkin Masih Akan Hidup dan Melihat Peristiwa-peristiwa Itu
Pemikiran ini tidak bisa dicoret begitu saja. Peristiwa-peristiwa yang dikatakan oleh Alkitab sungguhlah nyata. Banyak di antara kita yang saat ini masih hidup dan membaca materi buku ini, akan tetap hidup dan secara harafiah akan menyaksikan kembalinya Yesus. Sekarang anda dapat mengatakan bahwa setiap generasi telah mempercayai bahwa mereka merupakan generasi terakhir. Meskipun banyak orang akan berpendapat bahwa hal ini merupakan intuisi universal akan penantian kembalinya Yesus yang akan selalu menjadi isu dalam gereja, saya sepenuhnya menolak dugaan tersebut. Memang ada banyak kelompok, banyak dari kelompok itu yang merupakan kelompok pinggiran, yang telah mengantisipasi kedatangan Yesus dalam generasi mereka, namun tidak mengantisipasi lebih jauh lagi kedatangan Yesus yang hanya tinggal sesaat lagi. Pada kenyataannya, adalah fair mengemukakan pendapat bahwa generasi di mana kita hidup saat ini, merupakan generasi pertama sejak munculnya generasi apostolik, yang telah memiliki kesaksian akan hari-hari akhir yang akan segera datang. Secara pribadi, kapan pun saya mendengar seseorang menekankan gagasan bahwa setiap generasi gereja telah secara universal mempercayai bahwa Yesus akan kembali pada generasi mereka, saya juga coba melihat terhadap apa mereka mengajukan alasan untuk menolak diri mereka sebagai bagian daripadanya. Alasan ini tidak pernah gagal, yaitu bahwa kapan saja pemikiran seperti itu ditekankan, hal itu dilakukan dengan tujuan untuk membuat alasan menjalani hidup dengan cara-cara di mana mereka tidak merasa perlu mengantisipasi kedatanganNya. Sekali lagi, pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri sendiri, terutama bagi mereka yang menjadi pemimpin dalam gereja adalah: Apakah sikap kita sama dengan mereka yang hidup pada masa gereja mula-mula? Atau apakah kita sudah mengadopsi perilaku yang kurang lebih sama seperti yang kita lihat dalam Perjanjian Baru, dengan roh yang sama seperti masa dimana kita hidup saat ini?

Alasan Keenam: Untuk Memberi Kita Pemahaman dan Mempersiapkan Hati Kita
Salah satu alasan utama perlu menjadikan eskatologi sebagai bagian dari kehidupan spiritual kita sehari-hari adalah bahwa melalui eskatologi, kita menjadi siap. Persiapan ini bukanlah persiapan secara fisik. Ini bukan mengenai menimbun makanan, atau menemukan rute aman untuk melarikan diri dari kota anda (meskipun untuk tingkatan tertentu, hal itu bisa dilakukan). Persiapan itu lebih berbicara mengenai persiapan spiritual. Persiapan untuk “bersiap-siap” dilakukan dengan dua alasan yang kedua-duanya tidak boleh diabaikan.
Alasan pertama dan terpenting didasarkan pada dampak spiritual dari studi eskatologi yang akan memenuhi hati kita. Dampak spiritual ini mempengaruhi tindakan-tindakan kita dan cara kita hidup. Salah satu efeknya adalah keinginan untuk memiliki hidup yang kudus (Ibrani 12:14). Ketika kita membaca tentang kejadian-kejadian yang telah digambarkan dalam Alkitab dan peristiwa-peristiwa mengerikan dan menakutkan yang akan terjadi, diikuti dengan penampakan agung Yesus dari Surga, kita menemukan diri kita sendiri ingin membuang semua dosa dan memfokuskan diri pada harapan bahwa suatu hari, kita akan melihat Dia muka dengan muka. Memang, “Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci” (1 Yoh 3:3). Ketika kita membaca penggambaran diri kita sebagai Pengantin Wanita Kristus, kita ingin menguduskan diri dan menjaga kemurnian Suami masa depan kita:
Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Efesus 5:25-27

Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
2 Korintus 11:2

Kita juga hampir pasti akan mengembangkan urgensi yang mendalam dalam doa dan penginjilan dan mungkin bahkan perintisan gereja. Kita barangkali menemukan perasaan yang lebih mendalam mengenai perjamuan kudus, dan komunitas dengan saudara-saudara sesama pengikut Yesus (Ibrani 10:25). Ada banyak keuntungan spiritual positif yang didapat dari mempelajari eskatologi. Semua efek itu merupakan bagian dari efek kumulatif yang membuat kita “siap” melalui hari-hari besar menakutkan yang sedang mendekat, dan bertahan hingga hari di mana Yesus akhirnya kembali.
Alasan kedua yang membuat kita siap adalah melalui pengetahuan dan pemahaman yang telah ditanamkan. Telah dinyatakan bahwa bersikap waspada adalah senjata. Bila kita memang merupakan generasi yang hidup sebelum kedatangan Yesus, maka faktor ini sangatlah penting. Studi eskatologi bukan hanya mempersiapkan hati kita namun juga memberi kita deskripsi spesifik mengenai peristiwa yang akan kita saksikan di masa depan. Akan ada hal-hal yang akan terjadi di bumi dan yang perlu kita mengerti secara mental, yaitu untuk kita nantinya akan melarikan diri atau menghindarinya (Matius 24:15, 16; Wahyu 14:9). Kesiapan sejati berasal dari sikap yang penuh dengan doa, persatuan yang terus-menerus denganNya, dan tanggap akan informasi mengenai tanda-tanda dan kejadian-kejadian di sekitar kita, sebagaimana telah disingkapkan. Komuni agar kita bisa menjadi “Satu”, menjadi prioritas atas semua isu dalam hidup Kekristenan (Markus 12:29, 30; Mazmur 27:4; Lukas 10:42), dan untuk itu Tuhan tidak mau jika kita bersikap acuh tak acuh terhadap satu sama lain. Itulah sebabnya mengapa Yesus membagikan begitu banyak informasi dengan kita. Yesus berkata, “Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu.” Matius 24:25
Jadi ini mengenai pemahaman dan kesiapan spiritual yang bersama-sama dikombinasikan dalam hati kita agar kita benar-benar “siap.” Pernyataan kesiapan ini digambarkan dalam Alkitab dengan kata-kata seperti, “ketenangan hati”, “kesiapan”, “kewaspadaan”, dan lain-lain. Dan kita banyak diperingatkan untuk selalu berada dalam keadaan demikian. Dalam Matius 24 dan 25, kita melihat Yesus berulang kali mengatakan hal seperti, “berjaga-jagalah” (Matius 24:42, 25:13), “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!” (Matius 24:4). Kapan saya kita mempelajari bagian eskatologi Alkitab, kita menemukan peringatan/desakan. Kita diperintahkan untuk terus waspada:
Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu YAHWEH, akan mengharapkan Tuhan yang menyelamatkan aku; Tuhanku akan mendengarkan aku!
Mikha 7:7

Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus. Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya.
2 Yohanes 1:7, 8

Kita diperintahkan untuk selalu berjaga-jaga:
Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta, Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!"
Markus 13:35, 37

Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."
Lukas 21:36

dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah
Kisah Para Rasul 20:30,31

….dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus
Efesus 6:18


Sungguh, Alkitab menyamakan hidup dalam ketidakpedulian akan hari-hari terakhir sama seperti keadaan tertidur atau mabuk:
Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.
1 Tesalonika 5:6

Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
1 Petrus 5:8

Dalam kenyataannya, mabuk adalah keadaan yang menggambarkan mereka yang telah berkompromi dengan “Pelacur Babel” dalam Kitab Wahyu:
Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu,… karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya
Wahyu 18:2,3

Ungkapan-ungkapan: “sadarlah”, “waspadalah”, “berjaga-jagalah”, “ketahuilah”, “berhati-hatilah”, semuanya membicarakan tentang kegiatan untuk waspada. Jadi marilah kita memperhatikan peringatan-peringatan tersebut. Marilah kita semua mengejar hubungan kasih yang lebih mendalam dan persatuan setiap hari dengan Raja kita yang agung, dan janganlah kita menyia-nyiakan informasi yang telah Dia tunjukkan kepada kita tentang waktu-waktu di depan dalam SabdaNya yang mengagumkan.

Alasan Ketujuh: Sebagai Dasar bagi Setiap Pelayanan Kenabian
Alasan lain yang, menurut pendapat saya, telah lama diabaikan oleh kebanyakan pelayanan kenabian dalam gereja adalah bahwa pegangan eskatologi Alkitabiah yang tepat adalah fondasi penting dari setiap pelayanan kenabian sejati. Saya mengatakan ini sebagai referensi bagi siapa pun yang terpanggil untuk pelayanan khusus kenabian dan juga bagi gereja manapun yang merasa terpanggil untuk bekerja sama dengan pelayan-pelayan kenabian. Yang saya maksud dengan kenabian di sini bukan hanya sekedar anugerah ataupun kemampuan dari Tuhan untuk berbicara dan memberi semangat, membawa perbaikan, atau bahkan mengarahkan orang lain. Saya sedang berbicara mengenai pelayanan kenabian atau gereja-gereja yang merasa terpanggil untuk menubuatkan tentang peristiwa-peristiwa khusus dari pespektif Tuhan. Saya sedang berbicara tentang individu-individu yang merasa terpanggil untuk menjadi kekuatan yang relevan di bumi atau di kota-kota dan dalam komunitas mereka. Saya percaya, sebagai hasil dari kurangnya visi masa depan yang jelas, yang didasarkan pada pemahaman yang tepat tentang eskatologi Alkitabiah, gereja menderita dan cenderung menjadi kurang efektif sebagai orang-orang yang dipanggil untuk menyuarakan kenabian. Hal yang sama bisa dikatakan terhadap individu mana pun yang terpanggil untuk melayani pelayanan kenabian.
Ijinkanlah saya untuk mencoba menyatakan kembali secara lebih jelas lagi. Alkitab memberi kita informasi yang sangat spesifik dan mendetil mengenai masa depan dunia ini. Peristiwa-peristiwa tersebut akan memiliki implikasi sosial, ekonomi, agama, dan yang terpenting, implikasi spiritual bagi seluruh bumi. Jika seseorang percaya dirinya terpanggil untuk menjadi suara kenabian yang berbicara dengan relevansi dan kekuatan dari Tuhan kepada dunia dan kepada gereja-gereja Barat yang suam-suam kuku, (Kebanyakan nubuatan Perjanjian Lama ditujukan kepada orang-orang Israel yang suam-suam kuku) maka sangat penting untuk memahami dengan jelas nubuatan yang telah tertulis.
Salah satu contoh masa kini untuk menunjukkan pemikiran saya adalah kenyataan bahwa Tuhan sendiri telah membangun kembali orang-orang Yahudi di tanah Israel. Dia telah menyatakannya dengan jelas beribu-ribu tahun yang lalu bahwa Dia akan melakukannya. Kembalinya orang-orang Yahudi ke tanah air mereka merupakan bagian yang tidak terbantahkan dari nubuat Alkitab yang telah terbuka. Kelahiran kembali bangsa Israel adalah langkah penting dalam rencana Tuhan untuk menggenapi semua hal yang baik dari perjanjianNya dengan orang-orang Yahudi. Saat ini terdapat gelombang Anti-Semit baru yang melanda seluruh dunia. Pada saat ini, meskipun ideologi anti-Semit tidak disebut anti-Semit, namun terselubung dalam slogan “anti-Zionisme”.3 Sebagai hasil dari kurangnya pemahaman tujuan-tujuan Tuhan yang telah jelas bagi bangsa Israel dan kaum Yahudi seperti yang tertulis dalam Alkitab, banyak orang Kristen tanpa sadar (atau bahkan dengan sepenuhnya sadar) mendukung gerakan dan teologi anti-Semit ini. Hal ini merupakan kesalahan yang sangat menyedihkan. Di sepanjang sejarah, Gereja telah terus-menerus melakukan kesalahan yang sama. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman mengenai masa depan Kerajaan Tuhan, serta peran Israel di dalamnyalah yang menyebabkan gereja-gereja Kristen melakukan kesalahan terbesar dalam sejarah. Pendirian Gereja Negara di bawah pemerintahan Konstantin, dan Perang Salib merupakan dampak langsung dari teologi yang melenceng mengenai Kerajaan Tuhan dan status orang-orang Yahudi; yang mana hal itu didasarkan atas eskatologi yang salah. Pikirkanlah betapa keadaan dunia akan sungguh berbeda bila Gereja tidak terjatuh dalam kesalahan-kesalahan ini. Bangsa Israel memang jauh dari sempurna, dan tentunya tidak lepas dari kritik, (tentunya hal yang sama juga bisa dikatakan kepada bangsa mana pun). Namun tanpa pemahaman dasar yang benar akan nubuatan dalam Alkitab mengenai Israel, maka banyak orang Kristen tidak tahu bagaimana menguji dengan tepat sifat atau sumber infomasi dari banyaknya peristiwa yang beredar di seputar isu mengenai Negara Israel dan orang-orang Yahudi saat ini. Hal ini secara khusus sangatlah benar dalam “awan” informasi yang salah yang sedang bertumbuh dan propaganda-propaganda salah yang berusaha menjelek-jelekkan orang Yahudi. Hal ini hanyalah satu contoh betapa kurangnya pemahaman akan urutan peristiwa-peristiwa dalam nubuatan Alkitab, membuat orang tidak bisa menangkap apa yang telah dengan jelas dibukakan di depan matanya. Bukannya menjadi kekuatan yang relevan di dunia, atau menjadi orang yang sejalan dengan pikiran Tuhan, sesungguhnya orang seperti itu justru akan menolong terlaksananya rencana-rencana mereka yang diinspirasikan oleh Setan. Saya mengerti bahwa hal ini merupakan isu yang sangat kontroversial, namun saya tetap berpegang teguh pada hal ini.
Pewahyuan yang dinubuatkan oleh nabi mana pun harus didasarkan pada kata-kata Kenabian (K besar) Alkitabiah yang kokoh. Mereka yang berharap untuk menjadi suara kenabian (k kecil) tanpa pertama-tama dalam diri mereka mencerna dan memahami Nubuatan Eskatologis dalam Injil, mereka akan menjadi penghambat besar bagi efektifitas pelayanan mereka. Jika seseorang percaya bahwa mereka bisa benar-benar menjadi suara kenabian yang efektif tanpa sungguh-sungguh memahami pesan Injil, kebanyakan orang Kristen akan menganggap mereka sedang mengalami delusi. Akan tetapi pesan Injil bukan hanya bahwa Yesus mati di atas salib untuk dosa-dosa kita, namun kesimpulan dari pesan Injil adalah kedatanganNya kembali. Elemen penting yang diagungkan dalam eskatologi Alkitabiah adalah kedatangan Yesus kembali yang secara harafiah akan memerintah bumi dari Yerusalem! Pesan Injil adalah Yesus mengalami sengsara bagi dosa-dosa kita, tetapi tanpa kedatanganNya kembali, itu bukanlah Injil yang sempurna. Eskatologi Alkitabiah menyempurnakan pesan Injil. “Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat.” (Wahyu 19:10) Atau dengan kata lain: pesan tentang Yesus kepada dunia (Pesan Injil) dan eskatologi Alkitabiah (roh nubuat) adalah satu hal yang sama. Supaya bisa mengalir dalam roh nubuatan, Tuhan mengharapkan supaya para nabiNya memahami keseluruhan pesan Injil, bahwa “kesaksian penuh mengenai Yesus” tidak akan pernah gagal.


Bagaimana Mempelajari Eskatologi: Pola Alkitabiah

Seperti orang-orang sebaya Yesus, Ia mempelajari Alkitab sejak usia muda, namun saya juga percaya bahwa Dia secara teratur datang di hadapan Bapa dengan rendah hati, berdoa dan memohon Bapa untuk membukakan Alkitab bagiNya. (Markus 1:35; Lukas 5:16; Matius 14:23). Saya pikir ini adalah pernyataan yang aman untuk dikemukakan, bahwa Yesus datang dengan memahami secara baik panggilanNya di dunia, yang puncaknya adalah kematianNya di atas kayu salib. Tidak hanya karena pada dasarnya Ia adalah Firman Tuhan yang berinkarnasi dalam daging, tetapi juga karena Ia dengan rajin mempelajari Alkitab, yang dikombinasikan dengan disiplin menyediakan waktu dengan Bapa melalui Roh kudus dalam doa. Meskipun Alkitab tidak secara eksplisit menyatakan seberapa sering Yesus berpuasa, saya percaya bahwa Dia berpuasa secara teratur. (Yohanes 4:32; Matius 17:21; Ibrani 5:7) Yesus hidup di dunia ini bergantung penuh pada Roh Kudus. (Lukas 4:1) Jika kita ingin menjadi pengikut Yesus yang sejati, dan memahami apa yang dikatakan Alkitab mengenai masa depan bumi, negara, kota, dan hidup kita, juga hidup keluarga kita, kita perlu dengan rajin mempelajari Alkitab dengan sikap berdoa dan berpuasa secara teratur dan konsisten. Sesedehana itu. Tidak ada jalan pintas. Tuhan menjanjikan pada kita bahwa jika kita mencariNya dengan tekun, Dia akan menjawab:
Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.
Yeremia 33:3

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Lukas 11:9

apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati
Yeremia 29:13


Doa dan puasa dikombinasikan dengan sikap berserah akan menggerakkan hati Tuhan untuk menjawab. Saya percaya, mengenai hari-hari terakhir, pola di bawah ini perlu diikuti. Kita menemukan pola ini dalam hidup Daniel. Mari kita lihat apa yang dikatakan dalam Daniel 9:1-4:
Pada tahun pertama pemerintahan Darius, anak Ahasyweros, dari keturunan orang Media, yang telah menjadi raja atas kerajaan orang Kasdim, pada tahun pertama kerajaannya itu aku, Daniel, memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah tahun yang menurut firman YAHWEH kepada nabi Yeremia akan berlaku atas timbunan puing Yerusalem, yakni tujuh puluh tahun. Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Yahweh Elohim untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu. Maka aku memohon kepada YAHWEH, Tuhanku, dan mengaku dosaku
Daniel 9:1-4

Perhatikanlah polanya. Daniel membaca Kitab dari nabi sebelumnya, yaitu nabi Yeremia dan mengetahui bahwa dia hidup pada masa-masa yang dikatakan sebagai masa penuh nubuatan. Jawabannya adalah mandat bagi kita; “Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Yahweh Elohim untuk berdoa dan memohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu. Maka aku memohon kepada Yahweh, Elohimku, dan mengaku dosaku….”

Daniel tidak berhenti berdoa ketika malaikat Gabriel menampakkan diri kepadanya:
Sementara aku berbicara dan berdoa dan mengaku dosaku dan dosa bangsaku, bangsa Israel, dan menyampaikan ke hadapan YAHWEH, Tuhanku, permohonanku bagi gunung kudus Tuhanku, sementara aku berbicara dalam doa, terbanglah dengan cepat ke arahku Gabriel, dia yang telah kulihat dalam penglihatan yang dahulu itu pada waktu persembahan korban petang hari. Lalu ia mengajari aku dan berbicara dengan aku: "Daniel, sekarang aku datang untuk memberi akal budi kepadamu untuk mengerti. Ketika engkau mulai menyampaikan permohonan keluarlah suatu firman, maka aku datang untuk memberitahukannya kepadamu, sebab engkau sangat dikasihi. Jadi camkanlah firman itu dan perhatikanlah penglihatan itu!
Daniel 9:20-23

Menakjubkan! Jika Anda merasa bingung atau putus asa dalam memahami hari-hari terakhir, siapkanlah hati anda dengan kisah dan pola ini. Ketika kita melakukan bagian kita dengan belajar, berdoa dan berpuasa; meminta pencerahan, pemahaman, dan pewahyuan, maka Tuhan telah berjanji untuk melakukan bagianNya dengan kekuatan supernatural. Dia akan datang dan membukakan Alkitab yang akan menerangi kita mengenai peristiwa-peristiwa dunia. Dan secara khusus pencerahan supranatural inilah yang kita butuhkan di hari-hari yang akan datang. Akan tetapi persiapkanlah hati; meskipun masa depan terlihat menakutkan, kita tidak harus menghadapinya sendirian. (Matius 28:19,20) Dia telah berjanji untuk tidak meninggalkan kita seperti yatim piatu, bahwa Dia akan ada untuk menolong kita:
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.
Yohanes 14:16-18

Dia telah secara sangat khusus berjanji bahwa pada hari-hari terakhir aka nada mereka yang bersinar dengan cahayaNya dan memberikan pemahaman dan menerangi orang lain:
Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Daniel 12:3

Dan orang-orang bijaksana di antara umat itu akan membuat banyak orang mengerti, tetapi untuk beberapa waktu lamanya mereka akan jatuh oleh karena pedang dan api, oleh karena ditawan dan dirampas.
Daniel 11:23

Tetapi ia menjawab: "Pergilah, Daniel, sebab firman ini akan tinggal tersembunyi dan termeterai sampai akhir zaman. Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik; tidak seorangpun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya.
Daniel 12:9,10


Sayangnya, disebutkan di sini bahwa banyak orang akan jatuh dan dimurnikan dalam “pengusiran”, dalam kesengsaraan dan lain sebagainya. Poinnya di sini adalah, pada hari-hari terakhir Tuhan telah menyatakan bahwa Dia akan membangkitkan mereka yang akan “bersinar terang.” Mereka akan membawa “banyak orang kepada kebenaran” dan akan “memberikan pemahaman kepada banyak orang.” Kita telah mendiskusikan pola biblikal untuk mendapatkan pemahaman serta hubungan yang erat dengan Tuhan, yaitu melalui doa, berpuasa, serta mempelajari Firman Tuhan dengan tekun dan rendah hati. Dengan pola ini, Tuhan akan menghindari banyak orang untuk dikuasai atau dibingungkan oleh kegelapan. Malahan, mereka akan “bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya….”

Joel. J
Tamu


Kembali Ke Atas Go down

Antikristus: Mesias yang dinantikan Islam - Page 2 Empty Daftar Pustaka

Post  Joel. J Fri May 20, 2011 12:32 am

Abdullah, Prof. M., Islam, Jesus, Mehdi, Qadiyanis, and Doomsday, (Adam, New Delhi, 2004)
al-Araby, Abduallah, The Islamization of America, (The Pen vs. the Sword, LosAngeles California, 2003)
Armstrong, Karen, Muhammad: A Biography of the Prophet (Harper Collins Books, 1993)
Amini, Ayatollah Ibrahim, Al-Iman Al-Mahdi: The Just Leader of Humanity, Translated by Dr. Abdulaziz Abdulhussein Sachedina, (Qum, Iran: Anasaryan Publications, 1997)
Brother Andrew, Light Force, (Grand Rapids, Fleming H. Revell, 2004)
Chesler, Phyllis, The New Anti-Semitism, (Jossey Bass, 2003)
Gabriel, Mark A., Islam and the Jews, The Unfinished Battel (Lake Mary, Florida, Charisme House, 2003)
Gabriel, Mark A., Jesus and Muhammad (Lake Mary, Charisma House, 2004)
Gilchrist, John, Jesus to the Muslims, (Benoni, Republic of South Africa, 1986)
Guillaume, A., The Life of Muhammad, (Oxford University Press, 2001)
Henry, Matthew, Matthew Henry Complete Commentary on the Whole Bible, (Henrickson, 1991)
Hitchcock, Mark, The Coming Islamic Invesion of Israel (Multnomah, Sisters, Oregon, 2002)
Izzat, Muhammad ibn, and Muhammad ‘Arif, Al Mahdi and the End of the Time (London, Dar Al-Taqwa, 1997)
Jenkins, Phillip, The Next Christendom, The Coming of Global Christianity, (Oxford University Pess, New York, 2002)
Josephus, Flavius, Wars of the Jews, The New Complete Works of Josephus, William Whiston (Penerjemah), Paul L. Maier (Kregel Academic & Professional, 1999)
Joyner, Rick, Shadows of Things To Come, (Thomas Nelson, Nashville Tennesee, 2001)
Jabbani, Shaykh Muhammad Hisham, The Approach of Armageddon? An Islamic Persepective (Canada, Supreme Muslim Council of Amemrica, 2003)
Kathir, Ibn, The Signs Before the Day of Judgement (London, Dar Al-Taqwa, 1991)
Khaldun, Ibn, The Muqaddimah, penerj. Franz Rosenthal (New York: Pantheon Books Inc., 1958)
Kelani, Abdulrahman, The Last Apocalypse, An Islamic Persepective, (Fustat, 2003)
Mallouhi, Christine A., Waging Peace On Islam, (Dowers Grove, Intervarsity, 2000)
Mcdowell, Bruce A., dan Anees Zaka, Muslims and Christians at The Table (Phillipsburg, New Jersey P&R Publishing, 1999)
Pawson, David, The Challenge of Islam Christians, (London, Hodder and Stoughton, 2003)
Pawson, David, When Jesus Returns, (London, Hodder and Stoughton, 1995
Sachedina, Abdulaziz Abdulhussein, Islamic Messianism, The Idea of the Mahdi in Twelver Shi’ism, (State University of New York, Albany, 1981)
al-Sadr, Ayatullah Baqir and Ayatullah Muratda Mutahhari, The Awaited Savior, (Islamic Seminary Publications, Karachi)
Shafi, Mufti Mohammad and Mufti Mohammad Rafi Usmani, Signs of the Qiyama and the Arrival of the Maseeh, (Karachi, Darul Ishat, 2000)
Shahid, Samuel, The Last Trumpet: A Comparative Study of Christian-Islamic Eschatology (US, Xulon, 2005)
Shoebat, Walid, Why I Left Jihad, (U.S., Top Executive Media, 2005)
The Reliance of The Traveller and Tools of the Worshipper, a Classic Manuel of Islamic Sacred Law, diterjemahkan oleh Noah Ha Mim Keller, (Amana Publications, Beltsville Maryland, direvisi tahun 1994)
Tyan, E., “Jihad”, Encyclopedia of Islam, 2nd edt (Leiden: Brill, 1965)
Unger, Merrill F., Beyond The Crystal Ball (Chicago: Moody Press, 1974)
Van Kampen, Robert, The Signs (Crossway, Wheaton, Illinois, 1992)
Verliankode, Sideeque M.A., Doomsday Portents and Prophecies (Scarborough, Canada, 1999)
Yahya, Harun, Jesus Will Return, (London, Ta Ha, 2001)
Yahya, Harun, the End Times and the Mahdi (Katoons, Clarkeville, 2003)
Zwemer, Samuel S., ed. Roger S. Greenway, Islam and the Cross: Selections from “The Apostle to Islam”, (Phillipsburg, P&R Publishing, 2002)
Zubair Ali, Mihammed Ali Ibn, Signs of Qiyammah, (Abdul Naeem, New Delhi, 2004)

Joel. J
Tamu


Kembali Ke Atas Go down

Antikristus: Mesias yang dinantikan Islam - Page 2 Empty Re: Antikristus: Mesias yang dinantikan Islam

Post  s4l4s22 Sat Oct 01, 2011 1:05 pm

MASA`KEIMANAN MONOTHEIST ADA TRINITAS BINGUNG NIH !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
lol! lol! lol!
TOLONG PERBANYAK study jangan Basketball terus di tiada berakal dan berbudi kristen
lol! lol! lol!

s4l4s22

Jumlah posting : 143
Join date : 15.09.11

Kembali Ke Atas Go down

Antikristus: Mesias yang dinantikan Islam - Page 2 Empty Re: Antikristus: Mesias yang dinantikan Islam

Post  s4l4s22 Sat Oct 01, 2011 1:07 pm

akal budi kristen panik nih masa posting komen aja nunggu ijin mama papah
lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol!

s4l4s22

Jumlah posting : 143
Join date : 15.09.11

Kembali Ke Atas Go down

Antikristus: Mesias yang dinantikan Islam - Page 2 Empty Re: Antikristus: Mesias yang dinantikan Islam

Post  kabayan Wed Jun 06, 2012 8:50 pm

s4l4s22 wrote:akal budi kristen panik nih masa posting komen aja nunggu ijin mama papah
lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol! lol!

Ia...moderator......jangan gitu donk.....masa sama muslim aja takut. Gak ada yg luar biasa koq pada diri setiap muslim...paling juga coman taqiah doank.

kabayan

Jumlah posting : 128
Join date : 14.06.11

Kembali Ke Atas Go down

Antikristus: Mesias yang dinantikan Islam - Page 2 Empty Re: Antikristus: Mesias yang dinantikan Islam

Post  Sponsored content


Sponsored content


Kembali Ke Atas Go down

Halaman 2 dari 2 Previous  1, 2

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 :: Lainnya :: Buku-buku

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik