Login
Latest topics
» Ada apa di balik serangan terhadap Muslim Burma?by Dejjakh Sun Mar 29, 2015 9:56 am
» Diduga sekelompok muslim bersenjata menyerang umat kristen
by jaya Wed Nov 27, 2013 12:30 am
» Sekitar 6.000 orang perempuan di Suriah diperkosa
by jaya Wed Nov 27, 2013 12:19 am
» Muhammad mengaku kalau dirinya nabi palsu
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:53 pm
» Hina Islam dan Presiden, Satiris Mesir Ditangkap
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:50 pm
» Ratusan warga Eropa jihad di Suriah
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:48 pm
» Krisis Suriah, 6.000 tewas di bulan Maret
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:46 pm
» Kumpulan Hadis Aneh!!
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:43 pm
» Jihad seksual ala islam!
by jaya Tue Nov 26, 2013 11:40 pm
Most active topics
Social bookmarking
Bookmark and share the address of Akal Budi Islam on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of on your social bookmarking website
Pencarian
Most Viewed Topics
Statistics
Total 40 user terdaftarUser terdaftar terakhir adalah tutunkasep
Total 1142 kiriman artikel dari user in 639 subjects
Top posting users this month
No user |
User Yang Sedang Online
Total 8 uses online :: 0 Terdaftar, 0 Tersembunyi dan 8 Tamu Tidak ada
User online terbanyak adalah 101 pada Fri Nov 15, 2024 3:57 am
Para tokoh agama kutuk perkawinan gay
:: Debat non-Islam :: Katolik
Halaman 1 dari 1
Para tokoh agama kutuk perkawinan gay
Oleh Chirendra Satyal, Kathmandu
Acara pernikahan gay di sebuah kuil di Kathmandu
Dua turis wanita Amerika di Kathmandu memicu kemarahan kelompok-kelompok agama di Nepal, negara berpenduduk mayoritas Hindu, karena mengadakan upacara pernikahan gay di sebuah kuil di Kathmandu. Pasangan itu menikah pada 20 Juni dalam upacara tradisional Nepal yang dipimpin seorang pendeta Hindu di Dakshinkali, kuil yang cukup populer di selatan ibukota negara tersebut. Mereka terbang ke Nepal pada 17 Juni dari Colorado, tempat yang tidak mengizinkan pernikahan gay, untuk mempersiapkan apa yang oleh para aktivis gay dan lesbian di Nepal disebut “Asia’s first pink knot” (simpul merah muda pertama di Asia). Damodar Gautam, ketua Nepal’s World Hindu Foundation, dan pemimpin Dewan Lintas Agama, menyebut perkawinan itu “tidak wajar” (unnatural). “Siapapun yang percaya akan Allah dapat gampang melihat melalui upacara-upacara superfisial semacam itu,” katanya.
Tahun 2008, Mahkamah Agung Nepal memutuskan untuk sepenuhnya menjamin hak-hak LGBT (lesbian, gay, bisexual, and transgender) dan memperlakukan kelompok minoritas gender tersebut sebagai “pribadi-pribadi yang wajar” berdasarkan hukum. Keputusan itu mencakup hak orang-orang LGBT untuk menikah. Saat ini, negara memiliki konstitusi interim, yang mengizinkan adanya sebuah majelis konstituante yang bertugas untuk menyusun konstitusi permanen yang sudah lama ditunggu-tunggu. Meskipun Mahkamah Agung menyetujui perkawinan sesama jenis, pemerintah belum membuat aturan perundang-undangan yang menjamin hak tersebut. Para aktivis mengatakan, mereka berharap konstitusi permanen akan memasukkan berbagai perlindungan khusus (terhadap orang-orang LGBT) tersebut.
Piya Ratna, pemuda beragama Budha yang menjadi koordinator utama dari kelompok lintas agama Religious Youth Service, mengkritik cara pasangan tersebut menyelenggarakan perkawinan. “Wanita-wanita Amerika yang terbang ke Nepal. Mereka pergi ke kuil Hindu setelah mengganti sendiri pakaian mereka di tempat terbuka, mengenakan busana perkawinan lokal Nepal sebagai pengantin pria dan wanita, dan kemudian setelah ayat-ayat keagamaan dibacakan dalam bahasa Sansekerta oleh seorang yang disebut pendeta di depan media. Ini semua merupakan penyalahgunaan agama, budaya dan juga media,” katanya.
Puluhan orang Amerika dan anggota komunitas LGBT lokal Nepal menghadiri upacara tersebut, bersama dengan Sunil Babu Pant, seorang gay yang menjadi anggota legislatif pertama di Nepal. Dia adalah seorang aktivis yang memperjuangkan hak-hak gay di Asia Selatan. Pant juga mengepalai sebuah perusahaan travel yang mempromosikan Nepal sebagai destinasi pasangan gay dan tempat penyelenggaraan perkawinan mewah mereka yang diperlengkapi dengan berbagai akomodasi honeymoon (bulan madu). Religious leaders condemn gay marriage (ucanews.com)
Acara pernikahan gay di sebuah kuil di Kathmandu
Dua turis wanita Amerika di Kathmandu memicu kemarahan kelompok-kelompok agama di Nepal, negara berpenduduk mayoritas Hindu, karena mengadakan upacara pernikahan gay di sebuah kuil di Kathmandu. Pasangan itu menikah pada 20 Juni dalam upacara tradisional Nepal yang dipimpin seorang pendeta Hindu di Dakshinkali, kuil yang cukup populer di selatan ibukota negara tersebut. Mereka terbang ke Nepal pada 17 Juni dari Colorado, tempat yang tidak mengizinkan pernikahan gay, untuk mempersiapkan apa yang oleh para aktivis gay dan lesbian di Nepal disebut “Asia’s first pink knot” (simpul merah muda pertama di Asia). Damodar Gautam, ketua Nepal’s World Hindu Foundation, dan pemimpin Dewan Lintas Agama, menyebut perkawinan itu “tidak wajar” (unnatural). “Siapapun yang percaya akan Allah dapat gampang melihat melalui upacara-upacara superfisial semacam itu,” katanya.
Tahun 2008, Mahkamah Agung Nepal memutuskan untuk sepenuhnya menjamin hak-hak LGBT (lesbian, gay, bisexual, and transgender) dan memperlakukan kelompok minoritas gender tersebut sebagai “pribadi-pribadi yang wajar” berdasarkan hukum. Keputusan itu mencakup hak orang-orang LGBT untuk menikah. Saat ini, negara memiliki konstitusi interim, yang mengizinkan adanya sebuah majelis konstituante yang bertugas untuk menyusun konstitusi permanen yang sudah lama ditunggu-tunggu. Meskipun Mahkamah Agung menyetujui perkawinan sesama jenis, pemerintah belum membuat aturan perundang-undangan yang menjamin hak tersebut. Para aktivis mengatakan, mereka berharap konstitusi permanen akan memasukkan berbagai perlindungan khusus (terhadap orang-orang LGBT) tersebut.
Piya Ratna, pemuda beragama Budha yang menjadi koordinator utama dari kelompok lintas agama Religious Youth Service, mengkritik cara pasangan tersebut menyelenggarakan perkawinan. “Wanita-wanita Amerika yang terbang ke Nepal. Mereka pergi ke kuil Hindu setelah mengganti sendiri pakaian mereka di tempat terbuka, mengenakan busana perkawinan lokal Nepal sebagai pengantin pria dan wanita, dan kemudian setelah ayat-ayat keagamaan dibacakan dalam bahasa Sansekerta oleh seorang yang disebut pendeta di depan media. Ini semua merupakan penyalahgunaan agama, budaya dan juga media,” katanya.
Puluhan orang Amerika dan anggota komunitas LGBT lokal Nepal menghadiri upacara tersebut, bersama dengan Sunil Babu Pant, seorang gay yang menjadi anggota legislatif pertama di Nepal. Dia adalah seorang aktivis yang memperjuangkan hak-hak gay di Asia Selatan. Pant juga mengepalai sebuah perusahaan travel yang mempromosikan Nepal sebagai destinasi pasangan gay dan tempat penyelenggaraan perkawinan mewah mereka yang diperlengkapi dengan berbagai akomodasi honeymoon (bulan madu). Religious leaders condemn gay marriage (ucanews.com)
Katolik- Tamu
Pejabat CDF: Sampaikanlah keluhan ke nuntius
Promotor keadilan dari Kongregasi Ajaran Iman (CDF, Congregation for the Doctrine of the Faith), Mgr Charles Scicluna, mengatakan bahwa umat Katolik yang tidak senang dengan cara para uskup mereka menangani krisis pelecehan seksual harus mengontak Duta Vatikan setempat.
Tugas Gereja terkait pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur oleh klerus adalah membantu para korban dan mencegah pelecehan dengan mempromosikan suatu sikap yang sehat terhadap seksualitas di seminari-seminari, kata Monsinyur Scicluna dalam konferensi pers pada hari Sabtu, 18 Juni, untuk menjelaskan tentang simposium internasional “Toward Healing and Renewal,” yang akan diselenggarakan di Universitas Kepausan Gregoriana pada Februari 2012.
Dalam transkripsi dari beberapa pertanyaan dan jawaban dalam konferensi pers tersebut, imam asal Malta itu berbicara tentang peran utama para uskup dalam menangani krisis pelecehan seksual, dan apa yang dapat awam lakukan untuk membantu Gereja menghentikan pelecehan seksual oleh klerus.
Tanya: Ini merupakan tanggung jawab uskup untuk menangani masalah, namun dalam banyak kesempatan mereka tidak melakukan tugas ini.
Monsignor Scicluna: Seperti yang dikatakan dalam bahasa Inggris, para uskup itu bermacam-macam, namun ada satu sikap yang tidak berasal dari pilihan personal, tetapi dari dari pilihan untuk menjadi seorang “gembala yang baik.” Ketika melihat musuh, seorang gembala yang baik tidak melarikan diri, tetapi menunggu musuh itu di pintu untuk membela umatnya, seperti yang telah dikatakan oleh Yesus. Pada awal kepausannya, Paus Benediktus XVI juga mengatakan: “Berdoalah bagi saya agar saya tidak akan melarikan diri ketika menghadapi musuh, tetapi berani menjadi gembala yang baik.” Kata-kata Yesus, yang diaktualisasikan oleh Paus, bisa menjadi pedoman bagi setiap uskup dewasa ini.
Tanya: Dan jika para uskup tidak menjadi gembala yang baik, apa yang bisa dilakukan?
Monsignor Scicluna: Dalam memberi pedoman aksi kepada para uskup, Circular Letter dari CDF memberi tanda yang sangat jelas tentang peran Tahta Suci. Ketika menerima para uskup dalam kunjungan “ad limina,” kita menyadari bahwa ada kesadaran yang luas tentang masalah tersebut dan juga posisi Paus dalam hal ini. Selain itu, setiap umat berhak mengungkapkan langsung kepada Takhta Suci, melalui nuntius, keprihatinannya tentang keuskupan. Pekerjaan saya telah membuat saya sangat menghargai aktivitas para nuntius, yang menjadi wakil Bapa Suci untuk komunitas setempat, tidak hanya untuk pemerintah.
Umat harus tahu bahwa mereka dapat beralih ke nuntius jika ada isu-isu yang memiliki dampak dalam pelayanan pastoral para uskup, tetapi bukan untuk mencela para uskup, melainkan untuk mengatakan: “Kami memiliki keyakinan dalam pelayanan Petrus, yang diwakili oleh nuntius; kami memiliki kepedulian, dan kami memiliki kewajiban, bukan hanya hak, untuk menyampaikannya kepada Petrus.” Kemungkinan ini juga merupakan bagian dari pendidikan komunitas eklesial.
SELENGKAPNYA
Msgr. Scicluna: Bishops Have Duty to Address Abuse Crisis (Zenit)
Tugas Gereja terkait pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur oleh klerus adalah membantu para korban dan mencegah pelecehan dengan mempromosikan suatu sikap yang sehat terhadap seksualitas di seminari-seminari, kata Monsinyur Scicluna dalam konferensi pers pada hari Sabtu, 18 Juni, untuk menjelaskan tentang simposium internasional “Toward Healing and Renewal,” yang akan diselenggarakan di Universitas Kepausan Gregoriana pada Februari 2012.
Dalam transkripsi dari beberapa pertanyaan dan jawaban dalam konferensi pers tersebut, imam asal Malta itu berbicara tentang peran utama para uskup dalam menangani krisis pelecehan seksual, dan apa yang dapat awam lakukan untuk membantu Gereja menghentikan pelecehan seksual oleh klerus.
Tanya: Ini merupakan tanggung jawab uskup untuk menangani masalah, namun dalam banyak kesempatan mereka tidak melakukan tugas ini.
Monsignor Scicluna: Seperti yang dikatakan dalam bahasa Inggris, para uskup itu bermacam-macam, namun ada satu sikap yang tidak berasal dari pilihan personal, tetapi dari dari pilihan untuk menjadi seorang “gembala yang baik.” Ketika melihat musuh, seorang gembala yang baik tidak melarikan diri, tetapi menunggu musuh itu di pintu untuk membela umatnya, seperti yang telah dikatakan oleh Yesus. Pada awal kepausannya, Paus Benediktus XVI juga mengatakan: “Berdoalah bagi saya agar saya tidak akan melarikan diri ketika menghadapi musuh, tetapi berani menjadi gembala yang baik.” Kata-kata Yesus, yang diaktualisasikan oleh Paus, bisa menjadi pedoman bagi setiap uskup dewasa ini.
Tanya: Dan jika para uskup tidak menjadi gembala yang baik, apa yang bisa dilakukan?
Monsignor Scicluna: Dalam memberi pedoman aksi kepada para uskup, Circular Letter dari CDF memberi tanda yang sangat jelas tentang peran Tahta Suci. Ketika menerima para uskup dalam kunjungan “ad limina,” kita menyadari bahwa ada kesadaran yang luas tentang masalah tersebut dan juga posisi Paus dalam hal ini. Selain itu, setiap umat berhak mengungkapkan langsung kepada Takhta Suci, melalui nuntius, keprihatinannya tentang keuskupan. Pekerjaan saya telah membuat saya sangat menghargai aktivitas para nuntius, yang menjadi wakil Bapa Suci untuk komunitas setempat, tidak hanya untuk pemerintah.
Umat harus tahu bahwa mereka dapat beralih ke nuntius jika ada isu-isu yang memiliki dampak dalam pelayanan pastoral para uskup, tetapi bukan untuk mencela para uskup, melainkan untuk mengatakan: “Kami memiliki keyakinan dalam pelayanan Petrus, yang diwakili oleh nuntius; kami memiliki kepedulian, dan kami memiliki kewajiban, bukan hanya hak, untuk menyampaikannya kepada Petrus.” Kemungkinan ini juga merupakan bagian dari pendidikan komunitas eklesial.
SELENGKAPNYA
Msgr. Scicluna: Bishops Have Duty to Address Abuse Crisis (Zenit)
Katolik- Tamu
Leshan “akan tahbiskan uskup ilegal”
Oleh Reporter ucanews.com
Pastor Paul Lei Shiyin dari Leshan (tengah)
Keuskupan Leshan di barat daya Propinsi Sichuan menurut laporan akan menahbiskan uskup pada 29 Juni, Hari Raya Santo Petrus dan Paulus.
Berbagai sumber Gereja mengatakan bahwa mereka telah diberitahu tentang penahbisan itu, sementara Keuskupan sendiri mengatakan bahwa tanggalnya belum ditetapkan.Sebuah sumber Gereja yang dekat dengan Vatikan mengatakan, kandidat uskup dari Leshan itu tidak disetujui dan “secara kanonik tidak bisa disetujui di masa depan.”
Alasannya sangat diketahui oleh dirinya sendiri, serta banyak imam dan uskup yang dekat dengannya. Bahkan para pemimpin puncak dari konferensi waligereja yang diakui pemerintah menyadari akan beratnya kasus itu, dan sangat aneh jika mereka memberi otorisasi untuk penahbisan tersebut. Kalau itu dilakukan, maka pelanggaran terhadap hukum kanonik dan tradisi Gereja itu memang dengan sengaja dilanggar, katanya.
“Kami berharap otoritas Gereja terbuka di Cina melakukan penyelidikan mendalam tentang kelayakan para kandidat uskup dan, demi kebaikan Gereja, menghindari pentahbisan ilegal lainnya di masa depan. Mereka seharusnya tidak menggunakan alasan pelayanan pastoral atau evangelisasi untuk mengisi kepemimpinan baru, atau menggunakan hal-hal Gereja untuk mencapai berbagai tujuan lain tanpa melihat prinsip-prinsip Gereja,” katanya.
Sumber itu juga yakin bahwa pemerintah tidak akan membiarkan terjadinya ketegangan dan provokasi di dalam komunitas Katolik pada momen sensitif di Cina ini.
Sejumlah imam menyatakan mereka berada dalam dilema apakah menghadiri pentahbisan tersebut karena mereka setelah tahu bahwa Pastor Lei tidak disetujui Vatikan. Beberapa umat Katolik setempat mengatakan bahwa jika Pastor Lei bersikeras untuk ditahbiskan, mereka akan menggelar protes di depan gereja bahkan sebelum pentahbisan itu diselenggarakan.
Calon uskup, Pastor Paul Lei Shiyin, akan ditahbiskan pada pesta pelindungnya. Namun, hari raya itu juga merupakan pesta Gereja tradisional di mana Paus mengumpulkan semua uskup agung baru yang diangkat setahun terakhir untuk memberikan pallium kepada masing-masing dari mereka. Pallium itu menyimbolkan persatuan para uskup dengan Paus.
Pastor Lei terpilih pada tahun 2010 dengan 27 dari 31 suara mendukung. Para pemilih itu terdiri dari 16 imam diosesan, empat suster, satu seminaris, dan 10 umat awam. Selain menjadi wakil ketua Asosiasi Patriotik Katolik Cina, Pastor Lei juga adalah wakil Katolik dalam Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Cina, badan penasehat tertingggi pemerintah Beijing.
Sumber-sumber lain mengatakan beberapa uskup dan administrator diosesan dari keuskupan-keuskupan tetangga masih belum pulang setelah menghadiri pemakaman Pastor Simon Li Zhigang pada 21 Juni. Almarhum adalah calon uskup Chengdu, di ibukota Propinsi Sichuan. Mereka telah kehilangan kontak dengan para uskup dan administrator tersebut. Mereka khawatir bahwa para pemimpin Gereja itu mungkin akan dipaksa untuk ikut dalam penahbisan tersebut, kata sumber-sumber itu.
Dalam pertemuan di Beijing akhir pekan lalu, para pejabat tinggi urusan agama mengatakan kepada para pemimpin Gereja mulai dari wakil sekretaris ke atas dalam struktur Gereja terbuka yang diakui pemerintah agar Cina tetap bertahan pada pendirian untuk terus menahbiskan uskup-uskupnya sendiri. Jika terlaksana, penahbisan mendatang akan menjadi kasus pertama sejak Tahta Suci mengeluarkan Deklarasi tentang penerapan ekskomunikasi secara benar berdasarkan hukum kanonik (kanon 1382) terhadap penahbisan uskup yang tidak disetujui Vatikan. Deklarasi itu dikeluarkan tanggal 11 Juni.
Sebelumnya, sebuah penahbisan uskup di Keuskupan Wuhan (Hankou), Propinsi Hubei tengah, yang direncanakan pada 9 Juni, dibatalkan karena tidak memiliki mandat Vatikan. Pembatalan itu terjadi hampir seminggu sebelum pelaksanaannya.
Seorang imam dari Cina daratan mengatakan, Tahta Suci hendaknya menyatakan bahwa semua imam tidak boleh berkonselebrasi dan umat tidak boleh menghadiri Misa yang dipimpin oleh para uskup yang terkena ekskomunikasi karena ikut dalam berbagai penahbisan ilegal.“Banyak uskup dan imam mengambil kesempatan untuk menyenangkan pemerintah Cina dan Takhta Suci. Jika mereka tahu bahwa hukumannya berat, mereka mungkin akan berpikir dua kali,” katanya. Uskup Leshan terakhir Mgr Matthew Luo Duxi meninggal dunia tahun 2009. Kini, lima keuskupan di Sichuan hanya memiliki seorang uskup, yaitu Uskup Yibin Mgr John Chen Shizhong, yang sudah berusia 94.
Leshan ‘to ordain unapproved bishop’ (ucanews.com)
Pastor Paul Lei Shiyin dari Leshan (tengah)
Keuskupan Leshan di barat daya Propinsi Sichuan menurut laporan akan menahbiskan uskup pada 29 Juni, Hari Raya Santo Petrus dan Paulus.
Berbagai sumber Gereja mengatakan bahwa mereka telah diberitahu tentang penahbisan itu, sementara Keuskupan sendiri mengatakan bahwa tanggalnya belum ditetapkan.Sebuah sumber Gereja yang dekat dengan Vatikan mengatakan, kandidat uskup dari Leshan itu tidak disetujui dan “secara kanonik tidak bisa disetujui di masa depan.”
Alasannya sangat diketahui oleh dirinya sendiri, serta banyak imam dan uskup yang dekat dengannya. Bahkan para pemimpin puncak dari konferensi waligereja yang diakui pemerintah menyadari akan beratnya kasus itu, dan sangat aneh jika mereka memberi otorisasi untuk penahbisan tersebut. Kalau itu dilakukan, maka pelanggaran terhadap hukum kanonik dan tradisi Gereja itu memang dengan sengaja dilanggar, katanya.
“Kami berharap otoritas Gereja terbuka di Cina melakukan penyelidikan mendalam tentang kelayakan para kandidat uskup dan, demi kebaikan Gereja, menghindari pentahbisan ilegal lainnya di masa depan. Mereka seharusnya tidak menggunakan alasan pelayanan pastoral atau evangelisasi untuk mengisi kepemimpinan baru, atau menggunakan hal-hal Gereja untuk mencapai berbagai tujuan lain tanpa melihat prinsip-prinsip Gereja,” katanya.
Sumber itu juga yakin bahwa pemerintah tidak akan membiarkan terjadinya ketegangan dan provokasi di dalam komunitas Katolik pada momen sensitif di Cina ini.
Sejumlah imam menyatakan mereka berada dalam dilema apakah menghadiri pentahbisan tersebut karena mereka setelah tahu bahwa Pastor Lei tidak disetujui Vatikan. Beberapa umat Katolik setempat mengatakan bahwa jika Pastor Lei bersikeras untuk ditahbiskan, mereka akan menggelar protes di depan gereja bahkan sebelum pentahbisan itu diselenggarakan.
Calon uskup, Pastor Paul Lei Shiyin, akan ditahbiskan pada pesta pelindungnya. Namun, hari raya itu juga merupakan pesta Gereja tradisional di mana Paus mengumpulkan semua uskup agung baru yang diangkat setahun terakhir untuk memberikan pallium kepada masing-masing dari mereka. Pallium itu menyimbolkan persatuan para uskup dengan Paus.
Pastor Lei terpilih pada tahun 2010 dengan 27 dari 31 suara mendukung. Para pemilih itu terdiri dari 16 imam diosesan, empat suster, satu seminaris, dan 10 umat awam. Selain menjadi wakil ketua Asosiasi Patriotik Katolik Cina, Pastor Lei juga adalah wakil Katolik dalam Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Cina, badan penasehat tertingggi pemerintah Beijing.
Sumber-sumber lain mengatakan beberapa uskup dan administrator diosesan dari keuskupan-keuskupan tetangga masih belum pulang setelah menghadiri pemakaman Pastor Simon Li Zhigang pada 21 Juni. Almarhum adalah calon uskup Chengdu, di ibukota Propinsi Sichuan. Mereka telah kehilangan kontak dengan para uskup dan administrator tersebut. Mereka khawatir bahwa para pemimpin Gereja itu mungkin akan dipaksa untuk ikut dalam penahbisan tersebut, kata sumber-sumber itu.
Dalam pertemuan di Beijing akhir pekan lalu, para pejabat tinggi urusan agama mengatakan kepada para pemimpin Gereja mulai dari wakil sekretaris ke atas dalam struktur Gereja terbuka yang diakui pemerintah agar Cina tetap bertahan pada pendirian untuk terus menahbiskan uskup-uskupnya sendiri. Jika terlaksana, penahbisan mendatang akan menjadi kasus pertama sejak Tahta Suci mengeluarkan Deklarasi tentang penerapan ekskomunikasi secara benar berdasarkan hukum kanonik (kanon 1382) terhadap penahbisan uskup yang tidak disetujui Vatikan. Deklarasi itu dikeluarkan tanggal 11 Juni.
Sebelumnya, sebuah penahbisan uskup di Keuskupan Wuhan (Hankou), Propinsi Hubei tengah, yang direncanakan pada 9 Juni, dibatalkan karena tidak memiliki mandat Vatikan. Pembatalan itu terjadi hampir seminggu sebelum pelaksanaannya.
Seorang imam dari Cina daratan mengatakan, Tahta Suci hendaknya menyatakan bahwa semua imam tidak boleh berkonselebrasi dan umat tidak boleh menghadiri Misa yang dipimpin oleh para uskup yang terkena ekskomunikasi karena ikut dalam berbagai penahbisan ilegal.“Banyak uskup dan imam mengambil kesempatan untuk menyenangkan pemerintah Cina dan Takhta Suci. Jika mereka tahu bahwa hukumannya berat, mereka mungkin akan berpikir dua kali,” katanya. Uskup Leshan terakhir Mgr Matthew Luo Duxi meninggal dunia tahun 2009. Kini, lima keuskupan di Sichuan hanya memiliki seorang uskup, yaitu Uskup Yibin Mgr John Chen Shizhong, yang sudah berusia 94.
Leshan ‘to ordain unapproved bishop’ (ucanews.com)
Katolik- Tamu
Sponsor perusahaan untuk WYD diprotes
Sekelompok imam Spanyol berjumlah 120 orang mengkritik Gereja karena “menyerah pada godaan” dengan menerima sponsor perusahaan untuk Hari Kaum Pemuda se-Dunia (WYD, World Youth Day) dan kunjungan Paus ke Madrid tahun ini.
Dalam sebuah surat bersama, para imam mengatakan kepada Antonio Maria Kardinal Rouco Varela dari Madrid bahwa berbagai deal dengan sponsor itu memberi kesan kuat bahwa Gereja menjadi sebuah institusi istimewa, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters. “Telah lama dirasa perlu untuk membentuk sebuah pakta dengan kekuatan ekonomi dan politik yang mengangkat citra Gereja sebagai sebuah lembaga istimewa, dekat dengan kekuasaan, dan itu berarti terlibat skandal sosial, terutama dalam konteks krisis ekonomi,” kata para imam.
Panitia telah memasang iklan bersifat nasional, yang mendapat dukungan dari berbagai perusahaan multinasional terkenal dan berbagai perusahaan papan atas Spanyol. Logo perusahaan-perusahaan, termasuk Coca Cola, Telefonica, Santander dan Iberia, memenuhi halaman sponsor dari situs resmi
“Percaya pada kekuatan kuasa dan uang … berarti menyerah pada suatu godaan yang sudah setua usia Gereja,” demikian surat itu. “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon,” demikian surat tersebut mengutip Matius 6:24.
SUMBER
Spanish priests criticise sponsorship for papal visit (Reuters)
Dalam sebuah surat bersama, para imam mengatakan kepada Antonio Maria Kardinal Rouco Varela dari Madrid bahwa berbagai deal dengan sponsor itu memberi kesan kuat bahwa Gereja menjadi sebuah institusi istimewa, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters. “Telah lama dirasa perlu untuk membentuk sebuah pakta dengan kekuatan ekonomi dan politik yang mengangkat citra Gereja sebagai sebuah lembaga istimewa, dekat dengan kekuasaan, dan itu berarti terlibat skandal sosial, terutama dalam konteks krisis ekonomi,” kata para imam.
Panitia telah memasang iklan bersifat nasional, yang mendapat dukungan dari berbagai perusahaan multinasional terkenal dan berbagai perusahaan papan atas Spanyol. Logo perusahaan-perusahaan, termasuk Coca Cola, Telefonica, Santander dan Iberia, memenuhi halaman sponsor dari situs resmi
“Percaya pada kekuatan kuasa dan uang … berarti menyerah pada suatu godaan yang sudah setua usia Gereja,” demikian surat itu. “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon,” demikian surat tersebut mengutip Matius 6:24.
SUMBER
Spanish priests criticise sponsorship for papal visit (Reuters)
Katolik- Tamu
Waligereja intensifkan bantuan untuk Sendai
Oleh Koresponden Khusus ucanews.com, Tokyo
Sidang pleno
Dalam pertemuan yang berakhir pekan kemarin, para uskup telah sepakat untuk mendukung upaya bantuan dan rekonstruksi di dan sekitar Keuskupan Sendai. Keputusan itu dibuat oleh Dewan Pleno 2011 dari Konferensi Waligereja Jepang (CBCJ, Catholic Bishops’ Conference of Japan) yang berlangsung 13-17 Juni di Pusat Katolik Jepang di Tokyo.
Fokus dewan tersebut adalah masalah peningkatan respon terhadap Gempa Bumi Dahsyat di Jepang Timur itu. Mereka memutuskan agar semua keuskupan di Jepang berpartisipasi dalam membantu rekonstruksi Keuskupan Sendai. Keputusan tersebut memperkuat kebijakan upaya bantuan nasional yang terkoordinasi dan yang telah berjalan sejak akhir Mei.
CBCJ telah mendirikan Kantor Bantuan Rekonstruksi yang terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan berbagai provinsi gerejani dan berbagai tarekat religius dan serikat misi. Konferensi waligereja juga sepakat untuk memfasilitasi penugasan para imam dari seluruh Jepang untuk pergi ke wilayah Sendai, sementara tiga uskup agung yang mengawasi provinsi-provinsi gerejani Jepang akan menjaga kerjasama dengan ketua dan wakil ketua dari Konferensi Pemimpin Tarekat Religius dengan membentuk sebuah “kantor dukungan” yang selalu tersedia memberikan konsultasi.
Bantuan finansial terbuka selama tiga tahun mulai tahun fiskal 2011.
Menurut konferensi, Sekjen CBCJ akan mengirimkan sumbangan 30 juta yen (sekitar US$ 373.000) setiap tahun selama tiga tahun ke Keuskupan Sendai, sementara Keuskupan Saitama akan berusaha mendapat 10 juta yen per tahun. Selama tiga tahun mulai 2011, Keuskupan Sendai dan Keuskupan Saitama juga akan dibebaskan dari kontribusi mereka untuk Sekretariat General CBCJ. Beban untuk menombok kekurangan finansial akan ditanggung secara merata oleh 14 keuskupan lainnya.
Bishops to intensify aid to Sendai (ucanews.com)
Sidang pleno
Dalam pertemuan yang berakhir pekan kemarin, para uskup telah sepakat untuk mendukung upaya bantuan dan rekonstruksi di dan sekitar Keuskupan Sendai. Keputusan itu dibuat oleh Dewan Pleno 2011 dari Konferensi Waligereja Jepang (CBCJ, Catholic Bishops’ Conference of Japan) yang berlangsung 13-17 Juni di Pusat Katolik Jepang di Tokyo.
Fokus dewan tersebut adalah masalah peningkatan respon terhadap Gempa Bumi Dahsyat di Jepang Timur itu. Mereka memutuskan agar semua keuskupan di Jepang berpartisipasi dalam membantu rekonstruksi Keuskupan Sendai. Keputusan tersebut memperkuat kebijakan upaya bantuan nasional yang terkoordinasi dan yang telah berjalan sejak akhir Mei.
CBCJ telah mendirikan Kantor Bantuan Rekonstruksi yang terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan berbagai provinsi gerejani dan berbagai tarekat religius dan serikat misi. Konferensi waligereja juga sepakat untuk memfasilitasi penugasan para imam dari seluruh Jepang untuk pergi ke wilayah Sendai, sementara tiga uskup agung yang mengawasi provinsi-provinsi gerejani Jepang akan menjaga kerjasama dengan ketua dan wakil ketua dari Konferensi Pemimpin Tarekat Religius dengan membentuk sebuah “kantor dukungan” yang selalu tersedia memberikan konsultasi.
Bantuan finansial terbuka selama tiga tahun mulai tahun fiskal 2011.
Menurut konferensi, Sekjen CBCJ akan mengirimkan sumbangan 30 juta yen (sekitar US$ 373.000) setiap tahun selama tiga tahun ke Keuskupan Sendai, sementara Keuskupan Saitama akan berusaha mendapat 10 juta yen per tahun. Selama tiga tahun mulai 2011, Keuskupan Sendai dan Keuskupan Saitama juga akan dibebaskan dari kontribusi mereka untuk Sekretariat General CBCJ. Beban untuk menombok kekurangan finansial akan ditanggung secara merata oleh 14 keuskupan lainnya.
Bishops to intensify aid to Sendai (ucanews.com)
Katolik- Tamu
Similar topics
» Konghucu (551 SM - 479 SM) tokoh berpengaruh
» OKI kutuk penyerangan terhadap Masjid Al Aqsa oleh ekstrimis Yahudi
» Militan serang rumah tokoh anti-Taliban
» Hubungan agama dan olahraga
» Islam Agama Preman??!!
» OKI kutuk penyerangan terhadap Masjid Al Aqsa oleh ekstrimis Yahudi
» Militan serang rumah tokoh anti-Taliban
» Hubungan agama dan olahraga
» Islam Agama Preman??!!
:: Debat non-Islam :: Katolik
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik